Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Buah Tropis Kita dan Perubahan Iklim

12 Agustus 2019   09:55 Diperbarui: 15 Agustus 2019   07:16 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data Statistik Produksi Buah Indonesia 2016 - 2017 (BPS, 2017)

Tidak Mudah Temukan Buah Lokal yang Berkualitas dengan Harga Terjangkau 
Bagi kita yang bekerja, akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk berbelanja buah-buahan secara khusus untuk mengisi kulkas selama seminggu.  

Dan, ini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk mengunjungi Pasar Mayestik di Kebayoran Lama. Mayestik adalah pasar tradisional yang merupakan pasar favorit saya sejak lama. Ada yang berbeda ketika sudah dimodernisasikan. 

Namun, syukurlah, di sana saya masih dapatkan buah-buahan lokal seperti mangga terbaik, Jeruk Keprok Tawangmangu, dan manggis. Bahkan, umbi umbian semacam Gembili dan Ganyong juga ada. 

Sayangnya, kita tidak dengan mudah mendapatkan buah-buahan lokal yang kualitasnya sebaik di masa yang lalu. Juga, bila kita dapatkan buah lokal yang kita mau, biasanya harganya juga menjulang tinggi. Jadi, buah lokal yang baik menjadi barang mewah.

Sementara, di pasar tradisional lain, saya tidak dapatkan buah-buahan lokal yang berkualitas sama baiknya dengan yang dijual di Pasar Mayestik. 

Nah, ketika kita memasuki toko buah-buahan seperti All Fresh dan Total, kita dapatkan buah-buahan lokal itu. Namun, harganya, alamak, mahal. 

Memang, buah lokal sempat tidak diperdulikan sejak tahun 80an. Buah impor menjadi primadona. Anggur dan apel lebih mudah didapat daripada manggis.

Selain cueknya kita (saya maksud pemerintah) pada buah lokal di masa yang lalu, kita juga dipecundangi eksploitasi ekonomi dalam bentuk tata niaga buah Jeruk Tebas atau Sambas di area Pontianak. 

Masa jaya Jeruk Sambas hanya sebentar, menyusul masuknya perusahaan Bambang lewat SK Gubernur Kalimantan Barat, Pardjoko Suryokusumo, No 296/1991 yang menunjuk PT Bima Citra Mandiri (BCM) sebagai Koordinator Pelaksana Tata Niaga Jeruk Siam Kalimantan Barat.

Walaupun perusahaan ini belakangan gulung tikar, namun perekonomian warga terlanjur hancur. Jeruk dibeli dengan harga yang sangat rendah, tak seperti sebelumnya jika dijual ke mana saja oleh warga. 

Tak pelak lagi, banyak pohon jeruk yang ditebang oleh warga karena frustasi akibat rendahnya harga serta adanya serangan penyakit pohon jeruk. Perekonomian warga pun terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun