Mohon tunggu...
Leyla Imtichanah
Leyla Imtichanah Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Ibu Rumah Tangga Naik Commuter Line

6 Desember 2015   22:16 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:16 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yeaaay! Alhamdulillah, sekarang saya sudah tidak takut lagi naik kereta. Saat pertama kali naik kereta sendirian tanpa ditemani belahan jiwa yang selalu menemani ke mana-mana, saya merasa gugup, takut, grogi, khawatir, cemas, dan perasaan tidak enak lainnya. Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat jarang keluar rumah sendirian, dari sejak saya menikah, sekitar 9 tahun lalu. Saya selalu ditemani oleh suami, karena saya keluar rumah hanya di akhir pekan, yaitu saat jalan-jalan bersama keluarga. Itupun, kami naik motor yang dikendarai oleh suami. Setelah punya anak tiga kecil-kecil dan suami sudah punya rezeki untuk menyicil mobil, suami pun dengan sabar menyopiri kami naik mobil keliling kota.

[caption caption="Berada di dalam gerbong Kompasiana"][/caption]

Belakangan ini, saya mulai sering mengikuti kegiatan bersama teman-teman blogger dan penulis. Awalnya sih, saya masih menyertakan suami dan anak-anak ketika menghadiri kegiatan tersebut. Lama-lama, suami mengeluh juga karena capek. Maklum deh, anak kami masih kecil-kecil, kalau diajak ke tempat acara, sering kali membuat kekacauan. Saya pun jadi kurang konsentrasi mengikuti acara di mana saya harus nge-tweet dan menulis reportase di blog. Belum lagi kalau bawa anak-anak itu dari pagi saya sudah harus menyiapkan segala sesuatunya. Naik mobil pun kadang telat sampai ke lokasi karena macet. Rumah saya di Citayam, Bogor, kadang bisa sampai empat jam perjalanan ke Jakarta kalau macet. Wuiih.. lama betuul… Anak-anak sudah rewel.

Pernah, kami kena macet di daerah Kuningan, padahal acara diadakan di Plaza Senayan. Saat itu sudah jam 12 siang, acaranya dimulai jam 11. Woow! Untungnya, saya diberikan toleransi oleh panitia, bisa ikut sesi ketiga, jam 3 sore. Saya baru sampai di Senayan jam 13.30. Acara sesi kedua yang seharusnya bagian saya itu sudah akan selesai dong. Coba kalau saya tidak mendapatkan toleransi, ya wassalam. Jauh-jauh dari Bogor, tidak dapat apa-apa.

Sudah beberapa waktu, suami mempersilakan saya untuk pergi sendiri supaya tidak repot membawa anak-anak, tidak kena macet di jalan, dan bisa berkonsentrasi mengikuti acara. Saya disuruh naik kereta commuter saja. Ya dong, alat transportasi apa yang bisa cepat sampai ke tempat tujuan selain kereta? Menurut saya, Commuter Line itu memang the Best Choice for Urban Transport, apalagi untuk jarak jauh seperti saya, dari Citayam ke Jakarta.

Oke, jadi, bagaimana ceritanya saya naik Commuter Line sendirian? Saat itu saya ada blogger gathering di daerah Sudirman. Untungnya, lokasi tempat acaranya itu mudah dicari, karena berada di Sarinah, dekat kantor suami. Jadi, suami memberitahu bahwa saya nanti turun di Stasiun Sudirman, lalu tinggal naik ojek dan bayar Rp 10.000 ke Sarinah. Kelihatannya gampang, tapi saya tetap deg-degan melakoninya. Suami juga ikut cemas deh. Norak sekali, yah. Namanya juga ibu rumah tangga yang baru pertama kali naik kereta sendirian.

Intermezo dulu yah. Sebelum menjadi ibu rumah tangga, saya pernah kerja kantoran tapi saya tidak perlu naik kereta, cuma naik angkot. Saya juga pernah beberapa kali naik kereta, tapi itu bersama dengan teman-teman kantor dan bersama suami, jadi tinggal ikut saja. Tidak perlu memperhatikan jalan, kan ada gandengannya. Nah, kalau sendirian? Saya takut nyasar saking gagapnya dengan dunia luar. Jalan-jalan dengan suami pun kadang-kadang saja di akhir pekan.

