Penolakan Kepada Orang 'Bersih'
Akhir akhir ini, media menuliskan tentang kemungkinan Erik Tohir mengangkat nama nama penting seperti Ahok dan Susy, untuk membantu pengelolaan BUMN.Â
Pada saat yang sama, penolakan secara aklamasi oleh serikat pekerja Pertamina atas kemungkinan ditunjuknya Ahok memimpin BUMN tersebut mengemuka.Â
Tak kalah menarik, beberapa BUMN yang diduga akan menjadi 'rumah' Ahok, antara lain Pertamina, PLN dan lembaga non BUMN seperti BPJS juga menunjukkan sinyal penolakan.Â
Pro kontra tentang rencana menugaskan Ahok di BUMN muncul dari beberapa komen elit Indonesia, seperti dari Arie Gumilar, Rizal Ramli, dan Dahlan Iskan tentu meramaikan suasana.Â
Politisi PDIP, Hendrawan, melalui Detik.com Hendrawan menilai ketakutan terhadap etos kerja Ahok yang tinggi dan disiplin menjadi penyebab sikap tersebut. Juga, terdapat bayangan 'perilaku' masa lalu yang dinilai menakutkan, seperti main pecat, pemberlakuan indikator kinerja yang tanpa kompromi, disiplin dan etos kerja tinggi, dan sebagainya. (Detik.com, 16 Nopember 2019).
Saya duga, orang seperti Ahok akan ditolak di lembaga manapun yang membutuhkan reformasi besar besaran.Â
Alasan soal ia berasal dari ras keturunan Cina, agamanya yang bukan Islam, dan bahwa ia mantan napi yang tidak relevan akan menambah alasan yang dimunculkan.
Bukan hanya Ahok. Saya duga, karakter seperti Ibu Susy, yang telah jelas rekam jejaknya melakukan reformasi juga akan ditolak di banyak lembaga.Â
Ahok dan Susy Pudjiastuti adalah karakter yang mewakili tekad, kerja keras, memotong rente, serta anti korupsi dan penyelewengan. Yang jelas, mereka adalah contoh figur yang tak ragu membuat terobosan baru.Â
Namun, saya kuatir bahwa karakter karakter seperti keduanya tinggal menjadi romantisme.Â
Romantisme bahwa kita pernah punya orang jujur yang tidak segan disebut "gila" untuk memperjuangkan kepentingan warga masyarakat kecil. Â