Mural merupakan salah satu bentuk seni publik. Seni publik dapat dilakukan dalam berbegai bentuk, performance art, instalation art, happening art, stensil, graffiti, mural, poster, dan lain-lain. Pesan dalam mural disampaikan dalam bentuk visual yang sarat akan pesan, coretan, kode dan makna.
Bukan hanya di Bali, di Pekanbaru sempat pula terdapat upaya upaya seni untuk melawan korupsi. Komunitas Peviart di Pekanbatu tak hanya mengerjakan seni mural, tetapi juga seni visual lain. Di antara karya mereka terdapat koleksi dengan pesan anti korupsi. "Hilangkan Budaya Korupsi di Bumi Melayu” mengandung pesan untuk mengajak masyarakat memerangi budaya korupsi. Tentu dengan budaya lokal yang khas. Ada pula #SAVEUANGMAMAK".
Yang menarik, studi yang dilakukan oleh Aiza Nofianti pada mural yang ada di Pekanbaru menunjukkan bahwa 1) koruptor digambar berbadan gendut; 2) KPK sebagai lambang anti korupsi; 3) Kebanyakan koruptor adalah dari pemerintah, meski terdapat pula pilitisi dan korporasi; 4) Uang digambarkan dengan warna kuning; dan 5) Korupsi adalah untuk emmperkaya diri.
Pinjam Dinding untuk Pesan Anti Korupsi, Mengapa Tidak?
Setelah sekian lama kita hanya disibukkan untuk berfokus pada dinding mural virtual melalui Facebook atau Instagram, ada baiknya kita lebih aktual dan riil pada dinding dinding kita. Pada tembok sekitar kita. Begitu banyak seniman, mengapa tidak lakukan ini? Tentu perlu kurasi atas kwalitas 'coretan' dan karya seni berdasar rekam jejak dong. Bukan asal panggil pelaku vandalisme ke diding rumah saya. Duh. Gemes jadinya.
Banyak negara membangun mural anti korupsi dan membertahankannya sebagai bagian dari perjalanan melawan korupsi. Sebagian dari mereka punya cerita yang penting.
Di Santo Domingo, terdapat mural anti korupsi yang dibuat untuk mengingatkan betapa biaya korupsi sangat tinggi. Korupsi menyebabkan kemiskinan warga. Kampanye "Lend me your wall" (Prstame tu pared) atau 'Pinjamkan Dindingmu" meggema. Kampanye ini menggabungkan kampanye anti korupsi dan penegakkan hak asasi manusia.
Kampanye ini mengajak masyarakat menyumbangkan diri dengan meminjamkan tembok dan dindingnya untuk kegiatan kreativitas publik. Dinding kantor atau rumah mereka manjdai bagian dari kontribusi masyarakat. Keren ya?! Kampanye semacam ini adalah kampanye yang tajam. Tidak menghakimi, dan tetap damai. Transparansi Internasional mendukung kampanye semacam ini.
Di Santo Domingo, ajakan pada kelompok muda untuk melawan korupsi didengungkan. Ini dimunculkan dalam mural yang keren dengan wajah dari penyanyi kelompok musk Nirvana yang meninggal di usia muda pada tahun 1990an.
Pesan dari kampanye di Santo Domingo adalah "Biskah kita merelawankan dinding kita untuk melawan korupsi?". Masyarakat diajak meminjamkan temboknya untuk mengkampanyekan anti korupsi.
Pesan dan kampanye anti korupsi tidak selamanya harus ada di dalam ruang kelas dan ruang loka karya. Seni dapat berbicara. Kelompok muda dan masyarakat bisa melihat ajakan dan melihat korupsi sebagai penyebab buruknya pelayanan sosial dan ekonomi, infrastruktur tertinggal, sanitasi buruk, bangun sekolah yang tak layak, layanan kesehatan tak purna, dan asuransi kesehatan juga tak terbayarkan melalui seni. Gerakan semacam ini juga menyalurkan emosi yang selama ini disemprotkan melalui sosial media melalui seni yang dapat diapresiasi.