Boneka cingcowong ini dianggap seperti seorang pengantin purti yang cantik. Dalam melaksanakan ritual CINGCOWONG, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan.
Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan sebagai syarat untuk memainkan boneka CINGCOWONG yaitu hiasan yang dipakai boneka cingcowong berupa kebaya pengantin, ikat pinggang, memakai anting, dan memakai kalung yang terbuat dari untaian bunga kamboja.Â
Lalu, peralatan ritualnya yaitu tangga bambu yang digunakan untuk menyambut turunnya arwah lelembut, tikar dari anyaman pandan yang digunakan untuk tempat duduk.
Sisir untuk menata rambut cingcowong, cermin untuk memperlihatkan raut wajah cingcowong kepada arwah lelembut yang akan masuk ke dalam tubuh boneka, dan bunga kamboja yang dicampur air untuk saweran dan jadi media pemancing turunnya hujan.
Ritual COINGCOWONG sebelum dilakukan, boneka CINGCOWONG harus diletakkan dalam selokan selama tiga hari dan perempuan yang harus memainkannya.Â
Perempuan yang akan melakukan ritual CINGCOWONG harus juga berpuasa selama tiga hari. Perempuan yang menjadi penerus ketiga sekaligus penerus terakhir yang bisa memainkan boneka cingcowong bernama Emak Nawita.
Emak Nawita dalam sinema cingcowong juga menjadi narasumber. Ritual CINGCOWONG hanya dan harus perempuan yang melakukannya, dikarenakan boneka cingcowong itu filosofinya seorang pengantin.Â
Ritual CINGCOWONG dipimpin oleh seorang tokoh adat yang disebut Punduh dan ada juga 4 orang bidadari.
Mahasiswa PMM saat menonton sinema CINGCOWONG tidak hanya disuguhkan dengan cerita narasumber yang menceritakan sejarah CINGCOWONG, tetapi juga menyaksikan bagaimana pelaksanaan ritual CINGCOWONG.
Tidak hanya itu, saat akhir sinema juga ada tayangan bagaimana tarian CINGCOWONG.