"Apa saja bu. Saya ingin sukses. Saya ingin punya bisnis laundry. Juga bisnis yang lain. Saya ingin sukses."
Saya tanyakan apakah dengan ia berangkat pagi pulang malam ia sudah bisa cukup dapat uang dari mengendarai taksi online.
"Wah belum bu. Saya hanya bisa menghidupi diri sendiri. Tapi kan saya harus memikirkan orangtua. Mereka sama sekali tidak bekerja setelah pailit. Juga adik saya sedang kuliah di tahu terakhirnya. Saya berdoa bu. Saya tidak berani tinggalkan sholat. Sekarang saya ingin bangkit dan berhasil. Saya ingin  diberi kesempatan kedua".
Trenyuh saya mendengarnya. Saya berdoa sungguh sungguh untuk kesuksesannya. Sungguh.
Di akhir perjalanan, saya mengecek padanya apakah saya boleh menuliskan kisahnya. Ia menjawab, "Silakan bu, bila ini bisa bermanfaat untuk orang lain". Saya sampaikan bahwa saya tidak akan memotret dan menuliskan namanya, untuk kerahasiaan.
Kami saling berterima kasih dan mengucap salam ketika berpisah.
Duh.. Obrolan ini mengganggu kepala saya. Ada trenyuh. Ada khawatir. Ada rasa putus asa. Ada rasa kagum. Ada harapan.Â
Kematian Milenial karena Narkoba
Tampaknya, milenial memang sasaran tembak pedagang narkoba. Data resmi yang dipaparkan ke publik oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan hingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) patut digarisbawahi oleh semua pihak.
Sayangnya, tidak terdapat data yang pasti tentang jumlah pengguna narkoba saat ini.
Data KPAI pada Maret 2018 menunjukkan bahwa dari 87 juta populasi pada usia kelompok anak, sekitar 5,9 juta telah merupakan pecandu narkoba.