Perjalanan ke Yogyakarta di awal tahun 2019 lalu bersama keluarga, mendamparkan kami di Masjid Gedhe Kauman usai mengelilingi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kedua bangunan itu letaknya berdekatan. Kami keluar dari Keraton Yogya sekitar jam satu siang, lalu berjalan menuju Masjid Gedhe Kauman untuk menunaikan salat zuhur. Di sana sudah banyak pengunjung yang juga memiliki niat sama. Bangunan Masjid Gedhe Kauman yang eksotis terkesan ramah menyambut kami.Â
Kedatangan kami yang mendekati hari tahun baru membuat keraton dan masjid dipenuhi wisatawan seperti kami. Untungnya dulu  belum ada virus corona, jadi berkerumun dengan banyak orang pun tak masalah. Tak sabar ingin segera membasuh wajah dengan air wudhu, saya bergegas mengambil wudhu.Â
Rasanya segar sekali ketika air wudhu sudah membasuhi wajah. Anak-anak saya ikut berwudhu dan segera menunaikan salat. Saya masuk ke ruangan khusus jamaah wanita. Alhamdulillah, mukena sudah disediakan. Â Kami salat di ruangan yang sangat luas dengan hamparan karpet merah. Suasananya semakin terasa sejuk karena ruangan ini agak gelap disebabkan oleh tiang-tiang besar berwarna cokelat dari kayu jati itu, juga atap masjid dengan warna senada.
Ketika keluar menuju serambi masjid, saya dibuat terpesona dengan pintu masjidnya yang "mewah" dalam kacamata saya sebagai seorang wanita dikarenakan hiasan keemasan dan kokohnya pintu itu. Seperti di istana kerajaan dalam drama kolosal kerajaan Jawa.
Ruangan dalam Masjid Gedhe Kauman ini sangat teduh, karena tiang-tiangnya terbuat dari kayu jati yang kokoh. Usai salat, saya menuju serambi masjid yang luas sekali. Lantainya terbuat dari marmer sehingga terasa dingin. Cocok sekali untuk menyejukkan tubuh usai berpanas-panasan di luar.Â
Pantas saja banyak orang yang berbaring dari sekadar tidur-tiduran sampai benar-benar tertidur. Tiangnya yang besar membuat kita bisa bersandar dengan nyaman. Memang rasanya betah sekali berteduh di Masjid Gedhe Kauman. Andai tidak dikejar waktu untuk kembali menjelajahi Yogyakarta, mungkin saya dan keluarga akan berteduh sampai sore.Â
Masjid ini memiliki banyak filosofi yang mengiringi proses pembangunannya pada tahun 1773. Saya tidak pandai mendeskripsikan detil dari ornamen di dalam masjid Gedhe Kauman ini. Hanya terpesona memandangi keseluruhan masjid yang eksotis dan tradisional dengan bangunan perpaduan Jawa dan Islam ini.Â