Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Buah Tropis Kita dan Perubahan Iklim

12 Agustus 2019   09:55 Diperbarui: 15 Agustus 2019   07:16 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Produksi buah-buahan Indonesia menunjukkan tren positif. Namun demikian, terdapat beberapa komoditas yang negatif pertumbuhannya. Sebut saja apel, jambu, sukun, dan markisa. 

Data Statistik Produksi Buah Indonesia 2016 - 2017 (BPS, 2017)
Data Statistik Produksi Buah Indonesia 2016 - 2017 (BPS, 2017)
Dengan perkembangan bisnis buah-buahan secara online, buah-buahan lokal bisa dinikmati di area urban. Bila musim mangga tiba, kita akan baca iklan buah-buahan di Instagram. 

Tentu ini buah-buahan dengan skala yang sedang, bukan skala besar. Tokopedia, Bukalapak dan Blibli pun memasang iklan buah-buahan. Ini biasa terjadi pada buah mangga. 

Saat ini kita menjadi sadar bahwa buah lokal lebih enak dari buah impor. Pada realitasnya, buah lokal secara relatif menjadi lebih mahal dari jenis makanan lainnya. Buah lokal yang berkualitas menjadi barang mewah, oleh karenanya.

Sayangnya, ketersediaan buah-buahan itu tidaklah memiliki musim yang jelas. Dulu kita mengenal musim mangga, musim duren, musim rambutan. Sekarang ini menjadi sulit ditebak. 

Apakah Perubahan Iklim Berpengaruh Pada Buah-buahan? 
Para ahli sepakat berpendapat bahwa wilayah tropis akan menderita lebih dahulu dengan adanya perubahan iklim, walaupun skala perubahannya akan lebih ringan dibandingkan dengan wilayah lain di dunia.

Penyebabnya kompleks. Pertama, pada umumnya masyarakat di wilayah ini lebih miskin daripada mereka yang hidup di sub-tropis. Kedua, masyarakatnya sangat tergantung pada sumber daya alam. Ketiga, perbedaan temperaturnya pada iklim berbeda sangat tipis sehingg kerentanan mudah terjadi.

Studi yang dilakukan oleh Gerhard Fischer, Fernando Ramrez, and Fnor Casierra-Posada tentang "Ecophysiological aspects of fruit crops in the era of climate change - A review" menunjukkan bahwa kemarau yang berkepanjangan akan memengaruhi produksi buah-buahan kita, karena beberapa alasan:

  • Fisiologi tanaman buah-buahan akan terpengaruh dalam hal pertumbuhan, produksi, dan kualitas buah karena perubahan iklim. Paparan matahari yang memfasilitasi proses fotosintesis yang berlebihan akan menyebabkan terbakar matahari. Peningkatan temperatur akan mengakselerasi proses siklus tanaman, memberikan stres karena kurang air dan radiasi yang tinggi.
  • Buah-buahan lebih cepat matang. Studi menunjukkan bahwa ketika kemarau lebih panjang, pohon buah-buahan yang sedang berbuah akan membuat buah-buahan itu lebih cepat matang sekitar 2 minggu lebih cepat. Namun, ketika kemarau masih juga terjadi ketika sudah usai panen, maka proses pembungaan kembali akan terhambat atau bahkan tidak terjadi.
    Jadi, secara keseluruhan dapat digambarkan bahwa produksi pada saat buah-buahan menuju matang tidak terganggu, yang terganggu adalah pada saat akan diharapkan berbunga dan berbuah lagi. Alhasil, kemarau yang panjang bisa menyebabkan buah-buahan hanya berbuah sekali saja selama setahun. Ini tentu tergantung dari jenis buahnya. Namun, tentu akan menyebabkan produksi secara keseluruhan per tahunnya bisa berkurang.

Pada kondisi terlalu banyak hujan, terdapat pula persoalan. Potensi hama semacam ulat bulu dan jamur akan mengganggu pertumbuhan tanaman buah. Buahpun tidak manis.

Dampak perubahan iklim pada buah lokal kita memang bervariasi, berbeda pada buah yang berbeda.

Di tahun 2018, para petani Lampung yang biasanya melakukan panen raya manggis dan durian pada bulan Maret sampai April, terpaksa baru melakukannya pada bulan Desember. Cuaca yang tidak dapat diprediksi ini menjadikan produksi sulit pula dikelola pemasokannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun