Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Danau Toba: Festival Babi, Wisata Halal, dan Potensi Politisasi

9 November 2019   13:35 Diperbarui: 11 November 2019   18:09 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Balap Babi (Foto: Doug Duran/Bay Area News Group)

Ada kesan keterlambatan dalam isu ini. Kolera sudah terjadi sejak September 2019 dan pencegahan perluasan wabah seharusnya bisa dilakukan.

Diperlukan Pemerintah yang Sensitif dan Responsif
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya memperketat isolasi menyusul kematian ribuan babi di Sumatera Utara (Sumut) diduga akibat virus flu babi Afrika (African swine fever/ASF). Flu babi juga telah membuat China pusing belakangan ini.

Mentan mengatakan sudah mengirim surat kepada Gubernur dan Bupati terkait untuk melaksanakan isolasi untuk mencegah meluasnya penyakit. Ia mengatakan sementara ini telah dibentuk desk di tingkat nasional, provinsi, kabupaten sampai ke tingkat peternakan.

Secara pribadi, saya melihat peristiwa ini perlu menjadi peluang bagi pemerintah dan warga untuk memperbaiki situasi dan kondisi peternakan kita. Ini berkait semua jenis peternakan. Kita sering menerima 'banned' atas ekpor komoditas peternakan kita, termasuk telur, ayam, dan lainnya. Artinya, peristiwa ini perlu menjadi bahan refleksi pemerintah daerah dan nasional tentang pembinaan di sektor peternakan secara luas, bukan hanya soal peternak babi.

Kita pernah alami wabah flu burung di awal tahun 2000 an. Wabah bukan hanya mengena pada burung dan unggas lain tetapi juga puluhan orang meninggal di Indonesia.

Kematian pasien flu burung di Bengkulu beberapa saat yang pekan lalu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah korban H5N1 tertinggi di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO menyebutkan dari 349 kematian akibat flu burung di seluruh dunia sejak 2003, 155 diantaranya terjadi di Indonesia.

Pada Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2018 Kementerian Pertanian, tercatat populasi ternak babi mencapai 8,542 juta ekor pada tahun lalu. Jumlah ini meningkat sekitar 11% dari populasi pada 2014 yang hanya 7,694 juta ekor.

Bila pemerintah membiarkan persoalan persoalan di atas mengemuka, saya kuatir tentang beberapa hal. Soal budaya daerah, soal kesehatan lingkungan, soal perekonomian, dan bisa saja akan berkembang menjadi soal politik. Akan ada pilkada Sumut 2020, dan isu isu di atas bisa jadi santapan empuk mereka yang menggunakan politik identitas. Pecah belah masyarakat berdasar agama, seperti masa penjajahan Belanda harus dicegah.

Saya juga ingat peristiwa the Black Cat Death di masa kegelapan. Kucing, khususnya kucing hitam dituduh menjadi penyebab kematian separuh warga Eropa. Kucing hitam yang dianggap piaraan tukang sihir dibantai habis. Ini tentu mengerikan sekali. Barulah pada masa Renaissance, kucing kembali menjadi bagian dari keluarga. Ini pernah saya tuliskan dalam artikel saya di Kompasiana.

Masyarakat perlu diedukasi dengan memadai dan seimbang. Media perlu pula mendidik diri dan bukan hanya melakukan pemberitaan untuk mengejar iklan dan viral.

Akan terdapat 23 kabupaten /kota di Sumut yang akan menggelar Pilkada Serentak pada 23 September 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun