Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kalimantan Timur, Kerlip Bintang, dan Obrolan Warung Kopi Jakarta

27 Oktober 2019   16:11 Diperbarui: 29 Oktober 2019   18:24 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lomba desain ibu kota baru (Sumber: Kompas.com)

Sambil menunggu petugas hotel mempersiapkan kamar yang kami pesan. Waktu menanti itu membuat mata saya sempat mempelajari hal di sekeliling. Di sebelah saya, berdiri seorang perempuan cantik bermotif kulit macan totol, dengan model ala orang kota dan berdandan tidak biasa. Ia berdiri di sebelah seorang laki-laki di sebelah saya.

Saya tidak harus bercuriga. Namun beberapa rekan laki laki dalam satu tim (yang nampaknya ahli) melihat hal ini sebagai simptom pekerja di wilayah 'tua'. Mereka mendaftar dengan KTP si perempuan. Ini agak janggal. Sementara sang laki laki agak berjarak dan seakan tak acuh. Petugas hotel merekonfirmasi alamat si perempuan dengan suara yang dapat kami dengar. Dari Teluk Sumbang, katanya.

Saya dan tim saling bertatap mata. Jauh juga perjalanannya untuk sampai ke hotel itu. Rasanya apa yang kami duga cukup dekat dengan analisis situasi yang ada. Pada situasi terdapat pembangunan konstruksi jalan jalan yang membuka hutan, persoalan sosial semacam ini sering mengemuka. Adanya kehilangan hutan karena dibeli untuk kebun kelapa sawit atau pabrik semen membuat akses mata pencaharian masyarakat hutan hilang atau berkurang. Solusi untuk bertahan sering dibuat, antara lain dengan mengakses pekerjaan di kota.

Malam makin tua. Kami masih harus mempersiapkan kepulangan kami esok hari ke Jakarta. Kami akhirnya tidur cepat karena kelelahan. Keindahan bintang yang berkelip di Teluk Sumbang menjadi mimpi saya di Tanjung Redeb dan ketika transit di Jakarta.

Jarak Ibu Kota Berau di Tanjung Redeb masih cukup jauh dari Pejaman Paser, yaitu 643,2 km. Bila ditempuh dengan perjalanan darat maka diperlukan sekitar 16 jam. Walaupun demikian, saya membayangkan jarak itu akan mennjadi pendek di mata investor.

Akankah kerlip bintang itu masih akan ada di Teluk Sulaeman?

Pembangunan Ibu Kota Baru Indonesia dan Potensi Isu Sosial
Keputusan untuk memindah ibukota negara telah dilakukan dan sedang diterjemahkan ke dalam RPJMN. Diskusi makin intensif. Ini akan menjadi sesuatu yang sangat cepat, mengingat rekam jejak Jokowi dalam pembangunan infrastruktur di periode pertama. 

“The masterplan that we’ve been developing will hopefully become an ideal city, and most importantly, will be the standard for the development of big cities in metropolitan areas in Indonesia,”, Bambang Brojonegoro, Jakarta Post, 1 Agustus 2019.

Disampaikan oleh Bambang Brodjonegoro bahwa 50% dari luas tanah sebesar 2.000 hektar yang dirancang untuk ibu kota baru itu akan dipergunakan sebagai area hijau dan kota hutan. Karena pembangunan dimulai dari awal, rencana pembangunan ibu kota juga diniatkan pada upaya merestorasi Kalimantan dengan lansekap berbukit dan dengan sistem sungai. Konsep kota hutan ini diharapkan akan menjadi model kota masa depan di Indonesia.

Berita di media melaporkan bahwa warga adat Dayak Paser di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), cemas lahan yang mereka tinggali secara turun-temurun bakal tergusur ibu kota baru yang ditargetkan menampung 1,5 juta orang.

Setidaknya terdapat empat desa komunitas adat Dayak Paser di wilayah yang ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi pusat pemerintahan baru. Di dalamnya terdapat 13 wilayah adat di sekitar ibu kota baru yang akan berpusat di Kecamatan Sepaku, PPU; dan Kecamatan Samboja, Kutai Kertanegara, merujuk pemetaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.

Adanya persoalan sosial tiba tiba muncul di Panajam Paser tentu perlu dianalisis dengan saksama, dan bukan hanya direspons dengan pendekaan keamanan dengan menerjunkan sepasukan POLRI. Hal semacam ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Media membahas tentang terbakarnya Penajam, Pasir Utara sebagai bagian Calon Ibu Kota Negara (detikNews Rabu 16 Oktober 2019, 21:57 WIB). Juga terdapat warga yang terpaksa harus mengungsi. Disebut "Imbas Rusuh, Warga Penajam Paser Utara Mengungsi". Penajam Paser Utara - Kerusuhan terjadi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim). Apa yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun