Mohon tunggu...
Leyla Imtichanah
Leyla Imtichanah Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berteduh di Masjid Gedhe Kauman yang Eksotis

30 April 2020   22:24 Diperbarui: 30 April 2020   22:42 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Masjid Gedhe Kauman yang mewah. Foto: dok. pribadi

Perjalanan ke Yogyakarta di awal tahun 2019 lalu bersama keluarga, mendamparkan kami di Masjid Gedhe Kauman usai mengelilingi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kedua bangunan itu letaknya berdekatan. Kami keluar dari Keraton Yogya sekitar jam satu siang, lalu berjalan menuju Masjid Gedhe Kauman untuk menunaikan salat zuhur. Di sana sudah banyak pengunjung yang juga memiliki niat sama. Bangunan Masjid Gedhe Kauman yang eksotis terkesan ramah menyambut kami. 

Kedatangan kami yang mendekati hari tahun baru membuat keraton dan masjid dipenuhi wisatawan seperti kami. Untungnya dulu  belum ada virus corona, jadi berkerumun dengan banyak orang pun tak masalah. Tak sabar ingin segera membasuh wajah dengan air wudhu, saya bergegas mengambil wudhu. 

Rasanya segar sekali ketika air wudhu sudah membasuhi wajah. Anak-anak saya ikut berwudhu dan segera menunaikan salat. Saya masuk ke ruangan khusus jamaah wanita. Alhamdulillah, mukena sudah disediakan.  Kami salat di ruangan yang sangat luas dengan hamparan karpet merah. Suasananya semakin terasa sejuk karena ruangan ini agak gelap disebabkan oleh tiang-tiang besar berwarna cokelat dari kayu jati itu, juga atap masjid dengan warna senada.

Ruangan Salat di Masjid Gedhe Kauman. Foto: dok. pribadi
Ruangan Salat di Masjid Gedhe Kauman. Foto: dok. pribadi

Ketika keluar menuju serambi masjid, saya dibuat terpesona dengan pintu masjidnya yang "mewah" dalam kacamata saya sebagai seorang wanita dikarenakan hiasan keemasan dan kokohnya pintu itu. Seperti di istana kerajaan dalam drama kolosal kerajaan Jawa.

Pintu Masjid Gedhe Kauman yang mewah. Foto: dok. pribadi
Pintu Masjid Gedhe Kauman yang mewah. Foto: dok. pribadi

Ruangan dalam Masjid Gedhe Kauman ini sangat teduh, karena tiang-tiangnya terbuat dari kayu jati yang kokoh. Usai salat, saya menuju serambi masjid yang luas sekali. Lantainya terbuat dari marmer sehingga terasa dingin. Cocok sekali untuk menyejukkan tubuh usai berpanas-panasan di luar. 

Pantas saja banyak orang yang berbaring dari sekadar tidur-tiduran sampai benar-benar tertidur. Tiangnya yang besar membuat kita bisa bersandar dengan nyaman. Memang rasanya betah sekali berteduh di Masjid Gedhe Kauman. Andai tidak dikejar waktu untuk kembali menjelajahi Yogyakarta, mungkin saya dan keluarga akan berteduh sampai sore. 

Berteduh sejenak di Masjid Gedhe Kauman. Foto: dok. pribadi
Berteduh sejenak di Masjid Gedhe Kauman. Foto: dok. pribadi

Masjid ini memiliki banyak filosofi yang mengiringi proses pembangunannya pada tahun 1773. Saya tidak pandai mendeskripsikan detil dari ornamen di dalam masjid Gedhe Kauman ini. Hanya terpesona memandangi keseluruhan masjid yang eksotis dan tradisional dengan bangunan perpaduan Jawa dan Islam ini. 

Sayangnya, saya tidak banyak mengambil foto masjid ini karena hanya mampir sebentar untuk salat. Selain serambi masjid yang luas, halamannya pun sangat luas hingga sampai ke gapuranya. Masjid ini  bisa menampung ribuan orang apalagi di bulan Ramadan dalam suasana normal sebelum ada pandemi virus corona. 

Serambi Masjid Gedhe Kauman. Foto: dok. pribadi
Serambi Masjid Gedhe Kauman. Foto: dok. pribadi

Untuk masuk ke masjid ini, ada beberapa peraturan yang harus ditaati yaitu tidak berisik, menjaga kebersihan, menutup aurat, mematikan suara ponsel, dan tidak  merokok. Sebagaimana layaknya seorang tamu, ya kita harus mematuhi peraturan tersebut ya. Peraturan itu sudah ditempel di depan serambi masjid. 

Jadi, kalau kita ditegur karena tidak mematuhi peraturan, ya jangan protes. Sebab, kita hanyalah tamu yang menumpang berteduh. Alhamdulillah, anak-anak saya juga tidak tergoda untuk berlarian di serambi masjid karena mungkin sudah lelah mengelilingi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang juga luas di tengah terik matahari. 

Jika diberi kesempatan ke Yogyakarta lagi, saya ingin berteduh lagi di Masjid Gedhe Kauman ini dan lebih mengeksplorasi keindahannya melalui foto-foto. Masih banyak detil-detil masjid yang luput dari tangkapan kamera saya. Memang waktu itu saya terburu-buru ingin ke tempat wisata lain di Yogyakarta. Semoga virus corona cepat hilang, agar kita dapat kembali berteduh di masjid tanpa khawatir berkerumun dengan banyak jamaah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun