Mohon tunggu...
Popi Andiyansari
Popi Andiyansari Mohon Tunggu... -

Asli Jogja sedang menimba ilmu di UGM Kampus Biru, mampir ke blog saya http://popiandiyansari.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Pemimpin yang Ideal

22 Maret 2014   00:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395395933365248750

Belum lagi jika si mahasiswi tersebut tahu jumlah caleg yang tertera dalam lembar surat suara. Kemungkinan dia akan lebih bingung lagi, bisa jadi dia menghitung kancing ketika masuk di TPS (Tempat Pemungutan Suara) :D. Ini sebuah gambaran kecil saja, bahwa ternyata masyarakat yang berpendidikan sekalipun tidak semuanya mengetahui tentang agenda pemilihan legislatif tersebut.

Bisa dibayangkan jika kita tanyakan tentang pemilihan caleg pada masyarakat kelas bawah yang secara ekonomi dan pendidikan tidak ‘menjangkau’ pemikiran tentang pemilihan caleg. Mungkin jawaban paling sederhana yang dia ungkapkan seperti ini ‘Ya nanti yang kasih duwit, yang kita pilih lah’. Sudah sampai seperti itulah masyarakat kita saat ini, MasyaAllah.

Apatisme politik dan ketidaktahuan terhadap apa yang dipilih inilah yang kemudian menurut saya menjadi salah satu pemicu adanya golput dalam pemilihan. Dalam sebuah pemberitaan di rumahpemilu.org dijelaskan tentang 3 macam golput yang ada di Indonesia.

Yang pertama golput administratif, golput yang disebabkan tidak terdaftarnya pemilih di KPU setempat walaupun secara umur dll telah memenuhi kriteria sebagai pemilih. Kedua golput teknis yang terjadi akibat apatisnya terhadap pemilihan sehingga tidak datang untuk memilih. Ketiga, golput politis yaitu mereka yang tidak memilih atas dasar secara politis ataupun ideologis tertentu.

Dengan tingkat golput yang cukup tinggi ini, MUI pun memberikan sebuah fatwa haram terhadap Golput. Walaupun Golput yang di rekomendasikan MUI bukan merupakan fatwa haram yang mengikat. Jadi sejauh masih ada calon pemimpin yang yang memenuhi syarat-syarat menjadi pemimpin, maka haram hukumnya untuk golput (selengkapnya klik di sini).

Lalu efek yang terjadi bila banyak yang Golput bagaimana? Wow, tentu saja segala kebijakan pemerintah tidak didukung oleh sebagaian besar masyarakat. Lalu? Kemungkinan besar akan cukup kacau suasananya dan berimbas pada ekonomi, sosial, dan politik. Wallahualam.

Pemimpin Ideal : Meneladani Sifat Rasulullah SAW

Melihat fenomena di atas yang cukup ‘panas’, mari sejenak mendinginkan diri dengan melihat sifat-sifat suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. Sikap dan perilakunya sebagai pemimpin umat Islam patut untuk kita teladani bersama

Shiddiq. Diartikan bahwa beliau memiliki karakter benar dan jujur, baik dalam setiap pembicaraan dan perilaku. Karakter ini sangat penting bagi seorang pemimpin. Bila pemimpin tidak jujur dan selalu memakan hasil keringat masyarakat tentu saja sudah tidak masuk dalam kategori ‘pilihan’.

Tabligh. Artinya menyampaikan, bahwa seorang pemimpin harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Pemimpin harus mampu menyampaikan berbagai macam kebenaran-kebenaran tentu saja segala kebijakan pemerintahan harus sesuai dengan syariat Islam (Quran dan Hadist).

Amanah. Yaitu dapat dipercaya, bahwa segala tindak tanduk seorang pemimpin harus dapat dipercaya. Segala yang sudah menjadi pekerjaannya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, begitulah pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun