Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perawat Indonesia, Pejuang Kemanusiaan Garda Depan yang (Telah Lama) Terabaikan

19 Maret 2020   19:30 Diperbarui: 20 Maret 2020   09:20 3263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, situasi di suatu tempat bisa berbeda dengan di tempat lain, meski sama-sama terjadi di Indonesia.

Suster Lili (bukan nama sebenarnya), seorang perawat yang pada beberapa bulan terakhir ini sering datang untuk membantu merawat ibu saya yang sakit di usia lanjutnya sebagai perawat home care. 

Ia mengatakan bahwa pada awalnya orangtuanya tidak menyetujui ketika ia memutuskan untuk bekerja menjadi perawat. Ini karena adanya stereotipe bahwa perawat mirip pesuruh. 

Apalagi tugas seorang perawat pasien lansia. Tugasnya yang mengganti popok dan juga membersihkan kencing dan kotoran dianggap bukan pekerjaan terhormat. 

Juga, banyak pasien yang meminta perawat yang bekerja membantu keluarga untuk melakukan hal yang di luar tugas sebagai perawat, termasuk belanja, masak, dan juga pergi ke warung untuk membeli barang keperluan.

Suster Lili pun mengatakan bahwa ia sedang melamar untuk menjadi perawat PNS. Ia telah berusaha selama tujuh tahun terakhir untuk lolos ujian PNS. 

Saat ini orangtua dan keluarganya melihat profesinya dengan lebih positif karena ia telah menyelesaikan pendidikannya menjadi D4 dan ini memberi harapan untuk perbaikan statusnya.

Suster Lili membagi cerita tentang persoalan yang dihadapi perawat keluarga yang dikelola yayasannya. Isunya kurang lebih sama dengan apa yang dihadapi banyak pekerja rumah tangga. 

Para perawat dari berbagai wilayah tinggal atau menginap di rumah ketua yayasan, yang biasanya juga seorang perawat. Perawat dipekerjakan dengan bergilir sesuai dengan urutan yang direncanakan oleh Ketua Yayasan.

Yayasan memastikan semua perawat yang berada dalam kelola yayasan mendapatkan giliran bekerja. Kami pun sebagai pengguna tidak bisa memilih perawat tertentu. 

Yayasan biasanya cenderung mengarahkan pada penugasan perawat untuk 24 jam karena nilai jasanya mahal, yaitu sekitar Rp 600.000 sampai Rp 800.000- per hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun