Jadi, milenial bukanlah hanya kelompok yang hanya dendam karena biaya hidup dan pendidikan tinggi, tetapi mereka bisa terhitung sebagai kelompok revolusioner terkait hak-hak sipil yang dasar.Â
Bila dilihat dari partai PSI yang dipimpin dan beranggotakan milenial, kita perlu memberikan apresiasi pada keberagaman latar belakang mereka. Bahkan, barisan pimpinan partai ini adalah kelompok yang dulu kecil kemungkinannya memimpin partai. Perempuan, dari berbaurnya kalangan etnis minoritas dengan berbagai kalangan yang pluaral dari latar belakang agama dan suku yang beragam.  Ini seharusnya dirayakan.
Persoalan peraturan yang diskriminatif, misalnya, itu area yang menjadi kegelisahan feminis sejak lama. Studi diadakan, upaya didorong dan diadvokasikan, tetapi jumlah kebijakan dan Perda yang bias, tidak adil serta diskriminatif bukan berkurang.
Bagi kelompok yang alami ketidakadilan, perjuangan PSI adalah angin segar. Bagi baby boomers yang berpikiran pro-statusquo, ini dianggap 'terlalu kiri'. Malah, dianggap anti agama.Â
MTV di Amerika pernah melakukan survei terkait pandangan milenial terkait rasisme. Adalah menarik melihat bahwa sekitar 89% responden dari generasi milenial ditemukan lebih toleran, plural, dan memiliki komitmen untuk mendukung adanya kesetaraan dan keadilan.Â
Namun, bagi baby boomers menganggap seakan milenial mengidap buta warna dan tidak paham soal rasisme  Padahal, ada sekitar 37% yang mengatakan bahwa di dalam keluarga mereka mendiskusikan soal ras. Bagi milenial, ketidakadilan ras harus diselesaikan. Bukan hanya menjadi diskusi dan berkembang terus sebagai bias.Â
Terdapat beberapa contoh legislator dan aktivis milenial di Amerika yang bisa menjadi panutan. Di antaranya adalah Julie Emerson dari partai Republik dan juga Niraj Antani, anggota senat termuda di Ohio. Â Mereka muda dan melakukan perubahan juga terobosan.Â
Caleg dari generasi milenial adalah mereka yang akan menjadi daya tarik bagi pemilih yang juga generasi milenial. Bila caleg dari generasi milenial juga 'dipreteI' nilai-nilainya, bukan tidak mungkin kita kehilangan pula jumlah besar dari calon pemilih.Â
Pada saat yang sama, akan sulit bagi calon pemilih di kalangan milenial untuk mempertimbangkan baby boomers sebagai caleg karena keberpihakan baby boomers pada kebijakan yang adil pada milenial juga terbatas.Â
Di Amerika, Trump membangun bias pada generasi milenial. Ini Trump sebarkan melalui Facebook, yang kita tahu pengguna mayoritasnya adalah  baby boomers. Ini tentu membangun jarak dan kesenjangan antar-generasi.Â