Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bone Bone, Desa Eks-Wilayah DI/TII yang Indah Terpencil

6 Januari 2019   05:30 Diperbarui: 9 Januari 2019   13:29 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lansekap Sawah Bone Bone (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Ini bukan artikel pertama tentang Bone Bone yang ada di Kompasiana. Saya catat, telah ada 6 artikel tentangnya, khususnya tentang kisah desa ini sebagai wilayah Bebas Rokok. Tak kurang, Mata Najwa pernah menghadirkan ceritanya. Dan, pak Idris sang pelakon yang saat itu masih jadi kepala desa menjadi kisahnya. 

Bone Bone adalah suatu desa di atas bukit di kecamatan Barakka, kabupaten Enrekang, provinsi Sulawesi Selatan. 

Saya bersama kawan seperjuangan kerja, Dati Fatimah, memulai perjalanan dari Toraja. Untuk menuju Bone Bone tidak terlalu jauh.  

Jarak dari Toraja ke Bone Bone adalah sekitar 72 km. Dari Toraja kami ke arah Penanian. Selanjutnya kami mengarah ke Makale, mendaki ke Gunung Rantepao menuju Poros Enrekang. Sejak dari Toraja, kami disuguhi pemandangan cantik. Hal ini juga terjadi di kota Kecamatan Kalosi ke Kecamatan Barakka, mata tak henti menikmati pemandangan yang indah.  Pemandangan Gunung Nona, gunung karst purba yang menakjubkan. 

Toraja memang cantik (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Toraja memang cantik (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Map data@2019
Map data@2019
Sempat saya teringat cerita besan saya, yang  keduanya pernah menjadi dokter Inpres di wilayah ini. Besan laki laki saya menjadi dokter Inpres di Kecamatan Barakka, sementara besan perempuan saya menjadi dokter Inpres di kecamatan Kalosi di sekitar akhir tahun 1980 an. 

Terbayang masa masa romantis mereka berada di wilayah yang super indah ini. Saat itu jalanan masih sepi. Besan saya bercerita bahwa hiburan mereka adalah duduk di depan rumah dinas dan menanti mobil lewat. Hanya menanti untuk dilihat sebagai hiburan. Saking sepinya. 

Gunung Nona - Pemandangan Dari Kalosi ke Barakka (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Gunung Nona - Pemandangan Dari Kalosi ke Barakka (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Pemandangan Bebukitan dari Jalan Menuju Bone Bone (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Pemandangan Bebukitan dari Jalan Menuju Bone Bone (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Ada Pelangi di Atas Gunung Karst (Dokumentasi Pribadi)
Ada Pelangi di Atas Gunung Karst (Dokumentasi Pribadi)
Setelah melewati Gunung Nona, dari Kalosi dan ke Barakka, mata masih terus dimanjakan dengan pemandangan alam yang cantik.  

Dari Barakka kami menuju Bone Bone. Sebetulnya jarak keduanya tidaklah jauh. Hanya 18 klimoter.  Namun, kami harus melalui jalan sempit yang hanya cukup  dilewati satu mobil. Cukup terjal berliku. Di sebelah kanan kami bukit. Di sebelah kiri adalah lembah yang cukup curam. Mobil merambat pelan. Istimewanya, kami sempat disambut pelangi. 

Setelah berkelok selama kurang lebih 35 menit, tibalah kami di hamparan ladang padi tadah hujan. Terbentang dari lembah hingga pinggir jalanan.  Saat itu batang padi merunduk berbuah gemuk. Mungkin, sebulan lagi padi akan masak.  Saking takjubnya, perjalanan ke Bone Bone yang pada awalnya dikhawatirkan akan melelahkan, jadi sirna. 

Pagi itu, kami berjanji melakukan diskusi dan wawancara dengan Pak Idris, seorang petani kopi di desa Bone Bone. Dan  pemandangan indah yang ada di sepanjang jalan adalah bonus kami. Kami sempatkan memotret beberapa kali. Cukup dengan HP kami. 

Bentangan Sawah Bone Bone (Foto : Dokumen Pribadi)
Bentangan Sawah Bone Bone (Foto : Dokumen Pribadi)
Persawahan Bone Bone (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Persawahan Bone Bone (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Rasanya enggan untuk beranjak dari pemandangan sawah di lembah yang indah itu. 

Akhirnya, tujuan utama kami untuk bertemu pak Muhammad Idris, Ketua Kelompok Petani desa Bone Bone terjadi. 

Tak sulit untuk mencari rumah milik panggung tradisional Toraja yang terbuat dari kayu pak Idris. Bagian bawah rumah dipergunakan menyimpan alat alat pertanian. Kami diajaknya naik ke panggung, tempat ruang keluarga pak Idris. 

Rumah itu sederhana. Ada beberapa kursi plastik dan sebuah almari kayu dengan pintu kaca, penuh dengan piring. Di sudut ruang, terdapat seonggok beras kopi yang diangin anginkan. Tidak banyak. Sekitar 7 sampai dengan 10 kilogram. Kami menghampiri onggokan kopi dan membincang terkait kopi  "Ya, kopi ini tanpa pupuk dan obat hama buatan. Namun memang tidak dengan sertifikasi", jawab pak Idris. 

Pak Idris kemudian mengajak kami duduk. 

Pak Idris menyampaikan bahwa istrinya sedang menidurkan bayi dan anak anaknya yang lain. Pak Idris yang mempunyai 10 orang anak ini menceritakan urutan jenis kelamin anak anaknya. Tak mampu saya mengingat urutannya. 

Yang saya ingat, empat di antara anaknya adalah laki laki dan beberapa di antaranya telah berkuliah. Sementara, adik adiknya berurut, ada yang bayi sampai SMA. 

Sambil memangku anak perempuannya yang berumur 4 tahun, Pak Idris memulai pembicaraan. Gambaran sejarah dan situasi Bone Bone.  

Bone Bone memang terpencil dari pembangunan secara umum, termasuk dalam hal politik. Sejarah pergerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Qahar Musakkar terjadi di wilayah Enrekang di tahun 1953. Bahkan, Barakka dikenal sebagai markas Qahar Muzakkar yang kala itu membentuk Brigade Hasanuddin. 

Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1950 Letnan Kolonel Qahhar Muzakkar dan Letnan Kolonel Mursito ditugasi oleh Markas Besar Angkatan Darat untuk berangkat ke Sulawesi Selatan, untuk menyelesaikan masalah gerilya.  Namun, terjadi dinamika di dalam Tentara Rakyat Indonsia (TRI). Qahhar Mudzakar akhirnya malah berbalik menyerang TRI. Qahhar yang tersingkir dari peta politik di Angkatan Darat dan mencari jalan lainuntuk tetap mempertahankan posisinya, yaitu sebagaipimpinan gerilya. 

Karena tuntutan Qahhar Muzakar agar pasukannya, Brigade Hasanuddin, dimasukkan sebagai bagian TRI ditolak dan hanya menjadi tentara cadangan nasional, Qahhar Muzakar lari ke hutan dan mengadakan kekacauan di tahun 1952 sampai 1953. Ia selanjutnya menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan S.M.Kartosuwiryo yang berpusat di Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1953. 

Perlu waktu 14 tahun bagi pemerintah Republik Indonesia menumpas pemberontakan Qahhar Muzakar.  Dapat dipahami, mengapa mereka mampu bertahan begitu lama, terlama dalam sejarah pemberontakan di sejarah Indonesia. DI/TII memblokade perekonomian Sulawesi Selatan. Perdagangan kopra yang menjadi keunggulan Sulawesi Selatan ia kuasai, dan ia jadikan alat tukar mendapatkan senjata bagi kelompoknya (Subair, UI, 2004). Cukupnya persediaan senjata ini yang membuat pemberontakan sulit dipadamkan. 

Bagi masyarakat Bone Bone dan Barakka, Qahhar Muzakar bukanlah pemberontak. Qahhar dekat di hati rakyat. Pada tanggal 3 Februari 1965, Qahhar Muzakar tertembak mati dalam sebuah kontak senjata dengan pasukan RI. 

Karena masyarakat di Bone Bone sering dikaitkan dengan apa yang disebut oleh pemerintah Orde Lama dan Orde Baru sebagai bagian dari 'gerombolan' DI/TII lah, maka penduduk di Bone Bone sempat jauh dari sentuhan pembangunan. Jalan dari kecamatan menuju Bone Bone baru dibangun pada tahun 2004an dengan menggunakan dana PNPM. Dan, pak Idris turut ambil peran, ketika ia menjadi kepala desa pada 2011 sampai 2014. 

Pak Idris pernah menjadi kepala dusun lalu kepala desa Bone Bone. Pada 2014 ia mengundurkan diri dan berharap menjadi calon legislatif dari partai PKS. Namun, ia tak berhasil. Saat ini, pak Idris lebih aktif sebagai Ketua Kelompok Tani.

Cerita soal Desa Bone Bone yang merupakan Desa Bebas Rokok mungkin sudah banyak diketahui. 

Ringkasnya, pada tahun 2000, Bone Bone masih berstatus dusun. Saat menjadi kepala dusun, pak Idris sempat pusing dengan situasi kemiskinan yang dihadapi masyarakat dusun Bone Bone. Sarjana Ilmu Agama Islam ini melakukan pengamatan. Ia melihat kemiskinan masyarakat disebabkan oleh rendahnya status kesehata yang menyebabkan rendahnya produktivitas kerja masyarakat. Ia menemukan bahwa  tingkat kesehatan masyarakat yang rendah banyak disebabkan oleh  kebiasaan merokok yang kuat. Kebiasaan merokok ini selain menghabiskan uang keluarga, juga mulai dilakukan oleh generasi muda dan anak anak. 

Oleh karenanya, pada tahun 2005, pak Idris mengupayakan ditegakkannya aturan Bebas Rokok di dusun Bone Bone, yang kemudian mekar menjadi Desa. Pelanggar dari aturan ini dikenakan sangsi sosial berupa kerja kampung. Aturan tersebut sampai sekarang diikuti masyarakat desa Bone Bone. Supir yang mengantarkan kamipun mengatakan bahwa tak satupun warung di desa itu yang menyediakan rokok. 

Aturan di desa Bone Bone ini bukan hanya menetapkan aturan Bebas Rokok, tetapi juga Bebas Minuman Keras dan Bebas Napza. Semuanya ini ditetapkan ulang menjadi Peraturan Desa (Perdes) No 1 tahun 2009. Selama Perdes ini ada, maka aturan berlaku. Keunikan Bone Bone sempat disebut oleh media dan juga acara Mata Najwa sebagai satu satunya Desa Tanpa Tembakau yang ada di dunia. 

Semasa menjadi kepala desa, pak Idris mencoba mengejar ketertinggalan desa Bone Bone. Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), ia membangun jamban keluarga, membangun jalan kampung, dan juga jalan dari kecamatan ke desa. Untuk itu, Desa Bone Bone pernah menjadi juara lomba desa di tahun 2012.

Sayang sekali, ia tidak dapat menceritakan berapa jumlah penduduk desa saat ini. Ketika ia menjadi kepala desa di tahun 2014, ia mendata bahwa warganya adalah sebanyak 824 jiwa  yang terdiri dari sekitar 140 an Kepala Keluarga. Walau jumlah penduduk berubah, ia sering melihat pejabat kepala desa masih menggunakan data yang ia susun tersebut. Ia mengatakan bahwa di kampungnya, terdapat lebih banyak laki-laki. Sayang sekali, kami belum sempat mencari jawabnya. 

Pak Idris menyampaikan bahwa walaupun desa ini lebih dekat dekat dengan Toraja, namun memiliki pertalian dengan kerajaan Bone yang berada di dekat Makassar. Oleh karenanya, desa ini kemudian dinamai Bone Bone. Memang budaya Bone dengan Toraja sangatlah berbeda. Masyarakat Toraja pada mulanya beragama dinamisme. Masyarakat bekas Kerajaan Bone adalah mayoritas Islam. Dan oleh karenanya, semua penduduk Bone Bone beragama Islam. 

Masih di Bone Bone, Barakka (Foto : Dokumen Pribadi)
Masih di Bone Bone, Barakka (Foto : Dokumen Pribadi)
Soal kopi Arabica Bone Bone Enrekang yang tersohor, Pak Idris menyampaikan bahwa kelompok kopi yang dipimpinnya pernah menjadi Juara I Kompetisi Kopi Arabika yang diselenggarakan oleh Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) pada tahun 2012. 

Kami sangat penasaran, mengapa kopi arabika Bone Bone Kalosi Enrekang yang organik dan enak sekali tidak terlalu berkembang. " Memang produksi kopi di wilayah Bone Bone sangat potensial untuk menjadi kopi organik. Namun, kesadaran masyarakat masih kurang. Alhasil, hanya sedikit kopi yang organik. Hanya 3 kelompok tani yang terlibat,  dan dengan luas kebun hanya 32,5 hektar saja. Juga, tidak ada insentif.  Beda harga antara beras kopi organik yang Rp 70.000/kg dengan kopi konvensional yang Rp 55.000,- tidak membuat petani bersemangat menjadikan lahannya sebagai lahan kopi organik. Sementara, produksi kompos untuk keperluan pupuk organik masih terbatas. Pengangkutan kopi masih sulit karena terbatasnya jalan dan alat transportasi". 

Namun, ada hal penting berkait keputusan berfokus pada padi. Hal ini berangkat dari kesejarahan Bone Bone yang mungkin perlu kita pahami. Keterpencilan Bone Bone telah membuat masyarakatnya mengejar target swasembada padi. Bagi mereka, swasembada padi  adalah lebih penting bagi kemandirian desa. Sementara, kopi ia biarkan tumbuh begitu saja. Tentu saja, hasil kopi menjadi tidak optimal.

Perdagangan kopi di wilayah Toraja dan Sulawesi Selatan secara umum memang lebih dimainkan oleh perdagangan kopi konvensional - bukan organik. Pedagang di area ini lebih banyak menjual kopinya kepada pedagang besar di Makassar, termasuk kepada Starbucks. 

Pak Idris  menceritakan bahwa di masa menjadi kepala desa, ia membawa visi Desa Sehat. Selain desa menjadi Desa Bebas Rokok, ia juga menetapkan bahwa setiap orang yang menikah harus menanam minimal 10 pohon Suren. Suren dikenal sebagai  bahan baku pembuatan rumah dan pelindung kopi. Ia juga mengeluarkan Perdes yang melarang memasukkan ayam potong dari luar desa, dan juga melarang beredarnya makanan ber-MSG ke kampung. 

Mulai berkabut ketika saya meninggalkan BOne Bone (Foto Dokumen Pribadi)
Mulai berkabut ketika saya meninggalkan BOne Bone (Foto Dokumen Pribadi)
Siang itu, kami meninggalkan Bone Bone dengan rasa gundah. Rasanya belum tuntas kami menikmati dan memahami Bone Bone. Sawah yang terbentang luas indah di lembah itu adalah kekayaan.  Kopi Arabica Bone Bone Kalosi Enrekang sanagat lezat. Desa Bebas Rokok adalah suatu kekhasan. Tapi, keterpencilan yang sempat ada mungkin saja yang telah 'menjaga' Bone Bone menjadi tetap indah. 

Pada saat yang sama, keterpencilan yang telah lama dialami masyarakat Bone Bone telah pula membuat kesejahteraan warga tertinggal dari saudara mereka di wilayah lainnya. Bahkan, warga Bone Bone sempat mengalami kemiskinan dalam waktu yang cukup lama. 

Apa yang dilakukan oleh pak Idris ketika ia menjabat sebagai kepala desa adalah menarik dan tidak biasa. Menjadi desa pertama di dunia yang bebas rokok tentu menjadi perhatian dunia. Namun, itu tak cukup. Persoalan hidup masyarakat masih banyak.  Soal keluarga yang sehat. Soal pendidikan. Masih perlu lagi pak Idris pak Idris lain yang meneruskan pembangunan itu. Karena warga Bone Bone juga perlu sejahtera.

Kami terus menyusur jalan meninggalkan Bone Bone. Berada pada ketinggian 1.300-1500 meter dari permukaan laut dan ada di kaki Gunung Latimojong membuat Bone Bone berkabut di jelang sore itu. Panorama Bone Bone jadi syahdu. 

Janganlah lagi, luka lama pergolakan di masa yang lalu terus terbuka. Bone Bone punya hak untuk mendapat perhatian, seperti juga desa desa terpencil lain di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun