Kemudian, handphone saya rusak. Saya minta dibelikan handphone oleh suami, ya minta ke siapa lagi, kan dia yang punya uang. Suami membelikan handphone minimalis, yang hanya bisa untuk terima telepon dan sms, hehe… Tidak apalah, yang penting ada alat komunikasi. Handphone itu sekarang sudah rusak. Karena istrinya kesepian di rumah, suami membelikan modem untuk internetan. Sejak bisa internetan itulah, peluang saya terbuka lagi.
Menulis buku? Ya. Saya kembali menulis buku. Alhamdulillah, hasilnya sedikit bisa membantu keuangan keluarga. Tapi, ada yang lebih dari itu. Seorang teman mengajak saya membuka akun di Kompasiana. Pencetusnya: lomba blog. Hadiahnya lumayan yah. Saya coba ikut satu dua, belum ada yang menang. Saya tidak menyerah. Lambat laun, saya berhasil memenangkan beberapa lomba blog yang diadakan di Kompasiana. Hasilnya seperti yang saya sebut di atas.Saya bisa membelikan buku untuk saya sendiri dan anak-anak, belanja kebutuhan bulanan, membelikan sepatu untuk sekolah, bahkan punya handphone yang lebih canggih dan bisa mendukung aktivitas bersosial media. Bagaimanapun, sosial media memang penting untuk seorang penulis seperti saya. Saya tetap bisa berada di rumah mendampingi anak-anak, tanpa kehilangan kesempatan memperoleh penghasilan tambahan dengan mengikuti lomba blog di Kompasiana.
[caption caption="Andromax R dari Kompasiana/ foto: dok. pribadi"]
Suami masih tetap menafkahi saya, tapi setidaknya sekarang saya tidak cemas lagi setiap menjelang akhir bulan. Kalau uang dari suami sudah habis, saya bisa ambil dari rekening sendiri. Kami tidak perlu mencari utangan ke mana-mana, malah sekarang kami yang sering diutangi. Karena Kompasiana, saya jadi bisa membantu suami, membantu orangtua, dan membantu orang lain yang membutuhkan bantuan. Saya menjadi ibu rumah tangga yang produktif, tak hanya di wilayah domestik tapi juga nondomestik. Sebagai ibu rumah tangga, aktivitas menulis di Kompasiana ini menjadi aktivitas yang positif daripada bergunjing dan menonton sinetron.
Kalau ada yang bilang, “menulis itu bukan hanya untuk cari uang.” Sekarang begini, kalau kita bisa mendapatkan dua manfaatnya sekaligus, mengapa tidak? Manfaat berbagi dan mendapatkan penghasilan. Bagi saya, yang terpenting tulisan saya itu bermanfaat untuk pembaca (sekalipun untuk lomba blog), pembaca mendapatkan informasi yang positif, dan motivasi yang membangun. Saya tidak mau menulis hal-hal yang bisa memancing konflik SARA, menimbulkan kebencian, memprovokasi, dan sebagainya.
Seorang ibu rumah tangga yang menulis untuk mendapatkan penghasilan itu juga baik, lho. Dulu kita sering membaca berita tentang ibu rumah tangga yang membunuh anak-anaknya, penyebabnya karena depresi, kesulitan ekonomi, dan sebagainya. Jika menulis dapat mengatasi kesulitan ekonomi, mengapa tidak? Lebih baik ibu rumah tangga itu menulis untuk mendapatkan penghasilan, daripada dia tidak punya penghasilan tambahan, lalu terbelit dalam kesulitan ekonomi, mengalami depresi, dan membunuh anak-anaknya.
Menulis di Kompasiana adalah jalan paling mudah untuk mengawali karir sebagai penulis. Mengapa? Karena kita tinggal buat akun dan menulis. Tulisan langsung dipublikasikan tanpa menunggu acc editor atau redaksi. Kecuali bila tulisan kita dianggap meresahkan, ya terpaksa dihapus oleh admin. Itu mengapa saya memilih menulis yang baik-baik saja. Coba bandingkan dengan menulis di majalah atau Koran, harus menunggu berminggu-minggu supaya tulisannya dimuat. Itu juga kalau dimuat.
Terima kasih, Kompasiana. Tujuh tahun usiamu, walaupun saya baru sekitar tiga tahun bergabung, semoga semakin membawa pencerahan dan manfaat bagi para penulis dan pembacanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H