Ia menceritakan, baginya proses cuci darah jadi hal yang sudah biasa. Ia katakan "Niku proses mbuang kotoran limbah bahaya teng darah. Ngganti darah ingkang resik". (Itu proses membuang limbah berbahaya di dalam tubuh. Mengganti dengan darah segar yang bersih".
Terkait pembayaran, Mas Yono mengatakan "Sak niki, mboten susah. Wonten BPJS.  Riyin mbayar sejuta ngantos sejuta setengah langkung saben cuci darah". (Sekarang tidak susah. Ada BPJS. Sebelumnya, sekitar Rp 1 juta sampai dengan Rp 1.500.000 setiap kali cuci darah.
Ketika saya tanya dengan hati-hati, apakah Mas Yono mendapat gaji atau uang pengganti untuk mengantarnya, ia menjawab ringan "Walah mbotenlah. Wong tanggi kulo niki nggih taksih sederek tebih. Sok sok, kulo diparingi" (Wah ya tidaklah. Tetangga saya ini ada hubungan saudara jauh. Kadang kadang, saya diberi)
Saya mendengar semua ini dengan rasa takjub sekaligus terenyuh. Saya mengenal Mas Yono sebagai orang sederhana yang baik sekali. Ia bersama Mbak Karti, istrinya, adalah keluarga yang tulus. Kamipun, ia perlakukan sebagai saudaranya.Â
Ketika kami ada kerepotan, ia dan mbak Karti akan hadir setia membantu. Mbak Karti akan turut menyiangi sayur untuk dimasak atau turut mengatur kue dalam piring. Menata tikar untuk tamu duduk bersila. Ini dia lakukan ketika kami ada pengajian slametan calon bayi dari anak saya. Juga ketika kami berkumpul untuk berhalal bihalal sederhana bersama tetangga dekat, asisten rumah tangga, dan kawan serta saudara baru di desa.
Bagi orang awam seperti saya, cuci darah adalah suatu proses yang kompleks.
Yang saya pahami adalah ketika kita menderita gagal ginjal kronis, artinya ginjal tidak dapat menyaring kotoran. Dan ginjal tidak mampu mengatur jumlah air dalam tubuh. Juga ginjal tidak dapat mengatur kadar garam dan kalsium dalam darah. Sebagai akibatnya, sisa-sisa dari proses metabolisme tubuh tetap berada dalam tubuh dan membahayakan kondisi tubuh.
Proses cuci darah membutuhkan waktu sekitar 9 jam untuk "menyehatkan" darah bertahan sehat selama seminggu. Karena prosesnya yang lama, prosedur cuci darah dapat dibagi menjadi dua. Masing-masing 5 jam dalam 2 kunjungan seminggu.Â
Dalam beberapa kasus ketika kondisi gagal ginjal belum parah, atau bersifat sementara, cuci darah bisa dihentikan. Tapi saat gagal ginjal akut, maka proses cuci darah dilakukan rutin sepanjang umur.Â
Pada kondisi tertentu, pasien bisa saja melakukan transplantasi ginjal. Namun, prosedur ini tentu berarti harus menemukan donor ginjal yang sesuai. Biayanya tentu juga tak terkira.