Pertama kali melepas saya naik kereta sendirian itu, suami sampai mengantar saya ke Stasiun Depok! Padahal sama saja, naik dari Stasiun Citayam atau Depok, memang sayanya saja yang takut memulai. Kebetulan suami juga mau ke Depok, ya saya nebeng saja naik mobil ke Stasiun Depok. Saya membawa kartu Multi Trip punya suami. Memang suami memiliki kartu tersebut, yang dibayar kapan siapa untuk perjalanan ke mana saja, supaya tidak perlu lagi mengantri di loket. Kalau hari kerja, antriannya mengular. Dengan kartu Multi Trip tersebut, kita bisa langsung masuk dengan meletakkan kartu di mesin tap karcis. Gerbang keluar masuk pun terbuka.

Saking gugupnya, saat pertama meletakkan kartu Multi Trip itu di mesin tap karcis pun saya gemetaran dan dibantu oleh petugas yang sedang berjaga. Oya, ini memang kemajuan yang sangat pesat pada Commuter Line. Beberapa tahun lalu, tidak ada tuh mesin tap karcis. Stasiun kereta pun tidak serapi dan secantik sekarang. Kios-kios kecil dan pedagang asongan memenuhi stasiun, sampai begitu padatnya dan sulit berjalan. Petugas penjaga palang pintu memang ada, tapi khususnya di Stasiun Citayam, ada jalan tikus yang memudahkan kita masuk ke dalam Stasiun, bahkan kita bisa jadi penumpang gelap kalau berani.

[caption caption="Tempel kartunya, baru boleh masuk"]

[/caption]

Sekarang sudah ada mesin tap karcis itu, dan tiket masuknya pun memakai kartu. Otomatis, kita mesti punya kartunya kalau mau masuk. Tidak ada jalan tikus lagi sehingga menutup akses penumpang gelap. Kios-kios pedagang makanan sudah tidak ada, kecuali minimarket. Saat menaiki kereta pun, tidak ada pedagang asongan yang mengganggu. Jujur ya, dulu itu saya suka sebal naik kereta ekonomi. Terlalu banyak pedagang asongan yang ikut berdesakan dan membuat tidak nyaman. Sudahlah di dalam kereta itu penuh penumpang, eh pedagang asongan ikut mendorong-dorong dan berjejalan sembari menjual dagangannya. Walaupun begitu, saya sempat kehausan juga karena lupa beli minum di minimarket. Sempat berpikir, coba ada pedagang asongan. Eh, tapi sepertinya lebih baik tertib dan rapi.

Untuk tarifnya, menurut saya, amat sangat murah dibandingkan naik transportasi lain. Berhubung saya memakai kartu Multi Trip punya suami, jadi saya tidak keluar uang. Nanti suami yang keluar uang untuk mengisi ulang saldonya, hehe…. Kalau tidak punya kartu Multi Trip, kita bisa menggunakan kartu tiket harian berjamin yang dibeli di loket setiap akan bepergian, dengan jaminan kartu Rp 10.000. Setelah sampai di tujuan, kita bisa mengembalikan tiket harian berjamin itu ke loket dan mendapatkan kembali uang Rp 10.000 tersebut. Kita juga bisa menggunakan kartu uang elektronik, misalnya Kompasiana Community Card yang bekerjasama dengan Flazz BCA.

Awal naik Commuter Line, saya memilih naik kereta khusus wanita. Iya dong, kayaknya sih kalau wanita itu lebih aman naik gerbong khusus wanita. Ternyata oh ternyata, penuhnyaaa…. Mungkin karena gerbong wanita itu hanya ada dua di setiap kereta, sedangkan penumpang wanitanya banyak sekali. Saya jarang dapat duduk kalau naik di gerbong wanita, kecuali saat saya membawa anak. Ada petugas yang berjaga di dekat kursi prioritas. Penumpang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan kursi prioritas, otomatis akan dibantu duduk di kursi tersebut. Berhubung saya sendirian, ya berdirilah sampai dapat tempat duduk kosong.

[caption caption="Tiket Harian Berjamin"]

[/caption]

Sekarang, saya memilih masuk ke gerbong umum saja, karena penumpang laki-laki itu lebih sadar diri. Mungkin karena sering disentil, ya. Saya selalu dikasih tempat duduk oleh penumpang laki-laki, kecuali penumpang yang pura-pura tidur. Memang masih ada sih penumpang laki-laki yang pura-pura tak peduli, tapi insya Allah lebih banyak yang peduli karena sudah beberapa kali ini saya dikasih kursi oleh bapak-bapak. Jadi, jangan khawatir kalau naik kereta sambil bawa anak-anak, insya Allah dapat duduk. Kalau tidak dapat, tinggal panggil petugas jaganya untuk mencarikan. Petugasnya cukup banyak dan ada di setiap gerbong. Sip, deh. Kalau dulu kan, petugas jaga itu hanya muncul saat memeriksa tiket. Sekarang sudah tidak ada petugas yang keliling gerbong untuk memeriksa tiket dengan cara membolongkannya, karena tiketnya sudah diganti dengan kartu tap yang memastikan penumpang sudah memiliki tiket.

Bagaimana pengalaman saya selama di dalam kereta Commuter Line? Benar-benar sudah jauh berbeda daripada yang dulu. Pertama, AC-nya lebih terasa. Rasanya seperti berada di dalam bus ekonomi AC. AC-nya tidak dingin-dingin amat, tapi lumayan daripada gerah kan. Kedua, tempat duduknya sudah lebih bagus daripada dulu dan ada kursi prioritas untuk ibu hamil, ibu bawa anak, orang lanjut usia, dan difabel (orang cacat). Para penumpang sudah sadar, kalau ada yang masuk kategori tersebut, harus diberikan tempat duduk. Kalau tidak, ya siap-siap ditegur oleh penjaga. Penjaganya selalu ada di dekat kursi prioritas itu.

Ketiga, gerbongnya juga bersih, karena ada larangan membawa makanan dan minuman. Tidak ada pedagang asongan dan pengamen. Dilarang duduk di lantai dan membawa kursi lipat agar tidak mengganggu penumpang lain. Kalau sedang penuh sekali, kita duduk di lantai kan memakan tempat penumpang lain. Kalau berdiri semua, jadi lebih hemat tempat. Dulu saya sering melihat orang membawa kursi lipat di dalam kereta.

Keempat, ada tevenya. Walaupun isinya banyak iklannya, lumayan deh buat hiburan di perjalanan daripada bosan. Kelima, ada peta jaringan kereta, kita bisa memperkirakan kapan tiba di stasiun tujuan. Keenam, ada speaker pengumuman kereta akan berhenti di stasiun tertentu, sehingga kita  bisa siap-siap kalau kereta sudah akan berhenti di stasiun tujuan.

Saya rasa wajar, untuk menghasilkan pelayanan se-oke itu, PT. KAI Kereta Commuter Jabodetabek bekerjasama dengan sponsor dengan memasang iklan produk sponsor di dalam gerbong kereta. Iklannya macam-macam, termasuk iklan Kompasiana. Uhuuii…! Akhirnya saya dapat kesempatan juga duduk di dalam gerbong yang mana di dalamnya terpasang logo Kompasiana beserta testimoni-testimoni beberapa Kompasianer terkenal. Itu terjadi saat saya sedang dalam perjalanan ke Serpong. Di antara semuanya itu, saya hanya kenal Olive Bendon. Saya sempat berfoto selfie juga di gerbong tersebut.

Sekarang, saya sudah tidak takut lagi naik kereta Commuter Line karena lebih nyaman daripada naik transportasi lain, khususnya untuk jarak jauh. Ongkosnya hanya sekitar Rp. 2.000 – Rp 7.000. Apalagi kalau saya memakai kartu Multi Trip milik suami, kan jadi gratis (maksudnya, yang membayar ya suami saya). Saya juga punya Kompasiana Community Card yang ternyata juga bisa dipakai untuk membayar tiket kereta, asyiiik! Makin cinta KRL, deh!

[caption caption="Kartu Multi Trip dan KCC"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun