Banjir bandang menerjang Sentani semalam, Sabtu 16 Maret 2019. Sampai dengan Minggu siang ini, dilaporkan adanya 63 orang korban meninggal dan terdapat pula korban yang luka luka (regional.kompas.com, 17 maret 2019 jam 14.40).Â
Hujan lebat menyebabkan ratusan rumah warga terendam. Juga banyak mobil warga yang hanyut dan terdapat 3 jembatan yang juga terbawa arus.
BNPB menginformasikan penyebab banjir bandang sudah dapat diduga curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah longsor dari Gunung Merah.Â
Laman Detik.com menginformasikan bahwa banjir melanda 9 kelurahan di Kabupaten Sentani. Diduga terdapat banyak warga yang belum dapat dicek keadaanya karena akses ke beberapa wilayah terhambat.
Karena lapangan terbang Adeventis Doyo terletak di wilayah banjir di Sentani, diberitakan bahwa sebuah helikopter dan pesawat twin-otter mengalami kerusakan.
Sebelum peristiwa banjir bandang semalam, Sentani telah alami banjir bandang pernah terjadi pada tahun 2007. Penyebabnya serupa, yaitu curah hujan tinggi dan terjadi tanah longsor.Â
Terjadi pula meluapnya danau Sentani meluap pada 11 Maret 2019. Ini bukan pertama kali karena pada tahun 2013 terjadi pula peristiwa meluapnya danau Sentani.Â
Selama ini, belum nampak upaya yang merata untuk memberikan panduan dan melatih kesiapsiagaan bencana banjir bandang kepada masyarakat di area rawan bencana. Padahal BNPB telah memberikan isyarat bahwa terdapat kemungkinan akan terjadi banjir bandang susulan. Hal ini seperti ditulis dalam kompas.com hari Minggu 17 Maret 2019 sore tadi.
Dengan adanya berbagai banjir bandang di Ngawi, Makassar, Sukabumi, Pacitan, Bandung, dan terakhir di Sentani Jayapura pada tahun 2019, juga gempa skala 5.8 yang melanda Lombok Timur siang ini, sudah selayaknya pemerintah dan pemerintah daerah mengerahkan upaya khusus. Yang dibutuhkan bukan lagi hanya info prakiraan cuaca saja, tetapi pada upaya mitigas dan langkah kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan banjir di seluruh Indonesia.
Untuk itu, pelatihan di tingkat masyarakat perlu dilakukan segera. Hal ini tidak perlu menanti tibanya Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April nanti.Â
Memang di tahun tahun yang lalu, dilakukan pelatihan kesiapsiagaan bencana di setiap hari peringatan Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April. Namun, hal ini tidak lagi bisa dijadikan kebiasaan yang tidak produktif.
Pertama, berkenaan dengan perencanaan pembangunan berdasarkan penghitungan risiko kebencanaan. Tata ruang seluruh wilayah perlu memiliki ketegasan dalam pengaturan zonasi daerah rawan bencana demi aspek pengurangan dampak bencana.
Kedua, keterlibatan akademisi dan pakar-pakar kebencanaan diharapkan untuk mengalisis pitensi bencana.
Ketiga, pemerintah daerah perlu siaga dalam menghadapi bencana di wilayah otoritas mereka. Gubernur bertindak sebagai komandan satuan tugas darurat untuk melakukan penanganan bencana. Pangdam dan Kapolda akan membantu kerja komandan satgas darurat itu.
Keempat, perawatan sistem peringatan dini bencana yang terpadu. Tim intelijensi BNPB bakal langsung membuat analisis terkait titik-titik rawan bencana yang membutuhkan kehadiran sistem peringatan tersebut. Kerja para tim ini juga harus dikoordinasikan bersama kementerian dan lembaga terkait agar sistem peringatan dini segera terwujud.
Kelima, dilakukan edukasi kebencanaan, terutama di daerah rawan bencana.
Keenam, penting juga dilakukan latihan dan simulasi penyelamatan diri dan penanganan secara berkala.
Untuk itu, di bawah ini saya sertakan langkah langkah persiapan yang perlu dilakukan masyarakat ketika terjadi bencana banjir bandang. Tentu perlu pula dilakukan kesiapsiagaan masyarakat pada kemungkinan bencana yang relevan di wilayah masing masing.Â
Selain itu, terdapat Call Center Kemenkominfo yang dapat dihubungi masyarakat.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI