Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Detektif Conan Datang di Dinding Pecinan

18 Agustus 2019   11:01 Diperbarui: 19 Agustus 2019   07:18 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Conan di Singapura

Minggu yang lalu adalah waktu yang padat. Suatu lokakarya yang dihadari tim dari 3 perusahaan konsorsium pelaksana program kami diadakan di kantor salah satu perusahaan anggota konsorsium di Singapura.

Saya 'ditempatkan' di hotel di kawasan Chinese Heritage Center, suatu area warisan pecinan Singapura. Tempat yang bersih, sama bersihnya dengan wilayah Singapura yang lain. 

Lokasi ini pun sangat strategis karena saya hanya perlu membayar S $2 (kurang lebih senilai Rp 20.000) untuk mengendarai MRT dari Bandara Changi ke area ini. 

Jarak tempuhnya pun hanya sekitar 30 menit, dengan diikuti berjalan kaki sejauh sekitar 800 sampai 900 m dari stasiun MRT China Town ke hotel.

Perusahaan saya tempat bekerja memilihkan hotel di lokasi ini karena setiap harinya kami hanya perlu berjalan kaki selama 15 menit ke tempat kami berloka karya di gedung perusahaan mitra kerja di area Robinsons Road.

Agenda pertemuan cukup padat dan hampir tidak ada waktu tersisa kecuali untuk makan malam bersama anggota tim selama 2 sampai 3 jam per hari, sebelum tempat makan tutup.

Di suatu malam, ketika saya dan kawan kawan tim program berjalan kaki menuju warung warung makan di daerah pecinan, langkah saya terhenti di area mural di dinding pecinan di South Bridge Road, jalan keluar di area pecinan. Ada Conan di dinding! Wow! Surprais sekali. 

Conan Mencicipi Durian (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Conan Mencicipi Durian (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Conan sedang mencicip durian Musang King yaitu durian andalan di Singapura yang terkenal itu ada di dinding.  

Kue kue ( Dokumentasi pribadi)
Kue kue ( Dokumentasi pribadi)
Durian itu dijual oleh seorang pedagang keturunan Cina. Di sekitar keranjang yang penuh berisi durian, tampak pula makanan dan produk lain yang kita temukan sehari hari di area pecinan.  

Bahan dan obat gosok dari Chinese Medicine (Dokumentasi Pribadi)
Bahan dan obat gosok dari Chinese Medicine (Dokumentasi Pribadi)

Ada buah buahan dan sayuran lokal, dan ada pula minyak gosok khas Singapura dari Traditional Chinese Medicine. Obat gosok ini saya suka karena baunya tidak menyengat. Tergantung pula bebek panggang di rak. Di sekitar warung itu ada pula ayam dan kucing di sana. Ha...mural yang menarik!

Ini tampak dikerjakan dengan serius dan dengan perencanaan yang matang. Posisi mural sangat strategis karena terletak di jalan keluar dari area warung makan berbagai makanan. Rasanya tak mungkin mural itu terlewatkan.

Rupanya dilakukan pengambilan gambar film ke 23 dibuat di Singapura pada bulan Mei 2019 yang lalu. Ini adalah pengambilan gambar yang pertama di luar Jepang. Film dengan judul "Fist of Blue Sapphire" ini ditayangkan di Singapura pada bulan Juni 2019.

Untuk merayakan dan menyambut pengambilan gambar ini, Singapore Tourism Board (STB) bekerja sama dengan pelukis mural Yip Yew Chong yang terkenal di Singapura untuk membuat mural ini. STB menuliskan rencana itu laman Facebook mereka.

Yang menarik, pemeran dan pengisi suara film Conan yaitu Kappei Yamaguchi (Conan) dan Naoko Matsui (Sono Suzuki) juga memberikan 'finishing' pada gambar mural itu. Ini tentu juga merupakan pengalaman menarik bagi pemeran dalam film Conan itu.

Mungkin ada mengingat cerita Detektif Conan yang mengisahkan tentang seorang detektif amatir yang tubuhnya menyusut menjadi kecil saat sedang menyelidiki sebuah organisasi misterius. Dia kemudian memecahkan banyak kasus sambil meniru ayah temannya dan karakter lainnya (Wikipedia.org).

Detektif Conan atau yang di Jepang dikenal sebagai Meitantei Konan dikenal di dunia luar sebagai Case Closed. Seri ini telah diterbitkan di Indonesia dengan judul Detektif Conan, adalah sebuah seri manga shnen Jepang bertema detektif yang ditulis dan diilustrasikan oleh Gosho Aoyama.

Manga ini dimuat di Weekly Shonen Sunday terbitan Shogakukan sejak tanggal 19 Januari 1994. Banyaknya seri telah dibundel dalam 96 volume hingga tanggal 10 April 2019.

Wikipedia menyebutkan adanya masalah hukum dengan hak nama Detective Conan, sehingga nama yang dirilis dalam bahasa Inggris dari Funimation dan Viz diubah menjadi Case Closed. 

Animenya menghasilkan banyak film animasi, animasi video, permainan video dan juga audio serta film.

Rangkaian Mural di Pecinan 

Selain Conan yang mencicip durian Musang King, terdapat mural lain yang tidak kalah indahnya.

Mural Pecinan (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Mural Pecinan (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Mural di pecinan menampakan suasana dalam rumah lama. Sang ibu sedang menjahit, sementara anak anaknya yang masih kecil bermain di atas tempat tidur susun. Di bawah tempat tidur tergantung baju baju sang anak berikut kursi keong dan barang lain. 

Anak anak di tempat tidur susun (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Anak anak di tempat tidur susun (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Dapur di pecinan (Foto.: Dokumentasi Pribadi)
Dapur di pecinan (Foto.: Dokumentasi Pribadi)

Mural di sebelahnya adalah tentang suasana ruang makan di rumah keluarga pecinan. 

Di meja terhidang berbagai panganan, sementara di latar belakang tergantung baju di dekat rak piring. Sangat khas rumah sederhanan keluarga Cina. 

Dapur di rumah toko ( Dokumentasi Pribadi)
Dapur di rumah toko ( Dokumentasi Pribadi)
Terdapat gambaran dapur sederhana keluarga Cina. Seorang ibu memasak dengan api di bawah wok (wajan)  nya. Juga, beberapa wok besar tergantung di tembok. 

Yip Yew Chong Sang Pelukis Mural

Yip Yew Chong (Yip YC) adalah seorang warga Singapura berusia 48 tahun. Ia adalah akuntan sebagai profesi tetapi menyukai seni, baik sket dan melukis. 

Ia juga menyukai perjalanan, alam, videografi dan fotografi. Ia rekam perjalanannya dalam bentuk sketsa dan lukisan baik di atas kertas maupun dinding. Karya muralnya cukup banyak tersebar di Singapura. Karyanya dibuat sejak 2015 sampai 2019.

Karya pertamanya di tahun 2015 adalah sesuatu yang menarik. Ia meminta izin pada pemilih bangunan di Kampong Giam dan ia sampaikan bahwa ia hendak mencoba membuat mural. Pemilik bangunan memberikan ijin setelah melihat sketsa yang ia telah buat di atas kertas. 

Ia pun berjanji kepada pemilik bangunan untuk mengembalikan dinding dengan cat yang sama bila pemilik gedung tidak suka dengan mural yang ia buat. Apa yang terjadi, pemilik suka dan sampai sekrang mural masih ada di sana.

Sejak itu, perjalanan melukis mural menjadi hal yang ia lakukan secara terus menerus.

Ia sengaja melukis mural dengan ukuran aslinya sehingga ini membuat gambaran yang lebih hidup bagi yang melihatya.

Beberapa mural itu antara lain "Amah" tentang seorang ibu dengan berbagai sarung motif peranakan yang digantung. Ini terletak di Everton Road dan diciptakan pada Agustus 2015. Juga di area jalan Everton, terdapat tema tukang cukur "Barber" yang diciptakan pada September 2015.

Sementara tema lain adalah tentang Kampung, Coffee Story, Brid Singing Corner, Pasar and the Fortune Teller dan tema tema perkampungan berbagai warga asli di Singapura.

Salah satu mural yang luar biasa adalah tentang Cantonese Opera. Di websitenya, Yip menceritakan bahwa mural ini adalah imajinasi yang temukan di masa kecil ketika ia bersama bibinya menonton opera Canton. Ia perlu waktu 3 tahun untuk mencari mitra dan lokasi yang tepat bagi sketsa muralnya.

Cantonese Opera (Yip YC)
Cantonese Opera (Yip YC)
Ia perlu memasukkan imajinasi pada kostum pemain opera, latar belakang, dan juga penyinaran. Ia perlu mengingat bagaimana pertunjukan akrobat pada opera itu bisa nampak pas dengan gaya lukisannya.

Ia bersyukur mendapatkan orang orang yang mendukung dan paham akan idenya, di samping penolakan yang ia juga hadapi. Akhirnya, pada April 2019 ia selesaikan muralnya yang ia buat di bawah terik matahari selama 10 hari. 

Ia juga mengajak masyarakat setempat untuk menggalang dana agar muralnya selesai. Pada akhirnya, 100% pendanaan ia bayar sendiri. Perolehan dana ia sumbangkan kepada yang membutuhkan.

Mural lain yang menarik adalah tentang pedagang topeng pada tema "Bermimpi di Perkampungan Cina" di area Mohamed Ali Lane di area Bridge Road. Berbagai topeng yang tergantung begitu menarik karena masing masing topeng memiliki wajah yang berbeda.

Pedagang Topeng (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Pedagang Topeng (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Ada pula mural tentang "Warung Mamak" yang ia buat atas memorinya berkenalan dengan keluarga tamil. Di Mural itu, di warung terpampang barang jualan seperti pisang, bola, obat obatan, sampai rokok. 

Selain itu yang menarik, terdapat pula telepon koin yang kala itu orang bisa menelpon dengan membayar. Menarik karena ini merekam masa lalu. 

Warung Mamak ( Foti : Yip YC)
Warung Mamak ( Foti : Yip YC)
Di area yang sama, Yip YC membuat mural tentang ruko masa yang lalu. Ia bercerita bahwa iapun tinggal di rumah semacam itu di masa kecilnya. 

Rumah Toko (Foto : Yip YC)
Rumah Toko (Foto : Yip YC)
Tak kalah menariknya adalah mural di bandara Changi terminal 4 yang memamerkan batik peranakan cantik. Yip sampaikan di website nya bahwa pelukis batiknya adalah mahasiswa seni. 

Singapore Rojak, Mural di Bandara Changi Terminal 4 (Foto : Yip YC)
Singapore Rojak, Mural di Bandara Changi Terminal 4 (Foto : Yip YC)

 ​
Memang mural Yip YC sangat menarik karena menggambarkan multi rasial yang ada di Singapura, baik Cina, Melayu maupun India. Bahkan bangsa lain yang hadir di Singapura sebagai tamupun ia gambarkan. Ia melukis apa yang ia lihat di Singapura. Ini menyebabkan muralnya mendorong harmoni antar ras yang damai.

Cantonese Opera (Foto : Yip YC)
Cantonese Opera (Foto : Yip YC)

Mural Yip YC adalah wajah Singapura. Sering kali, mural Yip YC juga memotret wajah Singapura di masa lalu. Ini tentu merupakan warisan dan sekaligus inspirasi Singapura. 

Bagi Singapura, seni mural menjadi bagian dari kebijakan merawat warisan budaya Singapura. Tak heran bila dinding Singapura memiliki banyak wilayah seni yang dikembangkan baik. 

Ini tentu membuat saya iri atas apa yang bisa dilakukan di Jakarta dan kota lain di Indonesia. Jakarta sudah mulai bergairah dengan mural, dan mudah mudahan kota lain menyusul.

 Indonesia memiliki banyak seniman yang berbakat. Mengapa enerji perdamaian tidak diekspresikan di dinding kota?

Pustaka : Satu, Dua, http://yipyc.com/blog/category/murals/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun