Kita saat ini dalam situasi negara dengan demokrasi yang digerogoti korupsi. Tidakkah itu dipahami? Pemahaman sempit bahwa ada Taliban dalam tubuh KPK dan oleh karenanya undang undang tentang KPK perlu dilibas habis menunjukkan kegagapan masyarakat sipil memahami situasi dengan baik. Ini saya telah tulis di artikel 'Masyarakat Sipil, Renta Sebelum Tua'.Â
Juga, tidakkah kita perlu bersuara ketika serangkain undang undang didorong untuk disetujui DPR di masa mendekati rapat paripurna dan mahasiswa dan sebagian dari anggota masyarakat sipil melakukan tekanan untuk pembatalan revisinya. Sebut saja RKUHP. Tentunya, masyarakat sipil dan aktivis 98 perlu berteerima kasih pada upaya mahasiswa.Â
Arogansi tentang 'saya yang paling tahu', 'sayalah masyarakat sipil sesungguhnya', 'saya adalah aktivis yang merubah Indonesia' yang masih muncul di antara mereka yang turut bergerak di tahun 1998 saya kira perlu melihat kembali realitanya.Â
Rangkul lebih banyak masayarakat sipil yang 'civilized' untuk mendorong perubahan, demi menjunjung hak asasi manusia. Mereka yang aktif sebagai pegawai professional, karyawan perusahaan, civitas akademika, ibu rumah tangga, petani, tukang kayu, pengemudi taksi online dan bahkan tukang ojek online serta para pemuda, mahasiswa serta siswa yang menyadari peran mereka sebagai warga Indonesia yang bertanggung jawab upaya membangun demokrasi bangsanya dan berperilaku 'civilized' adalah masyarakat sipil. Mereka juga melakukan haknya sebagai warga negara untuk berbicara.
Bukan tidak mungkin Indonesia juga memiliki anak muda yang dapat merubah masyarakatnya, negaranya, bahkan dunia. Sudah lelah kita menonton politisi tidak berbobot yang hanya memainkan lidahnya, dan bahkan mengobrak abrik tatanan demokrasi bangsa ini, tanpa pembelaan pada kepentingan khalayak ramai.
Sudah ada M Atiatul Muqtadir, Manik Marganamahendra, dan Royyan A. Dzakiy, dan mungkin banyak lagi anak muda yang lebih baik dari politisi dan elit atau sebagian dari aktivis 98 kita. Mengapa tidak?
*)Tulisan ini pengembangan dari artikel yang saya tulis untuk Kompasiana pada bulan Pebruari 2019.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H