Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Baju Adat Sasak Pak Jokowi dan 90 Ribu Penyintas Gempa NTB Belum Punya Rumah

16 Agustus 2019   20:44 Diperbarui: 19 Agustus 2019   15:21 5569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokter Risa Risfiandi, SPOG, Relawan Milenial menapis ibu hamil dengan USG yang harus kami sewa di Jakarta. Ibu hamil pada umumnya absen memeriksakan diri pada pasca bencana (Foto: Gema Alam NTB)

Kelompok Termiksin yang Sulit Mengakses Layanan Kesehatan
Di lapang, kami temukan banyak kelompok termiskin di antara penyintas. Termasuk di dalamnya adalah janda, lansia, dan mereka dengan kebutuhan khusus. Dalam proses memberikan dukungan pendirian Huntara kepada kelompok termiskin tersebut, dicatat bahwa pada umumnya mereka tidak diundang atau ditemui petugas pengumpul data kerusakan rumah. 

Di lapangan, kami temukan seorang lansia yang beratnya menjadi hanya tinggal 30 kilogram dan tidak bisa bergerak. Penyakit rematiknya menjadikan badannya kaku karena tenda membatasinya. 

Juga terdapat satu keluarga berkebutuhan khusus yang terdiri dari ibu yang janda dan sekaligus berkebutuhan khusus dengan 3 anak, dimana satu di antaranya menderia 'down syndrome'. 

Kami temui pula seorang ibu menyusui yang terpaksa harus hidup di kandang ayam karena ia tidak bisa bertahan tinggal di bawah tenda masal yang panas.

Penapisan pada 1.465 orang dewasa dan lansia di 10 desa Lombok Timur menunjukkan bahwa hampir separuh di antaranya memiliki persoalan tekanan darah yang tinggi, di atas 165. Bahkan sekitar 30% dari mereka dengan tensi di atas 180 an. Sementara perawatan kesehatan pada penyakit ini memerlukan rutinas obat, pada umumnya lansia tidak menemui dokter diklinik atau puskesmas.

Lansia hanya menunggu kunjungan relawan untuk membantu memeriksa kesehatan mereka, karena jarak, akses, dan biaya membuat mereka tak mendatangi dokter. Juga, tidak semua warga memiliki kartu BPJS.

Kematian Ibu dan Anak Bayi dan Kehamilan Risiko TInggi

Data Dinas Kesehatan Prov NTB 2017 yang diproses
Data Dinas Kesehatan Prov NTB 2017 yang diproses
Angka Kematian Ibu meninggal karena hamil dan melahirkan di NTB masih merupakan isu serius. Di antara kabupaten yang ada di NTB, Lombok Timur punya kasus tertinggi.

Bila dibandingkan dengan angka pada tahun 2015, maka kasus kematian ibu hamil dan melahirkan mengalami peningkatan dari 17 orang menjadi 30 orang. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tentang Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, 2015 menunjukkan bahwa:

  • Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 18 per 1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kasus kematian bayi sebesar 482 bayi;
  • Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kasus kematian balita sebesar 517 balita;
  • Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 105 per 100.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kasus kematian ibu sebesar 28 ibu.

Kasus kematian ibu hamil/melahirkan di NTB terjadi tertinggi di Lombok Timur. Di bawah ini adalah gambaran kasus di kabupaten kabupaten yang ada.

Kasus kematian bayi dan balita memang jadi persoalan Lombok. Dalam beberapa tahun terakhir saya melakukan studi terkait ini dan persoalan budaya membawa dampak pula Budaya papaq yang memberikan makanan berupa nasi yang dikunyah ibu kepada bayi yang baru lahir sulit dihapus. Ini sering menjadi masalah. 

Ekonomi Remitansi dan TKW Tanpa Dokumen
Kabupaten Lombok Timur termasuk salah satu dari kabupaten termiskin di Provinsi NTB. Penyangga perekonomian Kabupaten Lombok Timur pada dasarnya adalah remitensi dari tenaga kerja migran. Remitensi ini cukup besar, sekitar Rp 820 miyar pada tahun 2016. Jumlah ini belum termasuk uang yang dikirimkan tidak melalui bank. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun