Sekitar tiga tahun yang lalu, saya menengok anak saya yang sedang bersekolah di Inggris atas biaya pemerintah Indonesia. Ketika hendak mencari oleh-oleh untuk beberapa sahabat, saya senang mendapati sesuatu yang unik.Â
Sepotong "Scarf' yang terbuat dari 2 botol plastik bekas. Itu tertulis di label sebelah belakang. Produk itu "Knot Wrap by Lush". Merek scarf itu adalah Lush. Ini bukan iklan, tetapi saya hendak menunjukkan betapa unik scarf tersebut. Sahabat saya menyukai oleh-oleh itu, terlebih karena ia saat itu bekerja untuk proyek tentang ekonomi hijau.
Saya melakukan pencarian di google dan ternyata memang merek tersebut memproduksi begitu banyak scarf yang terbuat dari botol plastik bekas yang berasal dari laut.Â
Lush bekerja sama dengan beberapa desainer terkenal dan membuat opsi. Produk "Knot Wrap by Lush" memang diciptakan sebagai hadiah dengan 2 opsi, scarf terbuat dari katun organik atau berbahan 2 botol plastik.
Dalam penjualan semua produknya, terdapat sejumlah nilai yang didedikasikan kepada proyek regenerasi hutan dan pertanian regeneratif bagi petani petani di Uganda, Peru, Guatemala and Arizona. Misalnya, Lush telah menanam 50.000 pohon kelapa di Guatemala dan Uganda. Mereka menyebut misi ini sebagai pembelian beretika. Ini membuat saya cinta berat pada Lush.Â
Saat ini diestimasikan terdapat sekitar 1 juta botol plastik dipakai dan dibuang per menitnya. Dengan adanya estimasi peningkatan konsumsi air minum mineral sebesar 20% sampai tahun 2021 maka dapat kita bayangkan persoalan sampah botol plastik yang kita ciptakan. Kelompok lingkungan menjadi makin gelisah dengan kemungkinan makin meningkatnya sampah botol plastik di laut laut kita.
Euromonitor International's global packaging trends mengestimasikan botol plastik akan meningkat menjadi 583,3 juta di tahun 2021. Dari sisi lingkungan ini mengerikan. Terlebih National Geographic mengatakan bahwa 91% botol plastik tidak bisa didaur ulang. Ngeri ya?!
Menyikapi hal ini, beberapa perusahaan mulai mencoba penggunaan botol plastik air minum sebagai bahan fesyen. Inggris adalah salah satu negara yang serius untuk mengurangi penggunaan botol plastiknya. Lush adalah salah satu perusahaan yang terkenal.
Kita selanjutnya menemukan lebih banyak merek produk fesyen yang juga menggunakan botol plastik bekas kemasan air minum yang didaurulang sebagai bahan materinya. Sebut saja Everlaine, Adidas, Timberland, dan H&M, dan Everlane, misalnya memproduksi baju baju hangat dari bahan botol plastik bekas kemasan air minum dalam materi produknya.Â
Berbahan plastik dari merek Parley Ocean Plastic atau botol plastik bekas yang berasal dari laut yang dikelola Parley, Adidas bertekad tidak menggunakan kantong plastk sebagai kemasannya. Produk baju tenis ini menjadi bagian dari Australia Open. Diinformasikan bahwa Adidas telah berhasil menjual lebih dari sejuta pasang sepatu yang terbuat dari botol plastik.
Botol plastik bekas kemasan air minum ini memiliki "kehidupan" barunya amenjadi celana yoga, jaket tebal emuk, atau sepatu. Pada Oktober 2018, mengikuti ajakan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), terdapat 250 merek lain yang mengikuti usaha untuk menggunakan bahan baku natural atau daur ulang.
Beberapa merek seperti Everlane, selain menggunakan bahan botol plastik bekas pada sebagian koleksinya juga menghilangkan penggunaan perlengkapan berbahan plastiK pada produk lainnya. Perlengkapan plastik yang tidak dipergunakan lagi itu adalah kemasan, ritsluting, dan lainnya. Everlaine juga mengurangi penggunaaan bahan sistetis seperti polyester, lycra nylon. Diketahui bahwa bahan bahan itu menggunakan produk turunan plastik yang bila dicuci melepaskan micro-plastik bersama air. Jadi, pilihannya adalah bahan natural atau daur ulang plastik.
H&M menuliskan dalam websitenya bahwa idealnya, bahan baku kain adalah katun kapas. Namun disadari pertumbuhan kapas membutuhkan banyak air. Ini menjadi tantangan untuk mendapatkan cukup katun dalam produksi tekstil dunia. Dengan tekad untuk memproduksi kain dari bahan berkelanjutan, H&M saat ini berfokus pada penggunaan bahan bahan daur ulang, baik itu untuk katun, kasmir, polyester, wool, dan juga sutra organik. Bahan daur ulang yang lain juga adalah kayu, botol, dan kertas juga perak.
Rupanya di bulan Februari 2019 yang lalu pabrik tekstil PT Kahatex mendapat kunjungan ibu Iriana Jokowi beserta para istri menteri dan mengadakan sosialisasi pencegahan dini kanker servix bagi 55.000 karyawan PT Kahatex yang 80% pegawainya adalah perempuan. Selain itu, kampanye stop menggunakan plastik sebagai kemasan juga dilakukan. Saya melihat, apresiasi kita pada perusahaan yang punya tekad menghasilkan produk dari bahan daur ulang perlu disampaikan.Â
Produsen produk fesyen yang menggunakan bahan dasar atau materi botol plastik bekas kemasan air minum mengatakan bahwa biaya produksi dari bahan daur ulang ini 10% lebih tinggi dari biaya menggunakan bahan baru. Perusahaan yang mengadopsi ini tentu telah berniat untuk menunjukkan tanggung jawab pada penggunaan bahan berkelanjutan untuk melindungi lingkungan. Begitu banyak contoh keren, kapan kita?Â
Pustaka : 1. Everlane; 2 Fesyen dari plastik botol, 3) Masa Depan Fesyen, 4) Daur Ulang dan Fesyen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H