Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Seruan di Dinding Negeri!

11 April 2019   14:49 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:57 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival Anti Korupsi di Bali (the Jakarta Post)

Perbaikan sistem dan penegakakan hukum adalah penting. Namun tak kalah penting adalah partisipasi kita untuk mencegahnya. Gerakan yang tulus bisa kita lakukan. Kita pernah berhasil dalam gerakan gerakan politik di masa yang lalu, dan seharusnya kita punya keyakinan bahwa inipun bisa di masa kini. 

Kita, sebagai warga negara - semestinya - bisa membangun gerakan anti korupsi melalui ajakan. Capai bicara politik tanpa nyawa. Sementara nyawa demokrasi kita digerogoti koruptor - ya koruptor di dalam pemerintahan, di antara politisi, di antara korporasi, dan juga di media lini masa. Bila kita sebagai warga negara tidak lakukan sesuatu untuk gerakan anti korupsi, kita juga berkontribusi pada laku koruptif yang pemalas. 

Boleh boleh saja memasukkan materi ke dalam kurikulum seperti yang dilakukan sekarang. Namun sering saya merasa kasihan pada murid yang kurikulumnya dibebani semua pesan dari kegagalan sistem yang ada. Korupsi. Pluralisme. Perubahan iklim. E-game. Aduh mak. Apa lagi? Ada beda antara nilai hidup dan kurikulum sekolah.  Itu yang harus dipahami. 

Pesan Kampanye Anti Korupsi Melalui Seni
Beberapa tahun yang lalu, saya sempat menikmati mural di jalan Pemuda di Semarang soal anti korupsi. Saya terakan foto dari mural itu sebagai ilustrasi artikel ini. Foto mural ini terpampang pada 'wall paper' facebook saya yang hampir tidak pernah saya buka. Mural ini punya pesan strategis. 

Pesannya tajam "Ayah Ibu, Jangan Kau Nafkahi Aku dari Uang Korupsi". Ia terletak di jalan Pemuda di Semarang, yang merupakan tempat yang dekat dengan kantor Gubernur dan DPRD. Yang terpenting, letaknya berseberangan dengan beberapa sekolah, di antaranya SMAN 3 Semarang. Sekolah ibu Menteri Keuanga  dan Ibu Menteriuar Negeri kita. 

Pelajar pelajar SMA lalu lalang di depan mural itu. Juga, masyarakat yang hendak berbelanja ke Mal Paragon akan melewatinya. Ini pengingat kepada kelompok muda bahwa korupsi bukan suatu hal biasa. Generasi muda perlu paham itu. Sayang sekali, mural itu tak berusia lama. Ia digantikan oleh mural tanpa pesan jelas. Sebal juga. 

Bagi saya secara pribadi, mural bukan hanya untuk memenuhi dinding. Mural membawa pesan dan sekaligus semangat gerakan melalui seni. Ini bisa menggantikan baliho baliho program pembangunan yang besar, kaku dan membawa kesan birokratis.

Seni dianggap mampu menjembatani persoalan pesoalan besar dan berat untuk turun ke daratan. Dengan simbol dan gambar dan graffiti yang mudah diingat. 

Terdapat Festival Anti Korupsi yang pernah diselenggarakan oleh the Indonesia Corruption Watch (ICW) di Bali pada tahun 2013 dan tahun 2017. ICW melakukan festival atau pameran seni, mural dan lukisan anti korupsi yang diikuti para seniman Indonesia. Sangat menarik. 

Adanya festival seni mural bahkan dianggap sebagai merealisasikan museum anti korupsi yang dapat dipakai sebagai media pendidikan. Tidak seharusnya senipun turut mati dalam sejarah negeri karena keganasan korupsi yang membuat putus asa.

Festival Anti Korupsi di Bali (the Jakarta Post)
Festival Anti Korupsi di Bali (the Jakarta Post)
Pada Festival Anti Korupsi di Bali pada 2013 dan 2017 itu, pejabat, politisi dan pebisnis korup digambarkan sebagai binatang yang rakus (Jakarta Post, Komang Eviani). Juga ditunjukkan bahwa korupsi adalah perbuatan kriminal. Pesan itu harus didengungkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun