Saya masih terus berjalan pelan di pelabuhan. Banyak perahu tua yang tidak lagi berfungsi ada di sana. Saya akui, ada keindahan pemandangan pelabuhan di sana. Perahu perahu bersandar miring dan air laut menjadi panorama. Sinar matahari membuat warna yang mirip lukisan karya Renoir.
Saya mendapat info dari oom Ojek bahwa rencana pembangunan dan perluasan pelabuhan tertunda karena persoalan tanah milik hak ulayat yang tidak juga selesai negosiasinya dengan pemerintah daerah. Selain harga yang tinggi, berlipat jauh dari harga yang tercantum NJOP, diskusi yang melibatkan suku memerlukan waktu yang lama.Â
Persoalan tanah milik hak ulayat memang hampir selalu mengiringi rencana pembangunan infrastruktur dan tentunya ini tidak bisa dilakukan dengan gegabah. Seringkali negosiasi yang tidak lancar memunculkan pemalangan pintu dan konflik di sana sini.
![Meluncur dalam Kanu di Pantai Pasir Putih (Dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/03/03/anak-anak-5c7b26a1aeebe1069220fcc8.jpg?t=o&v=555)
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/03/03/1545080-10203918944842091-5057799871699468037-n-5c7b26d06ddcae40bf3b1ab5.jpg?t=o&v=555)
Ada kisah manusia dan peradabannya. Ada kisah perjuangan. Juga catatan tentang tantangan. Sementara, oom Ojek hanya meminta saya uang pengganti bensi sebanyak Rp 150.000,-. Tidak percuma.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI