Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Harga Bagasi Pesawat Bukan Hanya soal Rupiah per Kilo

15 Januari 2019   10:30 Diperbarui: 15 Januari 2019   20:58 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Lion Air memberlakukan ketentuan baru tentang bagasi untuk penerbangan domestik. Tarif bagasi tambahan tersebut adalah Rp 155 ribu untuk bobot 5 kilogram (kg), Rp 310 ribu untuk 10 kg, Rp 465 ribu untuk 15 kg, Rp 620 ribu untuk 20 kg, Rp 755 ribu untuk 25 kg, dan Rp 930 ribu 30 kg ribu.

Air Asia telah memiliki penetapan semacam ini di tahun 2018, sementara Citilink diberitakan akan mengikuti. Apa yang terjadi? 

Berbagai tulisan dan komentar bermunculan. Pada umumnya, tulisan melihat penyebabnya adalah bahwa Lion Air sedang punya persoalan keuangan, dan mereka mencari dana dari setiap kilo bagasi penumpang.

Dengan adanya tuntutan keselamatan dan ketepatan jam terbang, persoalan persoalan yang mempengaruhi harga menjadi penting.

Sebetulnya, ketentuan dan harga bagasi juga dialami banyak perusahaan penerbangan. Alasan alasan penetapannyapun berbagai.

Di Amerika, komentar juga muncul atas penetapan peningkatan harga bagasi sejak 2015. Megan McArdle seorang kolumnis di Washington terkait isu ekonomi dan keuangan yang sering  tidak disukai banyak perusahaan, pernah mengatakan bila penetapan harga berdasar berat, itu masuk akal.

Pada kasus Amerika, penetapan harga bagasi hendak memindahkan beban yang ada pada tiket ke bagasi. Perusahaan  terbebas dari pajak 7,5% yang ada pada tiket. Hal ini karena pajak tidak dikenakan ada komponen layanan.

Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa alasan alasan konvensional dari penetapan harga pada bagasi hampir tidak sesuai, kecuali untuk alasan pajak, yang memang menjadi signifikan.

Untuk kasus United Airlines, adanya penetapan harga bagasi mendatangkan $700 juta per tahun (2017). Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain :

  1. Orang akan cenderung membatasi bagasi dan membagi sedikit bawaan. Hal ini menghemat waktu 'check in' bagasi yang memakan 1 sd 2 menit untuk memasukkan tiap unit bagasi ke badan pesawat.
  2. Barang yang dimasukkan ke 'Cabin' memakan waktu paling tidak 1 menit.

'Boarding' dari penumpang dengan layanan 'Elite frequent flyers' dapat naik lebih cepat, tidak menahan penumpang lain.

Tambahan tambahan waktu adanya bagasi yang berlebih menjadikan perusahaan penerbangan rugi banyak dalam hal waktu, dan mempengaruhi ketepatan waktu terbang.

Perusahaan penerbangan Southwest dari Amerika Serikat mengatakan ada sekitar 8 sampai 10 penerbangan yang tidak bisa terbang dalam seharinya, hanya karena kita menambah beberapa menit dari adanya keterlambatan penerbangan. 

Mereka mengingatkan bahwa penerbangan tidak hanya melibatkan penerbangan tunggal. Banyak perusahaan penerbangan yang melayani penerbangan terhubung  atau connecting flight.

Dengan asumsi dan penghitungan atas faktor yang ada, penurunan keterlambatan jadwal berarti dapat menambah jumlah penerbangan. Untuk perusahaan penerbangan ini, 16 sampai 20 pesawat yang terbangan berarti menghasilkan sekitar $ $700 juta. Dan, sekitar US 50 juta pengeluaran pajak bisa dihemat.

Suatu studi yang diluncurkan University of Kansas pada 2017 mencatat bahwa penetapan harga bagasi meningkatkan efisiensi, khususnya terkait ketepatan penerbangan. Studi menemukan bahwa ketepatan waktu seakan tak tampak besar, sekitar 3,3 sampai 4,2 menit dan keterlambatan turun sekitar 2 menit. Namun hal ini menghemat perusahaan penerbangan dalam kaitannya dengan pengelolaan bagasi.

Ini pengalaman perusahaan penerbangan di Amerika Serikat.

Di Indonesia sendiri, banyak aspek dan variabel harga tiket sebetulnya sudah menjadi bagian kebijakan perusahaan penerbangan. Mulai dari minuman dan makanan yang diberi harga sampai dengan warna kursi. 

Sementara, komponen harga tiket penerbangan adalah terdiri dari tarif dasar + PPN + asuransi + tarif FS (Fuel Surcharge). 

Asuransi pasti meningkat setelah kasus kecelakaan Lion. 

Bagaimana dengan tarif bahan bakar? 

Bagaimana pajak tiket dan aspek lain yang terkena pajak mempengaruhi harga tiket kita?  Juga biaya pengelolaan bagasi mempengaruhi ketepatan waktu penerbangan?  Itu mungkin yang belum banyak kita diskusikan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun