Presiden Jokowi.
Kembali ke makanan kesukan capres dan cawapres, kita lihat capres petahana Jokowi disebutkan di media sebagai penggemar Soto Kuning, Sayur Bening, Oseng Oseng Tempe, Singkong Rebus. Singkong Goreng dan kawan kawannya. Untuk minuman, paling suka Jus Kedondong. Untuk penganan di kala liburan di Solo, Jokowi penyuka Sate Buntel bu Bejo. Sama dengan Jan Ethes.Â
Pilihan makanan antara makanan yang menyehatkan seperti sayur bening dan tempe tahu, serta ada pula Soto Kuning bersantan, disamping camilan singkong goreng sedikit banyak merefleksikan idealisme Jokowi untuk mendorong kebijakan pangan yang membela petani. Tantangan dari kebijakan globallah yang membuat kebijakan pangan menjadi nampak memiliki dikotomi. Ini dapat direfleksikan dari pilihan menu  Jokowi yang masih juga menyukai makanan bersanstan. Seberapa sering, itu kita tidak tahu.
Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, implementasi kebijakan swasembada pangan masih penuh tantangan. Keberhasilan panen padi menjadi patokan. Bila produksi padi menurun dan pemerintah harus import, hal ini merupakan hal yang serius. Terutama karena pajak import kita cukup tinggi. Sesuatu yang tidak mudah. Keputusan kebijakan WTO, khususnya setelah kemenangan Trump, yang mengharuskan Indonesia mengikuti aturan dagang dan memberi sangsi pada upaya upaya Indonesia memberikan subsidi pangan menjadi isu.Â
Dalam kaitannya dengan kecukupan pangan dan hak kedaulatan, Jokowi melakukan pula sertifikasi hutan untuk dikelola masyarakat. Dengan adanya sertifikasi, masyarakat bisa mengelola lahan, satu di antaranya untuk pangan. Sejak 2017 realisasi penerbitan sertifikat hak atas tanah oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah melampaui target yang ditetapkan. Bila pada 2017 target adalah 5 juta, maka realisasi adalah 5,4 juta. Pada tahun 2018, target adalah 7 juta, sementara realisasi mencapai 9,4 juta. Tahun 2019, pemerintah memiliki target sertifikasi tanah sebanyak 9 juta. Hal ini menuai pujian sekaligus kritik. Soal pujian tentu jelas. Masyarakat yang menanam sengong ataupun tanaman pangan tentulah baik. Namun terdapat sebagian  masyarakat petani masih sering memilih jenis tanaman yang dinilai tidak ramah lingkungan.Â
Dukungan Jokowi pada industri pangan dan kuliner bisa dicatat. Usaha 'online' Gofood adalah salah satunya. Kuliner telah menjadi satu dari 16 industri kreatif yang digalakkan. UKM kuliner bermekaran. Memang, perlu pemikiran lebih baik ke depan tentang bagaimana sampah kemasan yang dihasilkan dari industri kuliner melalui layanan online semacam Gofood.Â
Soal 'Tenggelamkan" kapal asing pencuri ikan di wilayah kedaulatan RI yang dilakukan Susi Pudjiastuti kita telah mengenalnya. Menurut saya ini adalah salah satu sukses besar dalam hal pangan dari pemerintahan Jokowi. Apa yang dilakukan Susi dalam hal kedaulatan perikanan RI belum ada tandingannya sepanjang sejarah kemerdekaan RI. Susi juga menggalakan kampanye makan ikan sebagai bagian dari upaya peningkatan konsumsi ikan dan gizi masyarakat.Â
Sementara, untuk capres nomor 2, Prabowo menyukai segala macam jenis Sate. Untuk camilan, ia gemar coklat, baik Kit Kat maupun Cadbury. Terdapat komentar soal proses memasak Sate yang membutuhkan proses bakar yang makan waktu cukup untuk menjadi masak. Yang jelas, perlu kombinasi dan ukuran yang pas dengan konsumsi karbohidratnya agar tidak menimbulkan ketidakseimbangan di tubuh.Â
Memang tidak mudah untuk mebuat analisis atas visi misi Pangan yang dibuat Prabowo. Dalam visi misi dan kampanya, Prabowo mengatakan tidak akan memberlakukan impor bila terpilih menjadi Presiden. Warga pemilih tentu akan tertarik mendengar bagaimana Prabowo akan merealisasikan visi ini, bila ia menang. Khususnya karena telah ada ratifikasi di WTO soal pangan yang akan jadi batu sandungan. Kegemaran akan berbagai sate dari Prabowo akan menarik untuk dianalisis apakah kemudian akan mempengaruhi kebijakan import daging? Bagaimana dengan kebijakan pertanian, secara khusus?  Sementara itu, media mencatat tentang hasil kerja Prabowo ketika menjabat sebagai Ketua Nasional Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) yang belum  dirasakan anggotanya. Bahkan Penilaian tidak memuaskannya kinerja Prabowo di HKTI  disampaikan oleh Sekjen Dewan Pertimbangan Organisasi HKTI Humuntar Lumban Gaol dalam keterangan pers di Aula Kantor Dinas Peternakan DKI Jakarta (Kompas.com, 2013).Â
Saya duga, kesenangan pada makanan di antara presiden di Indonesia bisa saja dihubungan dengan kebijakan pangan apa yang dibuat, tapi hal ini tidak dapat dengan hitam dan putih. Sangat masuk akal bila makanan kesukaan merefleksikan siapa orang itu. Memang akan menarik melihat analisis hubungan antara makanan kesukaan dan implikasinya pada pilihan kebijakan pangan yang dilakukan oleh Capres dari kacamata psikhologi makanan. Sayang saya tidak menemukan analisis yang terlalu kuat untuk disandingkan di sini.Â