Yang menjadi pertanyaan, seberapa serius kita hendak mengurangi dan mencegah npersoalan "teror" banjir bandang ini?
Studi Bank Dunia pada November 2016 mencatat bahwa banjir bandang dan bencana alam lainnya membuat 26 juta penduduk dunia menjadi jatuh miskin setiap tahunnya. Studi yang melibatkan 177 negara ini menyimpulkan bahwa kerugian ekonominya adalah sekitar US $ 529 juta per tahun. Angka ini 60% lebih tinggi dibandingkan estimasi sebelumya. Studi ini juga menggarisbawahi perubahan iklim yang besar mempengaruhi merosotnya kualitas hidup warga dunia, dengan masyarakat miskin sebagai korban terbesarnya. Membangun masyarakat yang tangguh untuk menghadapi bencana menjadi suatu kewajiban moral kita semua. Persoalan curah hujan tinggi dan bencana yang merupakan sebagian dari perubahan iklim telah saya tulis pada artikel "Jangan Lupa Bicara Perubahan Iklim Ketika Bicara Curah Hujan Meningkat".Â
Meski dampak dari banjir bandang tidak bisa dihilangkan begitu saja, perbaikan secara serius atas tata kelola hutan dan lahan, perencanaan dan kesiapsaiagaan bencana sakan sangat membantu peningkatan jumlah korban dan kerugian kerugian ekonomi. Artinya, ini bukan hanya persoalan BNPB dan Basarnas semata. Ini persoalan lintas sektoral Kehutanan, Pertanian, Pertambangan, Pertanian, dan Tenaga Kerja. Dan, mungkin KPK.Â
Resiliensi atau daya tahan masyarakat ini perlu dibangun melalui suati sistem kesiapsiagaan bencana yang memadai. Preservasi dan restorasi juga menjadi bagian dari manajemen risiko kebencanaan. Hal hal ini menjadi sangat krusial untuk diintegrasikan dalam rencana pembangunan kota dan ekonomi di wilayah rentan bencana.Â
Bila kita tidak perduli akan persoalan banjir bandang sebagai bagian dari ulah manusia yang koruptif, yang mengabaikan lingkngan dan melihat  perubahan iklim sebagai fiksi, maka kita seperti membiarkan teroris dengan bom waktu menghancurkan dunia.Â
Pustaka : 1. Banjir Sentani, 2. Banjir Bandang Kerala dan Bencana Buatan Manusia, 3. Perubahan Iklim, 4 Banjir, 5Â Banjir Bandang Asia Selatan, 6. Korupsi, Bencana dan KemiskinanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H