Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

616 Orang Telah Dukung Petisi via Change.Org Ini, Hendak Gabung?

16 September 2019   12:25 Diperbarui: 16 September 2019   15:41 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari pertama saya menginisiasi petisi untuk Presiden dan DPR membatalkan Ketua Baru KPK yang bermasalah dan menunda revisi UU KPK, saya pada Sabtu 14 September 2019 tidak tindak lanjuti dengan penyebaran. 

Saya cukup kecil hati melihat apa yang diberitakan media. Menyedihkan. Demo para pemuda yang nampak beringas untuk mendukung revisi UU KPK. Juga pemutaran situasi rapat Komisi III pada saat 'fit and proper test' dan pemilihan musyawarah kilat melalui rehat kurang dati 5 menit dan memilih Irjen Firli sebagai Ketua KPK 2019 - 2024. Suasana dalam ruang sidang yang ketawa ketiwi itu membuat saya 'eneg'. Tak ada gambaran urgensi karena situasi genting. Tak ada keseriusan. Satu satunya kesetiysan adalah konprensi persvyamg dijawab Suryani, salah satu anggota fraksi. Itupun hanya jelaskan bahwa komposisi pimpinan sudah bagus. Ada keterwakilan perempuan. Ini diulang dua kali. 

Saya ingat tabungan saya di akhir tahun 2018 yang saya terpaksa bayarkan semuanya, ludes untuk pembayaran pajak. Saya ikhlas. Namun, melihat wajah wajah degan bahasa tubuh yang penuh kuasa, dan menunjukkan keserakahan dari liputan televisi pada pemungutan suara di Komisi 3 pada 13 September 2019, saya lanjutkan petisi yang saya mulai. Saya tak ingin setiap sen jerih payah saya akan dibuat bancakan koruptor. 

Ditambah, saya membaca puisi dari para guru besar UGM. No way, saya harus lanjutkan. 

Kemarin siang, saya melihat begitu banyak kawan masih bergerak. Saya lanjutkan upaya mencari dukungan tanda tangan. Awalnya lambat karena saya petlu jelaskan imi itu. 

Beberapa rekan sampai dengan siang tadi kuatir bahwa petisi akan ganggu NKRI. Ternganga mulut saya. NKRI? Ini rupanya yang menghantui. 

Juga radikalusme Taliban ditiupkan seakan ganggu KPK.  NKRI dan radikalisme. 

Saya sabar saja membagi link tulisan saya di K. Ada beberapa analisis tentang mengapa saya berpendapat bahwavtulisan Denny Siregar adalah "dagangan". 

Rupanya ada 11 artikel saya tentang KPK. Biarlah kawan kawan membaca. Banyak kawan tidak pernah tahu bahwa saya sedikit menulis iseng di Kompasiana. 

Saya pantau, walau mata saya yang menggunakan 'soft lense" sedang iritasi berat. Tapi rupanya saya harus berhenti setelah 6 jam. Mata saya tidak bisa diajak kompromi. 

Dalam 6 jam, kemarin kita dapatkan lebih dari 300 tanda tangan. Saya haru dan jadi semangat. 

Dan hari ini, dalam 6 jam, kita juga dapatkan lebih dari 300 tanda tangan. Alhasil, pada jam 12.00 hari ini kita dapatkan dukungan sebanyak 616 tanda tangan.

Terima kasih, sahabat Kompasianer dan juga kawan kawan serta sahabat.

Masih 384 tanda tangan lagi menuju 1.000 tanda tangan. Sahabat Kompasianer hendak bergabung? Inilah tautannya 

Petisi ini, bersama dengan petisi yang telah diinisiasi beberapa kawan di ICW dan MTI derta lembaga pejuang korupsi lain akan sampai di mailbox Bapak Presiden dan DPRRI. Bersama, kita bisa lakukan perubahan. 

Di dalam tautan, Kompasianer juga bisa membaca komentar dan alasan kawan kawan yang mendukung petisi. Terdapat lebih dari 30 komen dicantumkan. Beberapa komen saya "screen shoot"

Screen shoot komen petisi ( dokumentadi pribadi).
Screen shoot komen petisi ( dokumentadi pribadi).
Screenshoot komen Petisi (dilokumentasi pribadi)
Screenshoot komen Petisi (dilokumentasi pribadi)
Silakan kunjungi dan terima kasih telah memberikan dukungan tandatangan pada petisi melalui change.org ini.

Semoga Allah swt melindungi langkah saya dan langkah kita semua.

Salam Kompasiana.

Leya Cattleya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun