Palu Presidensi Group of Twenty (G20) telah secara resmi diserahkan oleh Perdana Menteri Italia Mario Draghi kepada Presiden Indonesia Joko Widodo pada sesi penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia pada 31 Oktober 2021.Â
Sebelumnya, penetapan Indonesia sebagai Presidensi G20 sebenarnya telah terjadi sejak 22 November 2020 dalam KTT G20 di Riyadh, Arab Saudi, dan serah terimanya dilaksanakan di Roma, Italia. Hal Ini tentunya menjadi momen bersejarah bagi Indonesia yang untuk pertama kalinya terpilih sebagai Presidensi G20 sejak pembentukannya di tahun 1999.
G20 sendiri merupakan sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia yang terdiri dari 19 (sembilan belas) negara dan 1 (satu) lembaga Uni Eropa. Anggota G20 memiliki posisi strategis karena secara kolektif merupakan representasi dari 85% ekonomi dunia, 60% populasi dunia, 80% investasi global, dan 75% perdagangan internasional.Â
Pembentukan G20 bertujuan untuk mendiskusikan kebijakan-kebijakan dalam rangka mewujudkan stabilitas keuangan internasional yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif (Kementerian Keuangan, 2021). Â G20 ini juga terdiri atas 2 (dua) jalur, yaitu Finance Track yang membahas isu ekonomi dan keuangan serta Sherpa Track yang membahas isu pada arus lebih luas seperti geopolitik, energi, dan perubahan iklim. (Bank Indonesia, 2021)
Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah bagi KTT yang direncanakan diselenggarakan pada tahun 2022 di Bali. KTT ini merupakan puncak dari proses pertemuan negara G20 yang dihadiri oleh pemimpin-pemimpin negara anggota.Â
Selain KTT, G20 juga memiliki Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi yang diadakan di masing-masing area fokus utama forum. Pada Finance Track, Ministerial Meetings dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings Sementara pertemuan para deputi disebut Finance and Central Bank Deputies Meetings .Â
Kemudian ada juga Kelompok Kerja/Working Groups yang beranggotakan para ahli dari negara G20. Working Groups ini memiliki peran untuk menangani isu-isu spesifik yang terkait dengan agenda G20 yang lebih luas, yang kemudian dimasukkan ke dalam segmen kementerian dan akhirnya KTT.
Kemudian dalam Sherpa Track, nama Sherpa diambil dari suku di Pegunungan Himalaya yang sering menjadi pemandu arah bagi pendaki gunung. Nama ini dipilih karena pertemuan sherpa diharapkan akan membuka jalan bagi para pemimpin negaranya untuk bernegosiasi dan mencapai konsensus mengenai suatu hal. Dalam pertemuan sherpa tiap negara mengirimkan seorang perwakilan seorang sherpa yang dibantu oleh sous-sherpa (asisten sherpa).Â
Sherpa Track memfokuskan pembahasan mengenai hal teknis dan kebijakan-kebijakan negara yang bertujuan untuk development-oriented issues.Â
Biasanya yang mewakilkan negaranya sebagai Sherpa di G20 adalah para diplomat senior atau pejabat senior yang ditunjuk oleh pimpinan negaranya. (Indian Express, 2016). Â Sebelumnya yang menjadi Sherpa Indonesia adalah Dr. Rizal Affandi Lukman yang juga menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
 Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah bagi KTT yang direncanakan diselenggarakan pada tahun 2022 di Bali. KTT ini merupakan puncak dari proses pertemuan negara G20 yang dihadiri oleh pemimpin-pemimpin negara anggota.Â