Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dili, Cresto Rei, Pasir Putih dan Upaya Kedaulatan Negeri Timor Lorosae

24 Februari 2019   16:05 Diperbarui: 25 Februari 2019   18:24 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lita Store (wanderingmark.wordpress.com)

Mama dan Tais (Dokpri)
Mama dan Tais (Dokpri)
Selama bekerja di Dili, hanya sesekali saya pergi ke lapang. 

Satu hal yang saya sukai ketika bekerja di Dili adalah kesempatan untuk secara teratur berjalan kaki. Ini bisa saya lakukan setiap minggu. Saya beserta sahabat saya, Helen Cruz, konsultan berkebangsaan Kanada, sering berjalan kaki dari penginapan kami di tengah kota kea rah pantai Pasir Putih. Biasanya saya berangkat dari penginapan jam 7.00 dan sampai di puncak Patung Kristua Raja atau Kresto Rei sekitar jam 10.00. Selanjutnya, kami akan turun ke arah Pantai Pasir Putih 'Area Branca' dan beristirahat makan siang pada sekitar jam 12.00. Jarak dari penginapakan ke patung Kresto Rei adalah sekitar 7 km. Dalam perjalanan kaki itu, saya bisa melewati dan melihat rumah Presiden, masyarakat, terutama ibu ibu dan anak anak mengambil air, dan perkampungan di area dekat Pasir Putih. Kontras. 

Pasir Putih Dili (Dokpri)
Pasir Putih Dili (Dokpri)
Pantai Pasir Putih Dili (Dokpri)
Pantai Pasir Putih Dili (Dokpri)

Tangga Menuju Cresto Rei (Dokpri)
Tangga Menuju Cresto Rei (Dokpri)
Cristo Rei (Timorleste.tl)
Cristo Rei (Timorleste.tl)
Pantai Dili dari Cresto Rei (dokpri)
Pantai Dili dari Cresto Rei (dokpri)
Pantai Pasir Putih Dili dari Cresto Rei (Dokpri)
Pantai Pasir Putih Dili dari Cresto Rei (Dokpri)
Pantai ini dinamakan pantai pasir putih karena pasirnya yang berwarna putih kemilau. Lokasinya pun tak jauh dari patung Cristo Rei. Patung Kristo Raja yang tingginya 27 meter ini merupakan simbol warga Timor Leste atas masa depan yang lebih baik. Patung ini berada di ketinggian 90 meter di atas permukaan laut, terletak di tanjung Fatucama. Cristo Rei adalah patung tertinggi kedua di dunia setelah patung Christ the Redeemer di Rio de Janeiro, Brasilia yang tingginya 38 meter. Alam kota Dili masih dapat memberikan kenyamanan pada mereka yang menyukai wisata laut, baik itu snorkeling maupun menyelam.

Ada rasa sedih bila memasuki Dili. Itu selalu saya rasakan. Harga harga makanan di restoran yang relatif mahal, berkisar dari U$ 3 sampai US $20 per porsi, sementara upah pekerja hanya sekitar US$ 0,50 per hari. Kita masih menemui banyak orang gelandangan di jalanan. Beberapa orang dengan tuna wisma (gelandangan) nampak sangat kurus. Sisi tembok bata yang tipispun sudah cukup menyangga badan tipis tuna wisma tersebut. Memang Timor Leste berada di rangking paling bawah dari sisi perekonomian. Sementara, hampir separuh warganya masih buta huruf. Suatu saat saya pernah berkunjung ke rumah keluarga salah satu staf kementrian Keuangan. Saya diperkenalkan dengan adik kakaknya. Cukup tercengang mendengar bahwa salah satu adiknya yang kala itu berusia 21 tahun adalah buta huruf. Padahal badan kekar dan bepenampilan cukup moderen. 

Kemiskinan masyarakat memang sangat menyolok. Suatu saat saya sedang makan siang. Saat itu saya belum menjadi vegetarian. Saya ingat saya makan di rumah makan Portugis dekat dengan kantor. Restoran itu adalah restoran terbuka. Meja makan ada di tepi jalan tempat lalu lalang masyarakat yang lewat. Saat itu di meja saya terdapat satu potong paha ayam yang dimasak semacam ayam bumbu kecap. Ketika di tengah makan, tiba tiba ada sebuah tangan yang menjulur ke piring saya dan mengambil paha ayam yang masih utuh. Di sebelah saya berdiri seorang tuna graha yang sedang memakan makanan saya. Bingung bercampur prihatin, itu adalah perasaan yang saya ingat. Tentu saya tidak lagi bisa melanjutkan makan saya. 

TIPIS - Perempuan Tuna Graha di Dili (dokpri)
TIPIS - Perempuan Tuna Graha di Dili (dokpri)
Pada saat merdeka di tahun 2002, Timor Leste memiliki pendapatan perkapita sekitar $350, rangking 152 dari 162 negara yang ada dalam daftar yang ada dalam Laporan United Nations Development Programme (UNDP). Pada tahun 2017, pendapatan per kapita masyarakat Timor Leste tercatat US $ 2.104.

Timor Leste dinyatakan stabil dalam hal ekonomi makro, namun secara struktural masih memiliki tantangan terkait kebijakan dan sektor keuangan. Untuk beberapa saat, Timor Leste tergantung pada pendapatan dari minyaknya dan sempat tidak memiliki utang. Namun, turunnya harga minyak dunia pada 2014 -- 2016 membuat keraguan pemerintah atas ketersediaan dana pemerintah, khususnya untuk membayar listrik dan membangun jalan. Sistem hukum belum dapat menyelesaikan isu korupsi yang makin meraja lela. Sampai saat ini sektor swasta belum berkembang. Hal ini disebabkan oleh kurang konsistennya aturan bisnis yang ada.

Terasa sekali prasarana dan sarana kota Dili masih terbatas. Apalagi di wilayah distrik, listrik dan jalanan masih terbatas. Ketika saya pergi ke wilayah Bobonaro, rasa sedih makin terasa. Listrik belum masuk ke wilayah. Terdapat bekas tiang tiang listrik ketika area masih menjadi bagian dari RI. Artinya, masa Order Baru pun tidak perdulikan salah satu wilayahnya. 

Saat ini Timor Leste memiliki Perdana Menteri baru, Prime Minister Jose Maria de Vasconcelos, atau dikenal sebagai Taur Matan Ruak yang berusaha mengembalikan kedaulatan keuangan negara. Seperti diketahui, beberapa kali masyarakat Timor Leste mengadakan demo terkait kehendaknya untuk memisahkan pengelolaan minyak 'Timor Gap' dari Australia. Demo dilakukan kepada Kedutaan Australia yang berada di Jakarta. Sementara, Perdana Menteri Timor Leste pernah melakukan perlawatan ke Indonesia untuk menjalin hubunga kerja sama pada tahun 2018. 

Sejarah perjanjian Selat Timor terjadi antra pemerintah Australia dan Indonesia pada 1989 ketika masa Timor Timur menjadi bagian dari RI. Ketika Timor Timur memisahkan dari RI, Timor Timur yang kemudian menjadi Timor Leste melanjutkan perjanjian itu dengan Australia. Perjanjian itu menyepakati adanya pembagian keuntungan dari minyak antara Austalia dan Timor Leste. Namun demikian, persoalan muncul ketika mereka tidak pernah memiliki kepastian kapan minyak tersebut dapat diproses. Australia setuju memberikan 80% dari pendapatan minyak untuk Timor Leste, bila minyak diproses dan dialirkan dengan pipa ke Darwin. Sementara itu, Timor Leste menghendaki 70% dari pendapatan dari minyak adalah untuk Timor Leste dan proses minyak dilakukan di Timor Leste. Sampai saat ini kesepakatan masih terus diperjuangkan dan dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun