Banyak Belanja, Banyak Kantong PlastikÂ
Menjelang lebaran, kegiatan ekonomi rumah tangga tentu meningkat. Belanja di pasar swalayan untuk keperluan lebaran. Belanja hadiah untuk handai taulan. Anak anak yang pesan makanan dan camilan melalui Goofood dan Grabfood. Pendeknya, konsumsi dan belanja kita meningkat.
Nah, bagaimana dengan sampah plastik dan styroform yang dihasilkan oleh berbagai belanja tadi? Apakah menggunung?
Tak kurang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK) memberikan himbauan kepada masyarakat, termasuk pemudik untuk mengelola sampah plastiknya dengan baik.
Ini termasuk himbauan agar tidak menggunakan produk plastik sekali pakai dan tidak membuang sampah plastik sembarangan di rumah maupun dalam perjalanan ke kampung halaman.Â
Sebetulnya aturan untuk menyetop penggunaan kantong plastik sekali pakai di pusat perbelanjaan dan pasar swalayan dapat dilakukan. Hal ini bisa dipahami karena dari survai yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang diselenggarakan pada April 2016 menyatakan bahwa 65 orang atau 35,3 persen dari 184 responden menyarankan untuk meniadakan kantong plastik.
Ini adalah hasil survai 25 gerai dari 15 ritel moderen terkemuka di wilayah DKI Jakarta terkait efektivitas uji coba kebijakan kantong plastik berbayar.
Survai ini melibatkan Ace Hardware, Alfamart, Alfamidi, Carrefour, Circle K, Giant, Grandlucky, Hypermart, Indomaret, Lottemart, Matahari, Pasaraya, Ramayana atau Robinson, Superindo, dan Hero (YLKI.id).
Dari 222 responden, terdapat 103 responden yang tidak menggunakan kantong plastik atau membawa kantong sendiri. Sementara, 83 responden menggunakan kantong plastik kurang dari tiga lembar. Lalu 29 responden mengkonsumsi 3-4 lembar, dan 7 responden memakai lebih dari empat lembar kantong.
Memang situasi konsumsi kantong plastik sekali pakai mengkhawatirkan. Dari 9 miliar ton sampah plastik yang diproduksi, ternyata hanya 9% yang didaur ulang. Ini tentu mengkhawatirkan. The United Nations Environment Programme mengestimasikan bahwa sekitar 12 milliar ton sampah plastik akan diproduksi di daratan dan di lautan pada 2050.
Dari sampah ini, puntung rokok, botol air mineral, bungkus makanan dan plastik kresek adalah kontributor terbesar. Tentu perlu siasat agar pengurangan plastik bisa dilakukan.
Sementara, konsumsi kantorng plastik sekali pakai di Indonesia tinggi, sebesar 9,8 milliar buah kantong kresek pertahun. Ini adalah nomor dua penyumbang sampah plastik setelah Cina.
Upaya Pengurangan Konsumsi Kantong Plastik Belanja
Sebetulnya ada berita gembira tentang alternatif penggunaan bungkus plastik. Ini ada di pasar swalayan Bintang di Bali pada bulan April 2019 yang lalu. Karena hiruk pikuk pasca Pemilu 2019, berita ini tidak terlalu terdengar. Memang, pasar swalayan tersebut belum mengganti semua bungkus plastik, namun paling tidak, pasar swalayan ini memberlakukan bungkus daun pisang untuk mengemas sayuran segarnya.Â
Agar konsisten, Bintang Supermarket di Bali juga tidak menjual sedotan plastik dan juga styrofoam. Pihak Bintang Supermarket menilai penggunaan daun pisang dapat merupakan alternatif paling mudah dan efisien dalam konteks Bali. Tali yang dipakai juga tali bambu. Ini karena keduanya mudah didapat di semua wilayah Bali dan berharga murah.Â
Apa yang dilakukan Bintang Supermarket ini adalah respons perusahaan kepada Peraturan Gubernur Bali yang membatasi penggunaan kemasan plastik sekali pakai pada Desember 2018.
Ini dapat dilakukan setelah proses konsultasi dengan masyarakat melalui media sosial yang diundang untuk mengidentifikasi alternatif plastik kresek yang menjadi persoalan lingkungan.
Penggunaan daun untuk kemasan makanan telah lama dipraktekkan di Indonesia. Referensi lengkap bisa diperoleh pada Wikipedia.id.Â
Dalam khazanah kuliner Jawa dikenal teknik-teknik prmbuatan kemasan dengan daun, dengan beberapa contoh antara lain:
- pincuk (pengganti piring untuk wadah makanan berkuah, terbuka, biasanya untuk nasi liwet, pecel, dan sate)
- pinjung (pembungkus makanan berkuah, tertutup, untuk bothok, meniran)
- takir (pengganti mangkuk untuk wadah makanan berkuah, terbuka, biasanya untuk jenang)
- terpelang (pembungkus satuan nasi atau ketan, tertutup)
- tum (pembungkus untuk wadah makanan berkuah, tertutup)
- samir (alas makanan berbentuk lembaran)
- sudi (alas makanan kecil, wadah jajanan)
- sudu/siru/suru (potongan memanjang daun pisang untuk digunakan seperti sendok)
- sumpil (pembungkus berbentuk segitiga, biasanya untuk mengemas tempe)
Pemerintah Kota Denpasarpun tak tinggal diam. Mereka melahirkan Peraturan Walikota Nomor 36 tahun 2018 yang mendorong program program untuk mengurangi sampah plastik.
Satu programnya adalah pengurangan plastik dalam bisnis makanan dan bekerjassama dengan Go Food Bali untuk beberapa aksi kerja. Satu program yang dilakukan adalah mengadakan pelatihan untuk mengolah kembali bungkus plastik untuk menjadi tas belanja yang menggantikan kantong kresek sekali pakai. Tas belanja ramah lingkungan itu dipakai oleh pengemudi Gojek untuk mengantar pesanan.Â
Lalu, apa sih yang bisa kita lakukan bila kota kita belum melakukan kerja puasa plastik seperti pemerintah daerah Bali? Tentu semua perlu berangkat dari kita sendiri. Terdapat beberapa cara dan taktik yang bisa kita coba.Â
Taktik Mengurangi Sampah Plastik Jelang Lebaran
Memang mengurangi penggunaan plastik secara drastis tidaklah mungkin. Namun, kita punya beberapa cara yang dapat kita mulai pada akhir Ramadhan dan Lebaran ini. Tentu langkah lanjutan terus diperlukan. Jangan sampai puasa plastik kita hanya semangat yang basi basi.Â
1. Bawalah kantong belanjamu sendiri
 Saat ini banyak dijual kantong belanja berbahan katun maupun kain parasit dengan berbagai warna dan motif.  Kita bisa berhemat penggunaan sekitar 1.000 kantong kresek sekali pakai bila menggunakan satu tas atau kantong belanja. Juga, kantong belanja dapat kita lipat dan masukkan tas kita sehingga kantong belanja sangat praktis untuk dibawa bawa.Â
2. Bawalah Bekal Mudik yang Disimpan dalam Rantang .
3. Bawalah 'tumbler' untuk untuk air isi ulang dan untuk kopimu. Setop beli air minum dalam kemasan.
Terdapat 'tumbler' yang berbeda yang dipergunakan untuk air dingin dan air panas. 'Tumbler' untuk air dingin bisa diisi dengan air dari dispenser galon. Sementara bila anda menghendaki kopi panas, misalnya, bisa gunakan "tumbler" untuk air panas. Bila anda ke kafe dan hendak memesan pulang 'take away' minuman, 'tumbler' adalah cara untuk kurangi konsumsi plastik dan kertas sekali pakai.Â
Berbagai jenis 'tumbler' untuk air dingin dan air panas bisa kita dapatkan. Untuk 'tumbler' air panas, kita bisa bawa ke cafe untuk hidangan kopi yang kita hendak nikwmati. Ini tentu menghemat penggunaan plastik dan gelas sekali pakai yang juga menambah tumpukan sampah kita.Â
4. Mintalah Kardus untuk Tempat Belanja dan Oleh-oleh
5. Katakan "Tidak" untuk Sedotan Plastik
Saat ini tersedia berbagai macam sedotan, dari bambu, mika dan logam yang dapat dipakai berulang. Penjualan sedotan itu biasanya disertai pembersihnya.Â
6. Hindari alat cukur sekali pakai. Pakailah alat cukur yang bisa dipakai berulang, misalnya yang dioperasikan dengan listrik atau batu batterai.Â
2
Alat cukur dengan enerji listrik atau baterrai seperti pada gambar mudah didapatkan. Harganyapun sangat terjangkau, hanya sekitar Rp 80.000 sampai Rp 100.000 an.Â
7. Pakai Popok Bayi Pakai UlangÂ
Popok kain untuk bayi boasanya dikenal sejsk usia 0 sampai 1 bulan. Popok semacam ini ramah lingkungan di samping pada umumnya tidak menimbulkan iritasi dan ruam popok pada tubuh bayi.Â
8. Gunakan Tempat Penyimpanan Makanan Permanen.Â
Puasa Ramadhan dilanjut Puasa PlastikÂ
Upaya untuk menggunakan daun pisang sebagai bungkus dan tempat makan sebetulnya memang memungkinkan untuk banyak wilayah di Indonesia, karena pohon pisang ada di mana mana. Mungkin di perkotaanlah terdapat harga yang lebih mahal untuk daun pisang.Â
Apa yang dilakukan di Bali ternyata telah dilakukan oleh Pasar Swalayan Rimping di Chiangmai Thailand. Pasar Swalayan ini memanfaatkan daun pisang untuk membungkus sayur yang dijual. Upaya ini kemudian dibantusebarkan oleh perusahaan 'real estate' yang mengunggah foto terkait melalui Facebook. Berita itu segera tersebar.
Bila Bali dan Thailand bisa melakukan puasa plastik, mengapa kita tidak?Â
Dan pada kesempatan ini, Â saya haturkan Selamat Idul Fitri kepada sahabat Kompasianer. Maaf lahir batin. Semoga Allah mengampuni, kesalahan kita mengotori lingkungan dengan sampah plastik. Dan selanjutnya, semoga Allah melindungi langkah dan ibadah kita untuk menhijaukan bumi. Â
Selamat Idul Fitri.Â
Pustaka : 1) Bungkus Daun di Bali; 2) Bungkus Daun Thailand; 3) Belanja Hijau, 4) Gofood Bali Gogreen; 5) Bijak Plastik, 6) Cara Diet Plastik; 7) Survai YLKIÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H