Pengalaman begitu banyak UKM yang dikelola milenial yang memanfaatkan teknologi digital dan mengirim produknya dengan JNE atau pos mungkin dapat menjadi pertimbangan.Â
Berpartisipasi dalam rantai nilai global tidak harus melibatkan ekspor partai besar 'bulk' yang dikirim dengan kontainer. Â Untuk produk pakaian dan sepatu, kita memiliki banyak contoh UKM cerdas yang menerobos rantai nilai.
Di perdesaan tentu dibutuhkan pembangunan infrastruktur keras dan lunak tingkat desa.Â
Di luar gosip tak sedap yang diduga hoaks atas dukungan Bukalapak pada ACT yang bekerja di Suriah, untuk produk pertanian, saya ingat diskusi saya dengan mas Nanda dari Bukalapak. Saya rasa ini cerdas. Mas Nanda berbicara soal pentingnya pemahaman rantai nilai pertanian di antara 'start up' pertanian yang ada. Ia mengkritisi para pencetus 'start up' pertanian yang tak paham rantai nilai pertanian. Ini bisa dipahami karena pada umumnya penggagas start up adalah dari kalangan muda yang berbasis di area urban. Alhasil, suplai sayur akhirnya diakses oleh start up itu dari Pasar Kramat Jati. Ini karena tidak ada perubahan struktur dalam rantai nilai.
Untuk produk keperluan seharihari, mas Nanda selanjutnya menceritakan program yang ia jalankan dengan pemilik warung kelontong atau kalau di Filipina disebut 'Sari Sari'. Warung warung itu hanya perlu menunjukkan kopi KTP pemilik warung, foto warung dan geotag warung.Â
Dengan kepesertaan pada program Bukalapak, pemilik warung bisa mengakses produk produk yang disuplai oleh mitra mitra Bukalapak seperti Unilever, Indofood, dan juga produse camilan yang ada di berbagai kota. Adanya kerjasama antara pemilik warung dengan perusahana mitra berarti memotong rantai nilai secara luar biasa. Pedagang hanya berhubungan dengan mitra Bukalapak. Pendek sekali.Â
Nah, untuk produk pertanian, saya berharap akan ada dukungan 'start up' atau 'marketplace' yang paham rantai nilai produk pertanian.Â
Ini PR besar. Juga hal terhutang. Â Namun, PR besar bukan berarti tidak bisa dilakukan, bukan?!.Â
Infrastruktur bukanlah hanya soal jalan dan jembatan saja. Rantai nilai yang pro rakyat kecil adalah juga bagian dari aspek infrastruktur dan  konektivitas yang perlu dibangun, dan bahkan direkonstruksi, bila perlu.Â
Konektivitas rantai nilai perlu dikaitkan dengan infrastruktur yang telah dibangun agar pemanfaatannya optimal untuk kepentingan masyarakat dan kelompok ekonomi kecil.Â