Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Pantai-pantai Manokwari di Senja Hari

3 Maret 2019   08:35 Diperbarui: 3 Maret 2019   11:56 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kedua misionaris membawa berita dari Injil dan sekaligus hidup bersama masyarakat setempat yang saat itu masih merupakan masyarakat primitif. Mereka mengajarkan membaca tulis. Misionaris ini juga membuat tugu berbahasa Jerman, yang kemudian dipugar oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2013. Ada patung Yesus Kristus semacam yang ada di Brazil, kata si Mama.

Mama bercerita bahwa ada SD di Pulau Mansinam. Namun anak-anak yang akan bersekolah di sekolah lanjutan harus berangkat pagi sekali ke Manokwari. Karena jam sekolah adalah pada 7.15 WIT, maka anak-anak sudah harus berebut ke pinggir pantai pada sekitar pukul 5.30 WIT untuk bisa siap lebih awal untuk menumpang kapal motor milik Ditpolair Polda Papua Barat untuk menyeberang ke sekolah mereka yang berada pusat kota Manokwari. 

"Kami berharap akan makin banyak sarana transportasi di sini. Supaya kami mudah untuk pergi pulang ke Manokwari', kata Mama. 

Obrolan kami terhenti ketika beberapa perahu berdatangan dari Pulau Mansinam. Nampak kesibukan para tukang perahu motor menurunkan barang bawaan dan membantu para penumpang turun dari perahu. Tentu bergantian, tukang perahu membantu mengangkat barang barang penumpang yang bersiap naik perahu. 

Si Mama berpamitan. Sempat saya tanya mengapa mama begitu paham tentang sejarah pulau Mansinam. Ia menjawab sambil tersenyum "Mama pernah jadi guru SD, ibu. Tentu saya harus tahu sejarah ini. Pulau Mansinam kebanggaan kami. Sampai jumpa. Tuhan berkati". Wah, beruntungnya saya bertemu mama yang baik penuh kisah di antara waktu yang tidak lama.

Matahari makin merangkak turun dan langit indah berwarna perak. Ketika saya sampaikan niatan untuk meninggalkan dermaga dan kembali ke hotel, oom Ojek menawarkan sesuatu yang menarik. Mampir ke pelabuhan Manokwari, walau sebentar, katanya. Saya menyetujuinya. Toh matahari belum turun sepenuhnya. Tentu ada yang menarik di sana.

Beberapa perahu besar dan kecil ada di sana. Nampak beberapa mama menjadi kuli angkat barang dari pelabuhan ke perahu berukuran sedang. Mereka berjalan tegak dan menyunggi barang bawaan di atas kepala atau di pundaknya. 

Memang, perempuan Papua dikenal bukan hanya melakukan pekerjaan di dalam rumah, tetapi mereka adalah penyangga ekonomi keluarga. Mereka berburu, memancing, juga memanen sagu. 

Bahkan, mereka melakukan pekerjaan yang selama ini dianggap pekerjaan kasar, seperti kuli angkat barang di pasar dan di pelabuhan. Karena pekerjaan yang dilakukan pada umumnya di sektor informal dan di rumah tangga, peran perempuan dalam ekonomi keluarga tidak dikenali.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pelabuhan Ketapang Manokwari (Dokumentasi pribadi)
Pelabuhan Ketapang Manokwari (Dokumentasi pribadi)
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dari ukuran kapal yang berlabuh, bisa diketahui bahwa Pelabuhan Manokwari cukup besar. Memang Manokwari yang berada daerah Kepala Burung Pulau Papua ini adalah ibu kota Provinsi Papua Barat dan juga Ibu kota Kabupaten Manokwari. 

Manokwari cukup luas, 1.556,94 km persegi, sementara penduduknya kurang lebih hanyalah 99.488 jiwa. Karena sejarah asal mula peradaban, Manokawari juga menjadi kota perdagangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun