Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah dan Spirit Pengorbanan Universal

20 April 2019   11:17 Diperbarui: 20 April 2019   21:01 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aarn Blanco Tejedor

Apa yang saya suka dari seorang Rumi? Ia berangkat dari kata, nilai, simbol dan mistis. Dan ia mendarat ke dunia nyata. Melebihi apa yang ada dalam simbol simbol. Melebihi apa yang dapat kita raba, cium, baca, lihat, dan rasakan. Agama dan tokoh dalam agama, telah Rumi jadikan penterjemahan hidup sehari hari. 

Tak heran bila kemudian Andrew Harvey, seorang akademisi agama yang banyak menulis soal Jalaluddin Rumi menuliskan soal tiga keistimewaan Rumi. Ia dianggap mempunyai visi spiritual yang mendalam sekelas Budha dan Jesus serta Muhammad. Ia juga memiliki renungan intelektual yang luas seperti Plato. Iapun juga mahir dalam menemukan kata-kata indah ala Shakespeare. Ini membuat Rumi relevan di dunia modern.

Yang istimewa, pembaca yang sangat sulit percaya pada ajaran Islampun menikmati karyanya. Karya Rumi dibaca banyak orang di Amerika dan penjuru dunia. Soal siapa Rumi saya tidak harus tuliskan karena beberapa Kompasianer telah menuliskan dengan cukup gamblang. Juga, rekan Komansianer Jamaluddin Rahmat menuliskan ini.

Pandainya Rumi mendaratkan spirit keagaman dengan nyaman dalam konteks Paskah kali ini adalah pada adanya nilai  nilai dan spirit pengorbanan Yesus yang kita juga miliki dan percayai ada dalam diri kita. Ada kemauan dan keihlasan berkorban yang sangat kuat. Pengorbanan itu mengalahkan egoisme dan keinginan pribadi dan golongan. Dilakukan demi mengutamakan kepentingan yang lebih besar dan mulia. Dan pengorbanan pengorbanan ini menaikkan keimanan kita padaNya. Ini digambarkan dengan Yesus yang rela di kayu salib dan memanggulnya di sepanjang jalan salib. 

Dalam kaitannya dengan nilai serta spirit berkorban, dalam Islam kita merayakan Idul Kurban yang juga punya makna yang lebih luas dari sekedar menyembelih sapi dan kambing. Adanya puasa di bulan Ramadhan di dalam rukun Islam perlu dimaknai dengan lebih dari sekedar menahan lapar dan haus. Ada pengorbanan. Ada pengabdian. Semuanya, semata karena Allah swt.  Ini merefleksikan pengorban kita untuk menyayangsi sesama. 

Saya yakin dalam kepercayaan agama non Islam lainnya, termasuk Hindu Bali, Buddha dan Konghucupun, nilai nilai pengorban sangat kental. Dalam Hindu Bali, kita mengenal Yajna yang punya makna pengorbanan suci yang dilakukan yang dilandasi oleh kesucian hati, ketulusan dan tanpa pamrih. Ini dimaknai lebih luas dari sekedar upacara atau upakara. Dalam ajaran Budisme, pengorbanan pengorbanan yang dilakukan dengan 'berdana' kepada orang yang pantas, bai itu sanak keluarga, tamu, leluhur, raja, dan para dewa serta menahan diri untuk tidak melakukan kesalahan juga dimaknai sebagai pengorbanan. Dalam ajaran Kong Hu Cu, pengorbanan adalah cara untuk mensucikan diri dan melatih diri, baik itu untuk menjaga perilaku, perkataan, dan agar diri kita dipenuhi cinta kasih. 

Banyak peristiwa kehidupan manusia kita alami setiap tahunnya. Juga tahun ini. Peristiwa kehidupan dalam keluarga. Peristiwa kehidupan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya sehari hari. Peristiwa politik beserta pemilu yang baru kita jalani. Tanpa kita sadari, kita melakukan beberapa pengorbanan. Kita patut menepuk pundak kita. Namun, juga kita mungkin banyak akukan kesombongan dan arogansi. Salahkah saya katakan ini?  

Apakah kita mengalah ketika terdapat antrian kemacetan jalanan di depan kita?. Apakah kita mengalah dan berkorban ketika keluarga yang sakit membutuhkan dukungan?. Apakah kita berkorban serta menahan diri, ketika riuh rendah perdebatan politik mengancam keutuhan keluarga dan persahabatan? Apakah kita mengalah dan berkorban ketika harus mengusung tujuan yang lebih besar berupa kesatuan negara dan keamanan sesama warga bangsa?  Bukankan, di situlah nilai kemanusiaan kita di mata Allah diuji? 

Saya yakin, Allah menuntut kita untuk menggunakan akal dalam memaknai pesanNya, termasuk dalam memaknai pesan pengorbanan pada semua peristiwa hidup kita. Dan pada Paskah kali ini, spirit pengorbanan Yesus yang universal itu ada dalam jiwa kita. Seperti kata Rumi.  

Bagi umat Katolik, saya ucapkan selamat menjalankan rangkaian ibadah Trisuci dalam minggu Paskah. Bagi saudara saudara saya yang lain, marilah kita semua berkenan menggali nilai spiritual dalam diri kita untuk menjadi nilai kehidupan sehari hari. Pesan Allah tentu bermakna.

Pustaka : 1. Rumi di Dunia; 2) Puisi Rumi dan Paskah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun