Efektivitas Jingle
Persaingan keras di antara merek untuk memenangakan pelanggan dan perang media memberikan tantangan pada pemasang iklan untuk berada dalam prioritas otak pelanggan.
Studi " Study of the Effectiveness of Advertising Jingles" oleh Pooja Jain and Utkarsh Jain" menunjukkan bahwa untuk menciptakan pencitraan kuat, berbagai strategi promosi dilakukan, dan jingle ternyata memiliki peran yang penting dalam mendukung hal ini.
Studi menunjukkan bahwa jingle yang paling lama menancap di otak audiens terkait merek yang ia dengar melalui Jingle. Juga ternyata penggunaan Jingle telah meningkatkan pendapatan perusahaan.
Studi "The imminent return of the advertising jingle" oleh Charles R Taylor mencatat bahwa jingle pernah mati. Ia mengutip Belch and Belch (2015, 325) untuk mendefinisikan jingles sebagai '...catchy songs about a product or service that usually carry the advertising theme and a simple message" atau artinya potongan lagu yang menarik tentang produk atau layanan yang dipakai dalam pesan iklan".
Buku Joel Beckerman berjudul The Sonic Boom (Beckerman 2014) menngatakan bahwa ketika lagu menjadi bagian penting dari iklan, Jingle sempat dianggap manipulatif dan tidak dipercaya karena saking kuatnya mempengaruhi pikiran orang. Itu terjadi di sekitar tahun 2000 an. Bahkan, the the Economist (2003) memproklamasikan kematian Jingle 'the death of the jingle.
Namun, waktu mencatat dengan cara berbeda. Jingles masih dipergunakan, dengan dikombinasikan dengan strategi periklanan lain atau 'mixed marketing".
Pustaka : Satu, Dua, Tiga, EmpatÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI