Danau Sentani terletak di antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura di Provinsi Papua. Terletak di bawah lereng pegunungan Cycloop, danau ini memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada pada ketinggian 75 mdpl. Bila kita mengendarai mobil dari Jayapura menuju Sentani, kita akan melewati jalan panjang di sepanjang danau.
Terdapat 21 gugusan pulau yang tersebar di tiga wilayah danau, yaitu Sentani Tengah, Barat dan Timur. Tercatat dalam buku Ekologi Papua (2012) bahwa Danau Sentani adalah bekas teluk yang terputus oleh pengungkitan tektonik. Pertumbuhan karang dan terumbu karang memperlambat enerji gelombang laut sehingga terbentuk laguna. Sampel inti 10 meter lumpur yang ada di Danau Sentani menggambarkan bahwa umur danau ini adalah sekitar 70.000 tahun. Sejarah dan temuan eksvakasi danau Sentani menunjukkan bahwa kegiatan manusia telah ada sejak masa prasejarah. Temuan alat bantu penokok sagu, gerabah periuk dan tempayan serta cangkang moluska menjelaskan banyak hal tentang kehidupan masyarakat sekitar danau sejak lama. Temuan atas batu batu sungai pada situs Yomokho menjelaskan jelajah manusia di telah menjangkau sungai-sungai hingga sampai ke pegunungan Cycloop di wilayah danau.
Masyarakat sekitar dana sangat tergantung hidupnya pada Danau Sentani. Bagi mereka, Danau Sentani adalah sumber pangan, mata pencaharian, jalur transportasi, sumber air minum dan tujuan wisata. Selain itu, masyarakat danau mencari ikan untuk lauk, memancing dan menjala ikan untuk dijual, menanam sayur dalam kebun gantung untuk kebutuhan subsistensi, dan juga menanam sagu di hutan sekitar danau. Sebagai bagian dari wisata, masyarakat mengarungi danau untuk mengunjungi gua guanya. Tak heran bila Danau Sentani termasuk satu dari 15 danau prioritas di Indonesia dan dibincang dalam Konferensi Nasional Danau Indonesia yang pertama di Bali pada tahun 2009.
Danau Sentani juga memiliki kekayaan biota air tawar, diantaranya adalah spesies ikan air tawar endemik, yaitu Ikan Gabus Danau Sentani (oxyeleotris heterodon), Ikan Pelangi Sentani (chilatherina sentaniensis), Ikan Pelangi Merah (glossolepis incisus) dan Hiu Gergaji (pristis microdon). Kehidupan masyarakat danau Sentani yang terdiri dari sekitar 30.000 penduduk ini juga sangat tergantug pada sagu yang tumbuh di hutan di sekitar danau dan dari berbagai ikan yang ada.
Suatu pagi, ketika dalam perjalanan dari Jayapura menuju Sentani, saya berhenti dan mendekati beberapa rumah apung yang ada di pinggir danau. Saya melihat seorang mama (panggilan kepada ibu) ada dalam perahu kecil mengitari rumah apungnya. Ia kemudian mendayung perahunya ke arah danau, Â menebar jala kecil untuk menangkap ikan. Juga terdapat dua anak perempuan kecil ada di dalam perahu berceloteh ke arah yang berlawanan.Â
Perahu perempuan Sentani berbeda dengan perahu kelompok laki lakinya. Dalam suatu studi yang diterbitkan oleh Universitas Cendrawasih dicatat bahwa perahu perempuan Sentani yang disebut Kaji lebih besar dari Ifa, perahu laki laki Sentani. Sementara Kaji memuat 10 orang, Ifa hanya memuat 2 orang saja. Namun, untuk keperluan sekitar rumahnya, perempuan juga gunakan Ifa.Â
Sejak tahun 2016 pemerintah daerah kota Jayapura dan kabupaten Jayapura bersama PDAM Jayapura telah mengidentitikasi Danau Sentani sebagai sumber air baku. Air baku yang dimaksud adalah air yang digunakan untuk bahan dasar pengolahan air minum yang memenuhi baku mutu air. Ditargetkan bahwa pada tahun 2020 yaitu, yaitu bertepatan dengan pelaksanaan PON di Jayapura, PDAM telah memanfaatkan air danau Sentani untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat. Dalam perencanaan PDAM, air danau akan diambil sebanyak 1.100 liter per detik. Terdapat beberapa kekuatiran bahwa bila air danau yang disedot dalam jumlah besar makan akan menimbulkan persoalan kekurangan air. Hal ini bisa terjadi bila suplai air yang berasal dari pegunungan Cycloop tidak dipelihara.
Pada saat inipun, kebutuhan air di kalangan warga danau Sentani belum tercukupi. Masyarakat kampung Yoka, Waena, misalnya masih harus naik perahu ke tengah danau untuk mendapatkan air bersih. Hal ini dialami warga yang tidak memiliki selang panjang untuk menyedot air dari danau.