Tren Jins Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Perusahaan Australia, Jeans West memperkenalkan denim dengan pewarna alam biru indigo yang unik dan masuk dalam pasar jins premium. Proses pewarnaan alam biru Indigo ini diproses di Turki dan berkolaborasi dengan Kipas Denim, pemintalan benang di Turki.Â
Semua proses dari koleksi Indigo ini dibuat di Turki, melalui proses yang berkelanjutan, dan memastikan agar produk menjadi produk premium yang mendunia. Jins indigo tersebut hendak mengambil sentuhan kerja artisan pada prosesnya.
Jins juga menggunakan 'Better Cotton Initiative' (BCI) yang diciptakan untuk membangun produk materi katun yang melindungi lingkungan hidup dengan lebih baik.Â
Teknik pemotongan dan pengguntingan serta penjahitan baik dari jins indigo ini memang menjadikan jins ini lebih banyak diminati perempuan kelas menengah yang terdidik dalam hal keberlanjutan lingkungan hidup dan perlindungan sosialnya.
Bagaimana dengan di Indonesia? Konsumen Amerika pernah punya label buruk tentang jins Indonesia. Produk tiruan, penipuan, dan kualitas buruk. Citra ini tentu bukan hal yang baik.Â
Akhirnya, terjadilah diskusi yang dilakukan 'Wall of Fades', forum pameran denim tahunan yang diselenggarakan Komunitas Indonesia Denim Grup. Forum ini berhasil menggelar pameran yang diikuti 63 merek denim bermutu, antara lain Mischief, Elhaus, Bluesville, Sage, Voyej, dan NBDN. Harga produk mereka pun cukup tinggi, antara Rp 950.000 sampai dengan Rp 2,6 juta.
Produk denim bermutu ini diwakili oleh denim selvedge, yaitu denim dengan tepi tenunan yang dijahit rapi, yang mengindikasikan mutu yang tinggi. Cara kerja mesin tersebut memproduksi hasil tenun yang padat dan jahitan penghubung kain tertutup rapi. Ini akan berbeda dengan non selvedge denim dengan pinggir lipatan celananya lebih jarang dan dengan jins lebih tipis, yang membuat harganya miring.
Pada forum itu muncul pula diskusi tentang perlunya informasi yang transparan tentang asal usul materi dan proses pembuatan jins di Indonesia. Artinya, informasi tentang rantai nilai menjadi bagian dari yang dijual. Tidak ada bisnis yang ditutupi yang kemudian merugikan pekerjanya.
Tentu saja, masih banyak yang perlu dipelajari oleh pengusaha Indonesia. Bila Levi's bisa melakukan upaya korporasi yang mendorong nilai kelestarian alam dan perlindungan sosial sejak tahun 1990-an, mengapa kita tidak bisa melakukannya sekarang?
Bisnis Fesyen BeretikaÂ
Bahan katun sudah makin sulit dicari dan air juga makin terbatas ketersediaannya, sementara manusia terus bekerja, memproduksi dan menghasilkan sampah.Â