Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Anjing di Bali, Makhluk Terhormat yang Terancam

10 Maret 2019   10:25 Diperbarui: 11 Maret 2019   02:50 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabies atau dikenal sebagai penyakit anjing gila menyerang syaraf otak. Penyakit ini mematikan. Ia ditularkan melalui air liur binatang (anjing, kucing, ular, kera) yang telah terkena rabies melalui gigitan. Penyakit ini diperkirakan sudah ada pada masa Mesopotamia di tahun 2.300 sebelum masehi.

Namun di abad 16 seorang ahli fisika Italia,  Girolamo Fracastoro menemukan bahwa penyakit ini mematikan dan tidak dapat diobati. Adalah Louis Pasteur seorang ahli biologi Perancis yang menciptakan vaksin pada 1885. 

Beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, Taiwan, negara negara pasifik dan Inggris telah dinyatakan bebas rabies. Rabies banyak ditemukan di Afrika dan Asia. Sementara di Amerika, rabies ditemukan pada mereka yang kembali dari luar negeri. Untuk Asia, Thailand, Vietnam, Indonesia dan India dicatat sebagai negara dengan kasus yang jumlahnya signifikan.  

Rabies merupakan isu serius di Bali, Jawa dan sebagian wilayah di Indonesia Timur.  Persoalan yang ada di Bali adalah sulitnya mengidentifikasi pemilik anjing. Wabah rabies pertama di Bali terjadi pada sekitar tahun 2008. Ini mengubah poisis Anjing Bali di Bali.

Bila tak paham situasinya, sayapun sempat gagal paham ketika dalam suatu rapat pengelola proyek dan diperkenalkan dengan salah seorang manajer program 'Anti Rabies in Bali" di awal tahun 2000 an. Ternyata rabies memang sesuatu yang serius di Bali. 

Adanya wabah rabies membuat beberapa banjar (desa) di Bali melarang adanya anjing yang berkeliaran. Muncul pula pandangan baru bahwa anjing Bali adalah memiliki roh jahat.

Tentu itu membawa akibat yang mengerikan. Pembantaian anjing terjadi. Ini ada pula dalam rekaman yang dibuat oleh Dr Lawrence Blair. Sayangnya, pembantaian sering menjadi jalan pintas yang dilakukan oleh Pemda. 

Di penghujung 2018  rabies kembali menjangkiti anjing di Bali. Namun berita tentang Rabies di Bali tergusur oleh hiruk pikuk tahun politik di negeri ini. Pada akhir Desember 2018, misalnya, upaya serius untuk mengadakan vaksinasi massal dilakukan oleh organisasi pencinta hewan dan anjing Bali (BAWA) bekerjasama dengan dinas kesehatan di Bali.

Vaksinasi massal (Vivanews.com)
Vaksinasi massal (Vivanews.com)
Studi dari Ariana Aryani Arief memberikan rekomendasi untuk menandai anjing yang telah divaksinasi. Ini untuk memastikan status vaksinasi rabies dan juga pemantauan akan upaya penanggulangannya. 

Sebaliknya, pembantaian anjing harus dihindarkan karena ini bertentangan dengan upaya vaksinasi itu sendiri dan juga rasa kemanusiaan kita. Pembantaian mengndikasikan rendahnya tingkat vaksinasi anjing.

Hal ini juga akan meningkatkan lahirnya anjing anjing baru yang belum tentu divaksinasi. Karena hampir semua pembantaian anjing dilakukan dengan pelibatan masyarakat, adalah lebih bijak bagi kita untuk melakukan langkah kampanye bagi publik dan juga pejabat pemda akan pentingnya pengontrolan rabies melalui vaksinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun