Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perawat Indonesia, Pejuang Kemanusiaan Garda Depan yang (Telah Lama) Terabaikan

19 Maret 2020   19:30 Diperbarui: 20 Maret 2020   09:20 3263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kementerian Kesehatan, 2018

Tentu analisis dari mas Nanang Diyanto, Kompasianer yang juga seorang perawat akan lebih membantu untuk melihat kompleksnya persoalan sumber daya keperawatan. Kita bisa membaca salah satu artikelnya di Hari Perawat Indonesia di tahun 2016 ini. 

Sejak lama, profesi perawat adalah sebuah profesi terhormat. Di zaman penjajahan Belanda, perawat disebut juga sebagai verpleger. Ia dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. 

Perawat di Indonesia yang pertama bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara belanda. Selanjutnya, terbentuklah dinas kesehatan Rumah Sakit Cipto Mangun \kusumo. 

Setelah kemerdekaan pada tahun 1952, sebuah sekolah perawat didirikan, yang kemudian dibuka juga pendidikan keperawatan yang setara dengan diploma pada 1962. Barulah pada 1985, pendidikan keperawatan setingkat sarjana didirikan (Sejarah Perkembangan Keperawatan, Wordpress.com)

Salah seorang tetangga saya di Magelang adalah seorang bidan dan anaknya adalah seorang perawat di suatu rumah sakit swasta di Yogyakarta. 

Mereka sekeluarga sangat dihormati di desa kami, karena sering menolong tetangga yang sakit. Selain dikenal sebagai penolong, keluarga dengan anggota keluarga ibu bidan dan perawat ini dianggap sebagai elit desa.

Pada saat saya terlibat riset kesehatan ibu di Papua dan Papua Barat di tahun 2007, seorang Ibu, sebut saja Mama Sopia yang berada di Arfak menyampaikan perasaannya ketika ia menceritakan bayi perempuan. 

Ia sangat menginginkan agar anaknya bila besar nanti akan menjadi seorang dokter, bidan atau perawat. Ia berharap agar anaknya dapat menolong sesama di kampung di Papua karena profesi itu sangat jarang, padahal mereka sangat dibutuhkan di Papua Barat.

Ilustrasi Tenaga Keperawatan ( Kompas TV.com)
Ilustrasi Tenaga Keperawatan ( Kompas TV.com)
Profesi perawat juga dihormati. Seorang kawan kerja saya pernah bercerita tentang pamannya yang bekerja sebagai perawat mantri yang menjalankan tugasnya dengan naik motor dari desa ke desa di di suatu kabupaten di Kalimantan Barat. 

Ketika pulang dari tugasnya, Pak Mantri sering membawa cerita tentang berbagai hal termasuk bagaimana ia dipercaya masyarakat yang ia layani untuk memberi advice berkait soal kesehatan, spiritual, termasuk memberi pertimbangan untuk mengganti nama seorang anak.

Pasalnya nama anak perempuan yang diceritakan adalah bernama Vagina, yang tentu saja akan jadi masalah di kemudian hari. Sang Ayah Ibu akhirnya mengganti nama anaknya. Pak Mantri bercerita baha anak perempuan tersebut tumbuh sehat dan gembira setelah namanya diganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun