Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bunglon yang Sia-sia

30 November 2019   00:30 Diperbarui: 2 Desember 2019   07:12 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bualan Bunglon memanjat, terbang dan jatuh bertengger di sebatang pesona. Ia bergelantung dan menghijau di atas ranting berdaun, meminta disakralkan ribuan semut dan Bougenvil tua.

Para serangga berbaris melata dalam antrian panjang menyujud menjilati kapling kapling di bawahnya. 

Menengadahkan muka meminta berkah perupa titisan perut serigala, ia berkata setia lamun mendua tiga. 

Dahan kecoklatan menyatukan warnanya, dan mata lebar penuh guratan hitam mengukir tanda lahir bagai luka perang yang bercerita soal pengorbanan para pejuang di medan laga yang tak pernah bisa pulang. 

Arakan bunga Bougenvil merah itu menyemat lencana kemenangan. Kilau matahari menerpa surainya, memahkotai kepalanya. 

Radang curiga dan gelora asmara liar menguar pada cucuk lebar yang bergincu menganga. 

Dan sepasukan hamba insekta gemetar tertunduk, takut dilahapnya. Talun dengung lebah, lalat, laron dan nyamuk bising mengganggu telinga dengan berita buatan dan rekayasa. Sementara kupu-kupu, ngengat, dan capung mengendap tanpa suara, takut dikejar lidah projektil sang penjemput nyawa. 

Manakah ada raja Bengkarung yang hendak letakkan mahkota dan turun tahta?

Tentu ia hanya akan hadir di kala sepasang telur siap terlentang di sarang bertanah subur, berpasir dan berserasah di hutan terbuka.

Dan percik api gemeratak di atas dahan kering bagai suara sangkakala ditiup Bala Kurawa.

Bahkan seekor Rajapun akan tersadar bahwa ia bukan siapa siapa

Ketika belantara dimerahkan api, dan serangkaian DNA bersertifikat purna, ia hanyalah makhluk sia sia. 

Pembakaran wahana punahkan manusia Amarta beserta segala rupa primata, makhluk melata dan serangga dalam sejarah Kurusetra

Tak ada lagi jejak Bunglon di sejarah yang telah purba.  

*) korban menonton National Geography dan kisah Bengkarung Surai, Bronchocela Jubata yang sangat mirip manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun