Millenial, Odong Odong dan London
Kepercayaan saya pada millennial  besar. Bukan karena saya suka orang muda atas alasan pribadi, tetapi saya melihat memang inilah momen mereka.  Sesi sarapan saya bersama anak menantu pagi tadilah yang memperkuatnya.
Adalah Nikki Lauda Hariyona yang jadi topik pembicaraan kami. Nikkia Lauda adalah Caleg millenial DPRRI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Adapun Dapil yang ia perjuangkan adalah wilayah Sumatera Barat I, yang mencakup Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung. Juga Dapil ini mencakup Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ini wilayah Dapil yang punya isu isu kritis soal keterbelakangan, keterpencilan, lingkungan, pendidikan dan kesehatan. Juga, untuk wilayah urban, kewirausahaan menjadi kebutuhan.Â
Nikki lahir pada 22 Januari 1990 . Jadi, saat ini usianya 29 tahun. Ia lulusan S2 untuk Global Marketing dari Glasgow Eileen Docherty University di Inggris. Nikki bergiat di bisnis pemasaran digital.Â
Artikel ini saya tulis berdasar obrolan saya dengan Ari, menantu saya. Juga, akhirnya saya bisa mewawancarai Nikki, untuk mengkonfirmasi. Pribadi yang menarik.Â
Awalnya, menantu dan anak saya menceritakan soal kawannya, Nikki yang ke London berbekal keuntungan bisnis Odong odong yang ia operasikan di Bukittinggi. Juga, bisnis ini kembali modal dalam waktu seminggu. Tentu ini  menarik. Ketika untuk kedua kalinya menantu saya menceritakan soal kawannya yang jadi Caleg millenial dari Padang, saya menebak" Ini Nikki Odong Odong ya?:. Eh,ternyata benar.Â
Walau saya dapat kesan Nikki berasal dari keluarga menengah ke atas di Sumbar, saya melihat liburan yang lakukan ke London bukan liburan ala anak orang kaya. Ia tahu bahwa liburan ke London perlu biaya cukup banyak. Tiket PP nya saja paling tidak harus dibeli dengan dana sekitar Rp 15 sampai 20 juta. Belum lagi biaya hidup di kota yang mahal ini. Kalau ingin berkeliling di seluruh penjuru dengan santai, maka Nikki paling tidak harus mempersiapkan dana cukup. Ia memutar otak untuk bisa mencari uang.
Setelah mempelajari berbagai kemungkinan bisnis yang mendatangkan uang, Nikki memikirkan ide untuk membuat bisnis hiburan keluarga. Apakah itu? Bagaimana dengan wisata keluarga Odong Odong? Odong Odong?Â
Iya! Nikki membuat bisnis hiburan anak anak. Ada Odong odong atau kereta mini, komidi putar mini, Istana Balon dan lain lain. Iapun berkunjung ke  pabrik pembuat permainan anak anak itu di Surabaya. Di sana ia makin semangat ketika bertemu pengusaha Odong odong yang mengoperasikan bisnisnya di Jakarta dan beberapa wilayah lain di kota besar di Indonesia.  Kalangan warga asli Betawi di pinggiran Jakarta memang dilaporkan dalam beberapa media menginvestasikan asetnya untuk bisnis ini dan mereka sukses. Beberapa pengusaha sudah bisa mengais keuntungan hingga Rp 500 juta sampai Rp 1 M.
Akhirnya, dengan bermodalkan Rp 100 juta, Nikki membeli set permainan untuk hiburan itu. Sebut saja, set Odong Odong. Iapun mengirimkan permainan itu ke Bukit Tinggi. Di lokasi yang bersebelahan dengan suatu Palaz di Bukit Tinggi perangkat Odong Odong ini dioperasikan untuk melayani pelanggannya, Â terutama anak anak. Â Saat itu, sekitar tahun 2012 memang belum banyak saingan. Tak dinyana, bisnis ini mencengangkan. Dalam waktu seminggu, ia mendapatkan Rp 90 juta, investasinya nyaris sudah kembali. Selanjutnya, dalam 3 minggu, modal Rp 100 juta dari pengoperasian perangkat Odong Odongnya sudah seluruhnya kembali. Wow. Wow. Semudah itukah?