Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Tjilik Riwut, Apakah Jokowi/Prabowo Pewujud Mimpi Sukarno atas Palangka Raya?

12 Mei 2019   05:31 Diperbarui: 12 Mei 2019   13:20 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tjilik Riwut (4.bp.blogspot.com)

Tjilik Riwut si Orang Hutan 

Beberapa hari ini kita sering mendengar nama Tjilik Riwut disebut. Tahukah kita siapa sebetulnya Tjilik Riwut yang namanya menjadi nama bandara di 9masin, Kalimantan Selatan, 17 Agustus 1987 pada umur 69 tahun. Pantaslah ia mendapat anugerah sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia karena jasanya yang luar biasa untuk negara dan Kalimantan. Khususnya, sebagai Gubernur Kalimantan Tengah pertama di masa Presiden Sukarno, ia merealisasikan pembangunan Palangka Raya. 

Tjilik Riwut menyebut dirinya sendiri "orang hutan" karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan. Ditulis oleh beritagar.id bahwa ia adalah pencinta alam yang sangat menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Ia telah tiga kali mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit.

Tjilik Riwut (4.bp.blogspot.com)
Tjilik Riwut (4.bp.blogspot.com)
Setelah pendidikan dasarnya, Tijilik Riwut menempuh pendidikan di Sekolah Perawat di Purwakarta dan Bandung. Memang ia adalah nasionalis sejati. Tjilik Riwut pernah menjadi intelijen Jepang dengan tugas mengumpulkan data dan informasi tentang keadaan Kalimantan. Di sini ia tidak bekerja sebagai pengkhianat melainkan menggunakan data itu untuk kepentingan Indonesia. Perjalanan dan perjuangannya melampaui batas kesukuaan. Pantaslah ia mendapat anugerah kepahlawanan nasional. Anugerah ini adalah wujud penghargaan atas perjuangan pada masa kemerdekaan dan pengabdian membangun Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah.

Tjilik Riwut merupakan salah seorang yang berjasa bagi masuknya pulau Kalimantan ke pangkuan Republik Indonesia. Sebagai seorang putera Dayak, ia mewakili 185.000 rakyat yang terdiri dari 142 suku Dayak, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 3 panglima, 10 patih, dan 2 tumenggung dari pedalaman Kalimantan yang bersumpah setia kepada Pemerintah RI secara adat dihadapan Presiden Sukarno di Gedung Agung Yogyakarta, 17 Desember 1946.

Seorang Tjilik Riwut punya sejarah menarik dalam karirnya. Ia pernah menjadi Wedana Sampit, Bupati Kotawaringin dan koordinator masyarakat suku-suku terasing untuk seluruh pedalaman Kalimantan, sebagai residen dan sebagai anggota DPR RI, dan pernah menjadi Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah. Juga, ia seorang penulis handal. Ua pernah bersama dengan Sanusi Pane menjadi penulis beberapa buku terkait Kalimantan. ia diangkat menjadi residen di kantor persiapan pembentukan Kalimantan Tengah yang berkedudukan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Instagram @Jokowi
Instagram @Jokowi
Dalam hal penulisan, Tjilik Riwut pernah menjadi redaktur Soeara Pakat, terbitan milik Pakat Dajak, organisasi kedaerahan yang fokus mendorong kemajuan orang Dayak. Ia pula yang memimpin pemuda Dayak untuk bersumpah setia kepada Indonesia. Sumpah dilakukan tujuh pemuda Dayak di hadapan Presiden Sukarno, di Gedung Agung, Yogyakarta, pada 17 Desember 1946. Para pemuda itu jadi wakil 185.000 warga, yang mencakup 142 suku Dayak.

Tjilik Riwut Pewujud Mimpi Presiden Sukarno.

Tjilik Riwut adalah figur kunci di balik usaha mewujudkan mimpi Presiden Sukarno membangun Palangka Raya, kota baru yang tak punya jejak warisan kolonial.

Meski punya jejak kemiliteran nan panjang, Tjilik Riwut tak cuma piawai di balik bedil. Sebelum jadi serdadu, ia berjuang dengan pena dan menekuni jurnalistik. Kala membangun daerahnya, ia unjuk kecakapan sebagai birokrat, kepala daerah, dan politisi.

Adalah menarik mencatat sejarah perantauan Tjilik Riwut yang dikaitkan dengan mistis. Konon, Tjilik Riwut mendapat wangsit untuk merantau seelah ia bertapa di Bukit Batu--barisan bukit yang terbentuk dari tumpukan batu-batu besar dengan beberapa celah serupa gua. Ditulis oleh tagar.id bahwa bertapa adalah kebiasaan keluarga Tjilik Riwut yang dilakukan sejak muda hingga tua.

Tjilik Riwut dan Identitas Palangkaraya 

Dalam hidup dan perjuangannya, Tjilik Riwut selalu mendorong kelestarian budaya dan masyarakat Dayak. Perjuangannya dalam pembangunan Kota Palangkaraya yang tak pernah dijajah oleh kolonial tentu membawa arti penting. Palangkaraya menjadi sangat independen untuk memiliki sendiri budayanya, tidak harus mengikut pada sub-budaya kolonialnya. 

Artinya, tak ada dikte dari kolonial pada cara hidup, bahasa dan cara berpakaian dari masyarakat asli yang ada di Palangkaraya. Konsep ini konsisten dengan apa yang diperkenalkan oleh Memmi (1965;15). Ini suatu modal sosial. Palangka Raya bisa memiliki cirinya sendiri dan Tjilik Riwut memahaminya. Suatu pandangan yang berkemajuan untuk konteks saat itu. 

Tjilik Riwut-Gubernur Gila

Tjilik Riwut adalah orang serba bisa. Ia juga merupakan salah satu dari sedikit penerjun parasit pertama di Indonesia. "Supaya berani melakukan terjun bebas, para anggota Pasukan Payung terjun dari menara yang ada di Maguwo," kata kata Tjilik Riwut yang ditulis P.M. Laksono dan kawan-kawan dalam Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia - Belajar Dari Tjilik Riwut (2006). 

Pada 17 Oktober 1947, Tjilik Riwut berperan sebagai komandan dan penunjuk jalan dalam operasi yang melibatkan 14 orang penerjun itu. Mereka terjun ke Sambi, Kotawaringin, dan lantas menggalang warga setempat guna bergerilya. Momen ini yang akhirnya diperingati sebagai hari lahir Pasukan Khusus TNI-AU.

Tjilik Riwut merupakan salah satu tokoh yang penting dalam proses bergabungnya Kalimantan Tengah menjadi provinsi ke 17 di RI (Gerry van Klinken, 1957). Tatkala Kalimantan Tengah resmi terbentuk, nama Tjilik Riwut mengemuka sebagai kandidat gubernur. Gerry van Klinken dalam "Pembentukan Provinsi Dayak di Kalimantan" mengatakan "Tjilik punya karisma, dan riwayatnya meyakinkan. Terdidik sebagai paramedis, ia telah berjuang sebagai gerilyawan republik di pedalaman Borneo”.

Terdapat komentar bahwa Tjilik Riwut adalah ‘Gubernur Gila’. Ia diragukan kemampuannya untuk bisa membangun Palangka Raya. Ini karena, kota ini dibangun di atas hutan yang bersisian dengan kampung Pahandut--desa berpenduduk sekitar 900 jiwa di tepi Sungai Kahayan. Namun, tekad Tjilik Riwut yang turut serta untuk menebang pohon, mengangkat batu, beristirahat sambil tiduran bersama para pekerja, menunjukkan tekad dan kegilaan Tjilik Riwut untuk merealisasikan mimpi Sukarno. "Jangan sakit hati, kalau bapakmu dibilang 'gubernur gila. Tapi 20-30 tahun nanti, mereka akan tahu keinginan Bapak," kalimat Tjilik Riwut yang disampaikan oleh Ida Riwut (Laksono. 2006). 

Bila diamati, memang kita selalu perlu 'orang gila' untuk bekerja dan berjuang melakukan hal besar. Orang biasa tak akan bertahan untuk menyelesaikan persoalan pelik. Tentu kita ingat mengenal para 'orang gila' yang telah membuat perubahan di sekitar kita. 

Disebutkan dalam beberapa tulisan bahwa Tjilik Riwut adalah kesayangan Bung Karno. Bagai ‘Bapak dan Anak”, demikian ditulis oleh Laksono (2006). Tjilik Riwut tidak hanya dikenal dekat dengan pimpinan tetapi akrab dengan staf dan juga masyarakat. Artinya, ia memang merupakan ‘role model’ dalam sejarah Kalimantan. 

Terdapat catatan bahwa Tjilik Riwut bukanlah pribadi yang punya motivasi memperkaya diri. Ini tentu menunjukkan betapa perjuangannya semata mata untuk kebaikan masyarakat Kalimantan. Namun, sayangnya, karena ia dikenal sebagai 'Sukarnois', selepas peristiwa 30 September 1965 dan terjadi pergantian pimpinan kekuasaan, posisi Tjilik Riwutpun turut surut. 

Foto : Putera Riau
Foto : Putera Riau
Pembangunan Palangka Raya adalah wujud kerja Tjilik Riwut sebagai gubernur. Bila Sukarno disebut sebagai konseptor pembangunan Palangka Raya, Tjilik Riwut adalah pelaksana proyek 'babat alas' itu. Tentu kita boleh bertanya dan mendiskusikan, siapa Presiden RI yang akan mewujudkan cita cita Sukarno untuk menjadikan Palangka Raya menjadi Ibukota RI? Apakah Jokowi? Atau Prabowo? Bagaimana menurut pendapat anda? 

Panduan : 1)Tjilik Riwut; 2) Tjilik Riwut 2; 3) Colonization Identity 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun