Akhir akhir ini, saya melihat adanya perhatian yang meningkat dari pemerintah terkait pengembangan rumput laut. Hal ini dipicu pada turun naiknya produksi rumput laut Indonesia, sementara permintaan pasar terus meningkat. Pada tahun 2016 produksi rumput laut adalah sekitar 11,3 juta ton, sementara pada tahun 2017 hanya mencapai 10,8 juta ton. Sementara terbuka kesempatan kita untuk mengekspor ke Amerika, di luar pasar lama di wilayah Cina. Kementrian pertanian Amerika (USDA) menyatakan bahwa rumput laut Indonesia masuk kategori makanan organik. "Carrageenan', yaitu ekstrak rumput laut dimanfaatkan untuk bahan pasta gigi dan bahan baku es krim. Selama ini pengusaha Indonesia bekerjasama dengan asosiasi rumput laut Cina untuk memasuki pasar global. Mungkin Indonesia perlu memikirkan cara untuk dapat masuk sendiri ke pasar global?
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), misalnya mendorong pengembangan budi daya rumput laut di wilayah Indonesia Timur seperti di Pinrang, Luwu, Palopo dan Bulukumba di Sulawesi Selatan dan di Fak Fak untuk wilayah Papua. Ini juga ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup petani rumput laut. Â
Posisi Sulawesi Selatan yang merupakan pemasok 30% dari produksi rumput nasional. Menyebabkan pemerintahnya menargetkan wilayahnya untuk menjadi penghasil rumput laut terbesar di Indonesia. Untuk itu, pemerintah provinsi telah membangun pabrik pengolahan rumput laut terbesar di Indonesia di Pinrang. Â Beberapa upaya lain juga dilakukan. Badan Standarisasi Nasional (BSN) kantor layanan teknis Makassar, misalnya, memfasilitasi UKM rumput di Sulawesi Selatan untuk penerapan Standar Nasional Indonesi (SNI) dengan gratis. Â Fasilitasi ini membantu UKM untuk dapat memiliki produk yang unggul. Dengan memiliki IPRT, NPWP dan surat ijin usaha serta merek dagang, UKM dibantu untuk mendapatkan sertifikasi Standard Nasional Indonesia. Perusahaan Dagang Agribisnis Sulawesi Selatan juga membuka gudang rumput laut di Bulukumba. Tujuannya agar bisa memasok rumput laut dengan lebih baik. Â
Menurut saya, aspek yang penting untuk dibicarakan pemerintah adalah terkait rantai nilai rumput laut. Pemahaman pemerintah atas rantai nilai rumput laut harus purna. Â Ini juga termasuk pada pemahaman atas rantai nilai global. Peningkatan pemahaman terkait rantai nilai rumput laut akan meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang seluruh rantai serta relasi kuasa dan daya tawar masing masing pemain pasar beserta sistem pasarnya. Informasi pemain di pasar, mulai dari petani dan keluarganya, baik itu petani perempuan dan laki laki, pengepul atau kolektor, Â pedagang kecil, pedagangan besar dan eksportir sampai pasar dunia dapat terpetakan. Informasi akan membantu penyusunan solusi agar manfaat perdagangan optimal dan diinikmati secara adil oleh pemain pasar, dari petani hingga eksportir. Tentu saja keberpihakan pada petani kecil perlu menjadi prioritas.
Upaya membuat petani membangun kelompok petani, yang untuk kemudian mengelola kemlompok secara baik, terbuka dan menggunakan prinsip keadilan seperti yang diperkenalkan koperasi akan membantu banyak petani. Koperasi dapat mengetahui harga pasar rumput laut melalui internet sehingga petani tidak harus tertekan dengan harga yang ditawarkan tengkulang. Memang, Kementrian Koperasi harus lebih professional, agar dukungan kepada petani menjadi kongkrit dan tidak pada tataran normatif saja.
Tentu, perhatian dengan cara berbeda perlu diberikan kepada kelompok usia tua seperti pak Kertowijoyo yang hanya bisa lakukan pekerjaan terbatas di pantai berombak besar dan tidak bisa lagi melakukan budi daya. Masih banyak pak Kartowijoyo yang lain yang mengharap uluran tangan itu.
BSN.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H