Selain aktif di bidang musik, Titi juga ternyata aktif di seni peran. Ia adalah penerima Piala Citra kategori Aktris Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2009 pada film Mereka Bilang Saya Monyet, arahan Djenar Maesa Ayu.
Sebetulnya terdapat drummer perempuan lain di Indonesia. Sebut saja Rany Ramadhani dan Jaanita Priyanka Millenix (jP Millenix) di kalangan milennial dan juga Susy Nanser di masa Dara Puspita di tahun 1960 - 1970an.Â
Kisah JP Millenix menarik. Ia yang kelahiran 2 Maret 1994 ini merupakan mahasiswi jurusan Performing Art Communications STIKOM London School of Public Relation Jakarta. Ia tertarik drum gara gara melihat sepupunya. Setelah dibelikan drum oleh orang tuanya, ia makin rajin berlatih. Ia mengunggah permainan drumnya ke youtube. Sejak itulah ia menjadi dikenal.
Setelap penampilannya, ia juga membawa misi dan jargon "Stop Violence Against Children" yang selalu di pertunjukkan drumnya. Kepeduliannya pada isu kekerasan pada anak dipicu keprihatinan karena maraknya tindakan kekerasan pada anak-anak di televisi.
Lalu ada Rani Ramadhani. Ia pernah memainkan lagu Maroon 5 "Payphone" meraih 9,8 juta viewers dan memiliki 6.900 like. Ia lebih ringan dalam.memainkan drumnya.
Juga, permainan drum Rany untuk cover "Aura" dari Lady Gaga tersebut direspon langsung oleh Lady Gaga melalui akun Twitternya. Itu prestasi.Â
Drummer lain adalah Jeane Phialsa. Ia memang lebih banyak bermain drum di belakang layar untuk banyak acara televisi.
Tentang Susy Nander dari grup musik perempuan Dara Puspita, Indonesia menujukkan pernah punya drummer perempuan yang sukses di tahun 1960-an dan 1970-an.Â
Bukan hanya drummer di masa moderen, sebetulnya di dunia musik tradisional, perempuan juga jarang mendapat peran sebagai tukang kendang gamelan. Walau menarik untuk menyaksikan pemain kendang perempuan malah ada dari kalangan bule yang cinta Indonesia.Â
Kalaupun ada perempuan yang memegang kendang, mereka pada umumnya lebih memainkan kendang campursari, dan musik jogetan, bukan untuk gamelan klasik untuk wayang kulit.
Artinya, memang terdapat stereotipe seakan permainan kendang adalah wilayah laki-laki. Suatu studi "Drums, Women, and Goddesses: Drumming and Gender in Iron Age II Israel" oleh Paz dan Sarit yang diterbitkan oleh Zurich Open Repository and Archive mencatat bahwa dalam sejarah perjanjian lama, drum dan kendang dihubungkan dengan figur perempuan.