Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Papua Barat dan Kebutuhan Mendesak Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1 Maret 2019   19:55 Diperbarui: 12 Maret 2019   14:16 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mama mama di Pasar Wosi (Dokpri)

Isu juga muncul pada konsultasi serupa yang saya lakukan di tahun 2012. Namun demikian, sampai dengan tahun 2017 isu yang sama tetap ada dan hal ini saya baca juga di media. Kekakuan konstruksi bentuk pasar yang dibuat pemerintah daerah inilah yang seharusnya dilihat kembali.  Pemahaman konteks sosial dan budaya mama mama Papua perlu ada dalam desain pasar di Papua. Sebetulnya persoalan soal passar di Papua Barat tidaklah terlalu berbeda dengan di Papua. Sebagai contoh, di pasar Yotefa Jayapura, mama mama Papua juga menggelar dagangannya di lantai becek, untuk alasan alasan yang serupa. 

Ketika dilacak lebih lanjut, rupanya terdapat beberapa alasan lain mengapa mama tidak berdagang di lapak semen yang telah disediakan. Terdapat mama mama yang semula mendapat lapak namun kemudian pada periode selanjutnya tidak mendapatkan. 

Terdapat pula mama mama yang menyewakan lapaknya kepada orang lain untuk mendapatkan uang sekedarnya. Kemudian, mama mama itu menggelar dagangannya di tanah atau di luar pasar.

Mama menggelar dagangan di lantai becek di pasar Yotefa (Dokpri)
Mama menggelar dagangan di lantai becek di pasar Yotefa (Dokpri)
Banyak mama mama membawa serta anak anaknya yang masih kecil. Ketika saya berjalan ke arah los sayur, saya melihat beberapa anak sedang termenung duduk di bangku panjang, bersebalahan dengan tumpukan daun daun dekat tempat ibunya berjualan. Anak anak ini nampak baru bangun tidur. 

Anak kecil duduk melamun di pasar Wosi (Dokpri(
Anak kecil duduk melamun di pasar Wosi (Dokpri(
Mama mama di pasar Wosi juga mengeluhkan menggunungnya sampah. Sampah berada di tepi jalan maupun di wilayah pasar. Hal ini mengganggu kenyamanan bagi pengunjung pasar, penjual maupun orang yang lalu lalang melewati pasar. Memang, pendidikan masyarakat terkait bagaimana mengelola wilayah agar kebersihan terjaga adalah tantangan hampir di semua wilayah ini. 

cahayapapua.com
cahayapapua.com
Sementara hasil berjualan sayur tidak menghasilkan pendapatan yang memadai, mama mama juga menyatakan sering 'dipalak' sejumlah orang yang mengatakan diri mereka 'penjaga' keamanan pasar. Bahkan media memberitakan bahwa aparat pemerintah daerah yang meruapakan bagian dari dinas perdagangan dan perindustrian melakukan pula pungli.  Atau terdapat juga orang orang yang memalak karena mereka sedang mabuk. Ini bisa dilihat dari mata yang merah dan mulut berbau alkohol. Ini diberitakan oleh cahayapapua.com (Maret 2018). Persoalan laki laki yang mabuk adalah persoalan sosial yang juga serius di wilayah Papua dan Papua Barat. Tak jarang, mama mama di'palak' pula oleh suami suaminya yang sedang mabok. Ini fenomena yang dianggap biasa.  Di kalangan masyarakat di Papua, kerja ekonomi seperti berburu, berkebun dan mencari ikan adalah kerja perempuan. Laki laki adalah 'pelindung' keluarga bila terjadi perang. Pergeseran peran peran di masa moderen nampaknya tidak berjalan mulus. Oleh karenanya, laki laki masih merasa perlu untuk memunculkan heroisme melalui minuman kerasnya. Jadi, mama mama yang ada di pasar betul betul kena 'palak' berbagai pihak. 

Seorang Anak di Pasar (Dokumentasi Pribadi)
Seorang Anak di Pasar (Dokumentasi Pribadi)
Soal lain di pasar adalah soal prostitusi. Selama bertahun tahun sebetulnya mama mama di pasar sudah mengeluhkan soal praktek prostitusi yang dilakukan di pasar Wosi ini.. Ini terjadi pagi, siang ataupun malam. Hal ini pernah saya dengar dari mama mama yang saya temui dalam diskusi penyusunan Laporan Pembangunan Manusia di tahun 2014.  Cahayapapua.com pada 2017 juga menuliskan tentang adanya laki laki hidung belang yang pernah salah merayu perempuan " Saya pernah didatangi pria hidung belang, dikira saya ini sama dengan perempuan tra baik, pria itu bilang dari pada kitong pakai hotel, mending ayo kita ke pinggiran sana (lapak, red) biar tambah ko pung penghasilan", begitu Cahayapapua.com menuliskan. Perempuan itu tentu kesal dengan insiden tersebut.

Situasi pasar Wosi mewakili kompleksitas persoalan sosial ekonomi dan budaya di Manokwari dan di Papua Barat secara luas. Studi telah banyak dilakukan, berikut rekomendasi rekomendainya. Namun tampaknya pemerintah daerah masih belum mampu menyelesaikan persoalan dan mengurai kompleksitas pembangunan ini.   

Soal kemiskinan dalam arti luas serta perlunya kebijakan yang memberdayakan ekonomi masyarakat, khususnya perempuan. Desain pasar yang sesuai kebutuhan, disamping tata kelola pasar sangatlah mendesak. Bimbingan untuk produksi pertanian sudah tentu merupakan pekerjaan rumah yang perlu dilakukan. Dalam studi yang saya turut serta terkait kemiskinan perempuan di Papua, soal prostitusi adalah hal pelik. Prostitusi di meja lapak pasar adalah sesuatu yang menyakitkan hati. Dan perempuan melayani laki laki di pasar tanpa pandang waktu. Di dalam kasus lain, seorang perempuan bisa saja menjadi prostitusi hanya dengan dibayar sebungkus nasi. Rasanya teriris hati dan badan saya membayangkannya. Memang, status dan posisi perempuan di Papua sering direndahkan. ini PR yang tidak bisa dilakukan dengan program program sambil lalu saja. 

Dalam hal perekonomian, proteksi ekonomi masih dibutuhkan karena mama mama Papua memang tidak akan mampu bersaing dalam sistem mekanisme pasar yang terbuka. Hal ini berkaitan dengan situasi dan ketertinggalan yang telah lama mereka alami. 

Selain itu, budaya berdagang adalah sesuatu yang asing bagi mereka. Cukup banyak mama mama menghendaki pasar mama Papua seperti yang ada di Jayapura. Di pasar itu hanya terdapat mama mama asli Papua saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun