Pada kondisi cuaca normal, Rapiah bisa bertahan hingga 6 hari setelah dipetik. Ini paling lama di antara rambutan jenis lain. Hanya saja, buah per pohonnya tidak terlalu banyak. Per pohon rambutan Rapiah terdapat sekitar  1.000-1.600 buah atau 18- 30 kg per tahun. Dengan pemupukan yang benar, khususnya untuk yang organik bisa mencapai produksi 50 kilogram per tahun. Terdapat keluhan petani atau penjual rambutan pada musim ekstrim. Trelalu banyak matahari. Atau terlalu banyak hujan. Bunga tak sempat menjadi buah. Ini mengingatkan kita pada dampak perubahan iklim.. Memang buah tropis membutuhkan matahari yang cukup serta angin, dengan sesekali penyiraman air.Â
Pada musim rambutan, Rapiah dijual di pasar pada kisaran harga Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per kilogram. Namun di pasar swalayan, harga Rapiah bisa bervariasi dan cukup mahal. Soal jarangnya Rapiah serta rambut Rapiah yang cepak serta harga yang relatif lebih mahal dari rambutan lain membuatnya sering dipalsukan. Mungkin kita pernah tertipu membeli rambutan 'Rapiah' yang ternyata adalah varitas lain yang 'dipangkas' rambutnya agar berkesan sebagai Rapiah.
Rambutan telah diekspor ke beberapa negara, antara lain Emirat Arab, Belanda, Suadi Arabia, Taiwan, Singapura, jerman, Perancis, dan juga Filipina. Sayangnya, hanya terdapat data lama, yaitu tahun 2005. Produksi rambutan Rapiah dicatat berfluktuasi antara 263,000 sampai 350,000 metrik ton pertahunnya. Ini hanyalah sekitar 3,5% dari produksi keseluruhan buah buahan Indonesia (Perwanto, 2005).Â
Suwandi dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian RI mengumumkan bahwa ekspor buah buahan Indonesia pada 2018 meningkat signifikan. Bahkan terdapat surplus di atas 800 ton. Ekspor meningkat dan impor menurun. Rambutan, misalnya meningkat 98% dibandingkan dengan eskpor 2017. Â Ekspor rambutan pada 2018 adalah ke ke Saudi Arabia. Dinilai, kebijakan buah impor dilakukan dengan tepat.Â
Memang tidak semua buah rambutan layak ekspor. Salah seorang dari eskportir buah PT Jabarindo yang mengkhususkan diri pada ekpor buah menyampaikan bahwa rambutan Indonesia bisa bersaing dengan Thailand, asalkan bisa memenuhi beberapa syarat. Syarat itu adalah berwarna merah, manis, ngelotok, masih dalam tangkainya, bersih dari semut dan kotoran, besarnya seragam serta berambut panjang. Untuk itu maka Rambutan Binjai dianggap yang punya potensi.Â
Karena Rapiah dikenal sebagai 'the Longan of Indonesia', sebetulnya kita juga bisa mengalengkan Rambutan Rapiah seperti juga buah Leci dan Kelengkeng dari Cina. Â Mengapa tidak? Melihat keberadaan Rapiah, saya rasa pantas ia menjadi buah andalan. Memang perlu memenuhi persyaratan dalam hal volume pasokan serta ukuran. Â Beberapa usaha komersial rambutan rupanya memiliki siasat untuk meningkatkan produksi. Pertama, dengan mengerat batang pada saat batang lambat tumbuh untuk menginduksi bunga. Kedua, dengan memberikan stres air. Rambutan berbunga ketika musim kemarau dengan sesekali hujan. Diperlukan musim kemarau yang terik beangin, dengan sesekali disiram air untuk merangsang munculnya bunga.Â
Saya bukan ahli pertanian sehingga memang tidak paham teknik teknik pertanian. Mungkin kita bisa minta advis Prof Felix Tani atau Mbah Ukik ya.Â
Rasa yang istimewa dan juga kelahiran Rapiah yang memiliki Surat Keputusan bisa menjadi keunggulan kita. Yuk tanam Rabie, Rabiah, Rafiah, eh Rapiah.Â
Pustaka : Rapiah 1. Rapiah 2. Rapiah 3. Rapiah 4.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H