Di bawah ini adalah Protokol COVID-19 bagi Ibu Jamu yang kami praktekkan bersama beberapa Ibu jamu yang masih beroperasi.
Untuk itu, EMPU menggandeng para pelanggan jamu gendong. Pelanggan ini dapat menjadi mitra Ibu Jamu untuk mengingatkan protokol, memantau praktek protokol, dan juga memantau kualitas dan kebersihan kerja Ibu Jamu.
Masing-masing Ibu Jamu Gendong peserta program EMPU mendapatkan 10 masker, 12 boyol kaca, kaos tangan, dan uang paket internet. Juga ibu jamu menerima beberapa bibit dan biji tanaman untuk kebun kota di halaman masing masing.Â
Melalui program itu, ibu Jamu hendak mempraktekkan Protokol Covid-19 agar Ibu Jamu seperti bu Ngainah, Ibu Hajjah Azizia dan mbak Susi aman ketika menjual jamu. Pembeli aman. Ibu Jamu juga aman.
Ketika membincang soal perlunya menjaga jarak di pasar dan mencuci empon empon yang dibeli di pasar, bu Ngainah menjawab lancar "Setiap pulang dari pasar, semua empon empon saya cuci, rendam dan jemur sampai agak kering. Itu cukup untuk membunuh kuman".
Bu Ngainah mengatakan bahwa jamunya tidak direbus dengan panci tapi kuali tanah. Ini atas petunjuk trainer di suatu pelatihan yang diadakan Pemda Sragen.
Suatu saat tentu kami boleh juga mendiskusikan opsi, misalnya gunakan panci stainless steel. Merebus Jamu dengan kuali tanah adalah baik, selama Ibu Jamu menjaga agar tidak tumbuh jamur dan bakteri pada kuali yang telah dipakai untuk merebus jamu.
Soal air mencuci gelas jamu juga menjadi bagian diskusi. Selama ini bu Ngainah menawarkan jamuya dengan sepeda dan semua jamu sudah dimasukkan ke dalam botol sehingga ia tidak harus membawa botol besar dan ember cuci gelas.
Ibu Ngainah telah membangun relasi dengan para pelanggan jamu yang jumlahnya hingga 20 orang. Ini tentu merupakan keuntungan. Ia bisa membina pelanggan dan memberi pula informasi kepada pelanggan sehingga pelanggan yakin akan kebersihan dan keamanan jamu gendong. Ini juga terjadi pada Ibu Aziziah di Tangerang dan mbak Susi di Yogya.