Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Divide et Impera" dan Marah-marah Politik

9 April 2019   21:17 Diperbarui: 10 April 2019   16:13 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia, di masa penjajah Belanda kita mengenalnya sebagai politik yang dibuat oleh Christiaan Snouck Hurgronje. Snouck Hourgronje lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 dan meninggal di Leiden pada usia 79 tahun.  Ia memecah belah masyarakat Islam, khususnya masyarakat Islam Aceh untuk alasan menguasai Aceh sebagai wilayah koloni. Di masa kini, strategi divide et empera ditunjang kuat dengan politik identitas dan hoaks dan lain lainnya. Dan, ternyata memang lebih mengerikan. 

Banyak kawan Kompasiana, termasuk pak Felix Tani pernah menulis soal divide et empera dalam konteks media. Juga pak Giri Lumakto menulis dalam konteks media sosial.  Tulisan ini hendak mengerucutkan apa yang terjadi dengan divide et impera di masa jelang Pemilu. Menurut saya, musuh kita bukan pandangan yang berbeda, bukan pula salah satu Capres, namun politik divide et impera itu sendiri. Keserakahan dan kekuasaan itulah yang membuat divide et impera jadi subur. 

Kok mau sih dipecah belah? Kita tetap perlu terus pada pendirian kebenaran, tapi kita cari cara positif salurkan enerji kita

Bagaimana Solusi kita untuk terhindar dari kemarahan politik akibat politik pecah belah itu ya ? Kita cari cara positif untuk menyalurkan energi kita:

  1. Identifikasi sumber kemarahan kita. Tanya diri kita apakah ada hal spesifik yang membuat kita marah? Apakah kita sedang mumet? Tidak sehat? Atau kita tidak suka pada oerang tertentu yang ada sebagai calon presiden? Buat daftar. Mungkin anda akan mendapatkan daftar berisi 1) tak punya uang, 2) masuk angin, 3) Istri punya pacar lagi, 4) Anak nakal main game terus. 5. Biaya hidup naik. 6) Harus bayar BPJS dan asuransi. Dan lain lain
  2. Klarifikasi alasan alasan yang membuat kita marah. Bila hal hal di atas adalah sebab kemarahan kita, ambil waktu untuk mengidentifikasi lebih lanjut apa sebab khususnya? Apakah persoalan yang menjadi kekuatiran kita didiskusikan di publik? Apakah ada yang tidak pas di media? Apakah karena ada pernyataan atau tulisan seseorang yang membuat kita marah?  Pada akhirnya, tidak adil melampiaskan semuanya ke politik. 
  3. Tidak perlu mencoba membuktikan bahwa kawan anda atau lawan bicara anda salah. Sudahlah, itu tak ada gunanya. Ia sudah punya pertimbangan kuat. Nanti malah anda mengusiknya. Itu bisa jadi pemicu pertengkaran.
  4. Kalaupun terdapat berita atau pernyataan kawan yang anda nilai sebagai ‘hoax’, daripada anda defensif dan katakan “wah ga benar itu”, lebih baik anda coba tanya ke kawan tersebut “dari mana informasi itu didapat?"
  5. Kitapun mencoba membuka hati dan mencoba mendengarnkan. Karena kita berbeda pandangan dengan dia, belum tentu ia tidak cukup informasi. Mungkin coba dengarkan apa yang jadi alasan pertimbangan pilihan politiknya.
  6. Kita coba saling menghormati. Membicarakan politik akan mudah memicu kebencian. Kita harus tetap tenang, meski ada perbedaan pendapat. Bila perlu, tarik napas panjang ya. Toh kita selalu diajarkan sejak kecil untuk berbuat baik dan santun pada sesama. Itu perlu kita praktekkan lagi.
  7. Jaga emosi ketika marah. Ketika marah, kita bisa saja jadi emosi dan lupa situasi. Kita harus hindari bersikap emosional. Tak ada gunanya.
  8. Coba berpikit positif. Mencoba untuk tidak menganggap orang lain buruk.
  9. Puasa medsos. Sudah pernah? Saya nyaris tidak nyalakan TV. Saya tidak cek FB dalam waktu yang lama. Saya cek Instagram hanya sesekali. Saya masih buka Linkedin karena ini banyak berperan dalam pekerjaan. Intinya, saya coba kurangi komunikasi melalui media sosial. Coba kurangi pemakaian Facebook, Instagram, Twiter anda. Ini akan mengurangi stress kita juga. Kurangi baca berita. Terlalu banyak berita dan membaca berbagai berita dari pihak pihak yang terus berdebat tak akan ada hentinya. Pilih dan baca tulisan yang mungkin merangkum kondisi dan situasi. Misalnya majalah atau tabloid mingguan atau bulanan? Tempo? Kontan ? (Bukan iklan).
  10. Coba komunikasi dengan kawan kawan yang berbeda. Upayakan berbicara tentang topik yang berbeda. Ngopi? Olah raga bersama? Mengapa tidak? 

Pustaka 1) Pecah Belah; 2) Divide et Impera; 3) Kendalikan Marah;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun