Bapak ahli jiwa dunia, Sigmund Freud juga pernah menulis tentang topik ini. Freud menulis kata Sehnsucht untuk menggambarkan perasaan yang mengganggu sepanjang hidupnya. Ia menginginkan untuk bisa berjalan ke hutan bersama ayahnya, seperti waktu kecil dulu.Â
Freud menulis, "I believe now that I was never free from a longing for the beautiful woods near our home, in which... I used to run off from my father, almost before I had learnt to walk." (Saya percaya sekarang bahwa saya tidak akan pernah berhenti rindu pada hutan kecil yang indah di dekat rumah kami, di mana saya dulu biasa sering berlari ke arah ayah saya, sebelum saya bisa berjalan).Â
Sejak itu, ahli psikologi berupaya meneliti perasaan yang disebut sebagai sehnsuch itu, yang berarti rindu. Psikolog di Eropa menulis bahwa sehnsucht tidak bisa dipisahkan dengan rasa cinta, kekuatan, pencapaian, identifias, hubungan sosial, bergantung pada pribadi pribadi yang sedang merasakan.Â
Studi tentang psikologi berusaha untuk melihat 2 faktor penting dari rindu, yaitu intensitas rasa rindu dan kondisi ketika rindu tidak bisa direalisir. Ditemukan bahwa rasa rindu itu dapat dikenali dari tujuan personal seseorang.Â
Apakah tujuan personal seseorang lebih pada orientasi tindakan yang dapat dikontrol, sehingga rindu dapat memberikan arah untuk dapat meolong ketika mereka merasa kehilangan, tidak puas, atau putus asa dan kesulitan. Seseorang bisa saja tidak bahagia dengan pekerjaan atau pernikahannya dan berfantasi tentang yang ideal dalam karir atau dalam berelasi.Â
Seseorang yang sakit parah mungkin akan membayangkan bahwa dirinya bisa disembuhkan. Pada akhirnya studi mengatakan bahwa orang dari budaya yang berbeda akan mengekspresikan rasa rindu dengan cara berbeda.Â
Mungkinkah ilmu psikhologi mampu menguak lebih jauh tentang mengapa rindu sering menyiksa manusia? Â Seorang psikholog, Angie Viets, LCP, CEDS, yang telah sering menjadi terapis banyak pasien mengatakan bahwa ada keterkaitan antara rindu dengan kesepian.Â
Hubungan keduanya universal. Ia mengatakan bahwa pada umumnya pasien sangat lama untuk bisa mengungkapkan rasa rindu dalam hati mereka. Untuk itu, ia akhirnya membuat catatan catatan, dan mencoba menjawab dan memahami rasa rindu dengan cara menganalisis pasiennya dan juga mencoba menilai apa yang ia rasakan.
- Rindu selalu bertaut dengan rasa yang terus ada. Rasa rindu memberi beban di dada lalu berjalan menekan ulu hati. Ketika ada rindu, sebentar rindu hilang, lalu datang lagi dengan lebih kuat dan bertahan lama.
- Beberapa orang mencoba dengan bersibuk diri dan menghibur hati, tetapi rasa rindu tetap ada. Rindu kemudian muncul dalam lagi, penuh sensasi, dan orang lalu membuat puisi.
- Rindu menyebabkan bingung, Orang yang mengalaminya sering bingung. Seringkali orang yang merindu tidak tahu bagaimana cara mengganti rasa yang hilang karena rindu.
- Seringkali rindu seakan seperti rasa cinta. Namun juga sedih, sunyi, rasa kecanduan, lalu biasanya rasa itu lalu ada terus di dalam diri seseorang. RIndu adalah urusan dalam hati, bukan urusan fisik. Jadilah ia sebagai misteri.
Tidaklah mudah untuk memahami misteri rindu. Ia kompleks. Â Ia bukan sesuatu yang negatif, tapi kadang mengganggu dan rewel meminta perhatian. Kadang muncul ketika sedih, kadang hadir bersama senyum bahagia. Juga muncul dalam mimpi. Kelompok psikololog mengatakan bahwa rindu juga pencetus orang untuk berbicara 'keceplosan' yang aneh.Â
Apa yang terbersit di otak lalu muncul berupa ucapan spontan. Orang yang memendam rindu sering tidak terkontrol emosinya sehingga mudah marah marah, misalnya. Mereka yang rindu hingga stress dan depresi juga akan hilang nafsu makan.Â
Orang yang rindu dan alami kebuntuan biasanya akan menangis dan melankolis. Apalagi bila yang dirindukan tidak bisa lagi ditemuinya. Pada orang yang jatuh cinta, sekalipun bertemu tiap hari masih ada rindu. Rindu sering menyiksa karena ketika muncul, ia sulit untuk dibendung dan dipecahkan masalahnya.Â