Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Ketuntasan Tenun yang Bernama Seriri

14 Januari 2019   22:59 Diperbarui: 15 Januari 2019   10:51 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masing masing Rerempek ia selesaikan selama kurang lebih 2 sampai dengan 3 hari. Sementara harga Rerempeknya adalah Rp 35.000 per buah. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana Inaq Jumaiyah mencukupi kehidupannya sehari hari. Duh...

Inaq Jumaiya (Foto: Nine Penenun Pringgasela Selatan)
Inaq Jumaiya (Foto: Nine Penenun Pringgasela Selatan)
Akhirnya kami berdiskusi cukup panjang dengan beberapa penenun. Saya sampaikan bahwa, bila yang membuat tenun Rerempek itu adalah tinggal sedikit Inaq tua, artinya pengetahuan untuk membuat tenun Rerempek ini menjadi pengetahuan tua yang langka. Dan karena hasilnya indah, meski terbuat dari bahan sisa benang, tenun ini mestinya tidak dengan harga terlalu rendah. Bahkan rendah sekali. Apalagi, proses pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama. 

Saya ceritakan tentang berkembangnya karya karya adi busana dengan menggunakan sisa kain di Negara maju. Pengelolaan sisa tenun atau tekstil telah maju dan mendapat mengakuan. Zero Waste Weaving namanya. Berbagai upaya memanfaatkan sisa tekstil dan tenun telah dilakukan, mengingat sisa kain menjadi persoalan lingkungan. 

Apalagi bila bahan yang digunakan adalah bahan natural, eksplorasi dan produksi yang berlebihan dari penggunaan bahan alam inipun akan menghabiskan sumber daya. Di Skotlandia, bahkan terdapat gerakan untuk memanfaatkan semua sisa wool. Upaya mendorong program dilakukan dengan mengadakan kompetisi membuat karya karya baru dari bahan wool sisa, mulai dari karya sehari hari sampai dengan karya yang mewah.

Beberapa contoh karya adi busana yang menggunakan sisa bahan sangat menarik untuk diamati. Karen Glass menciptakan adi busana dengan memanfaatkan sisa kain dengan misi sosial dan lingkungan. 

Karen Glass (Foto : wtvox.com)
Karen Glass (Foto : wtvox.com)
Jussara Lee menciptakan karya karya anggunnya. 

Jussara Lee (Foto : Weavinghand.com)
Jussara Lee (Foto : Weavinghand.com)
Inaq Inaq pencipta tenun dari bahan sisa mestinya malah mendapat hadiah. Karena ia memanfaatkan dan menuntaskan karya.

Kami yang ada di ruangan sempat sejenak terdiam. Akhirnya, diskusi malam itu menghasilkan sesuatu yang menarik. Kami sepakat, nama tenun harus diganti. Bukan Rerempek yang artinya sisa, tetapi sesuatu yang memiliki arti purna. Tuntas. Saya coba bertanya kepada kawan kawan yang duduk di ruangan. Kami yang ada di ruangan sempat sejenak terdiam. 

Kawan kami, oom Wenn atau Muhammad Juwaeni, Pengawas Gema Alam NYB yang juga mendengar perbincangan kami tiba tiba menjawab "Seriri. Tenun ini namanya Seriri. Artinya purna. Tuntas". Nah saya rasa itu lebih pas. Harganyapun harus diletakkan pada angka yang pantas. 

Memang, penggantian nama dalam tenun Lombok tidak bisa dilakukan semudah itu. Perlu ada upacara penetapan 'patent' secara budaya, atau disebut upacara 'sempeg' (jampi). Tetapi sebagai pemikiran, Seriri bisa dipakai sevagai cara pandang. 

Seriri menjadi contoh bagaimana upaya melestarikan tenun melalui penggunaan sisa benang kain tenun untuk tujuan yang lebih baik dan lebih indah. Di sisi lain, Seriri juga menjaga lingkungan agar lestari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun